Zahira menatap lekat gambar yang telihat di layar ponsel, komentar pedas dari netizen, sudah terlihat, cibiran dan menghakimi.“Mamah Risma dengan Pak Danu,”gumam ZahiraWalau dalam gambar itu, foto pria di blur, tapi Zahira tahu, jika Pak Danu yang bersama Risma, karena foto itu sama seperti foto yang dikirim Via, tapi untuk vidio dimana Risma, terlihat berjalan sambil dirangkul oleh Danu memasuki unit apartemen, Zahira tidak memilikiSementara Ridwan, mengepalkan tangannya, ketika melihat gambar istrinya, sedang makan romantis dengan seorang pria, dengan wajah di blur dan terlihat vidio, Risma yang bejalan mesra masuk kedalam unit apartemen.Ridwan bangkit dari duduknya, langkahnya cepat dan lebar menuju kamar pribadinya, dengan kasar dibuka pintu kamar.“Risma!”teriak Ridwan dengan wajah menegang dan tangan mengepalWanita yang tertidur itu kaget dan tersentak mendengar teriakan sang suami, sambil mengusap matanya, Risma beralih duduk.“Ada apa, kenapa berteriak, aku tidak tuli,
Abram bangkit.”Kemana Papah Ridwan?”“Kata Bi Darni, Mas Ridwan ke villa Bogor, mungkin ingin menenangkan diri, aku takut sekali, jika ia kembali, tentulah akan mengusir Mamah dari rumah ini,”jawab Risma“Heummmm...”Abram hanya bergumam dan keluar kamar meninggalkan Risma, di dalam kamarnya.Setelah kepergian Abram, wanita yang terlihat kusut dan pucat dengan mata semab itu, berjalan pelan menuju almari, dibuka perlahan, dan telapak tangannya meraih sebuah botol obat.Sementara itu, Abram, yang saat ini ada di Wira campany, menatap laptop, dicermati laporan keuangan, yang tampil di layar laptopkemungkinan buruk bisa saja terjadi, jika suatu saat Ridwan, mengetahui, jika aku bukan darah dangingnnya pasti ia akan mengubah surat wasiatnya,sebelum itu terjadi, aku akan bertindak cepat, batin AbramTiba-tiba ketukan pintu terdengar, dan membuat buyar konsentrasi Abram, lalu ia menyuruh masuk si pengetuk pintu.Ternyata Amanda yang datang, wanita itu melangkah masuk menuju kursi depan m
Bagas langsung menghungi polisi, beberapa menit kemudian, beberapa mobil polisi dan dedektif datang dan mulai menyelidiki penyebab kematian Ridwan.“Apa, penyebab kematian, Pak Ridwan?”tanya Bagas“Untuk semantara dugaan kematiannya adalah over dosis,”jawab detektif yang sudah menyelidiknya.“Maksud Anda, Pak Ridwan, bunuh diri?”Bagas mengerutkan dahi“Kemungkinan besar bunuh diri, tapi kami akan menyelidikinya lebih lanjut, kami akan menghubungi keluarganya,”jawab polisiJenazah Ridwan, dibawa ke kantor polisi, tempat kejadian juga sudah diberi police line, wanita yang berprofesi asisten rumah tangga paruh waktu, yang pertama kali menemukan mayat Ridwan juga sudah diminta keterangan, sedangkan Bagas dan asistenya juga dimintai keterangan.Kini Bagas melajukan mobinya mengikuti iringan ambulance yang membawa jenazah dan mobil polisi.“Apa menurutmu, Pak Ridwan, bunuh diri?”tanya Bagas pada sang asisten yang terlihat fokus menyetir?”“Jika berniat nunuh diri , kenapa ingin mengubah
Zahira menghela napas pelan, fisik dan batinya sungguh lelah, menghadapi sikap Alan, yang selalu berprasanga buruk padanya.“Zahira, kenapa kamu diam,”cerca Alan.“Kita berbicara diluar saja, ini kantor pilisi,”ajak Zahira.Kini Zahira dan Alan masuk ke dalam mobil, dengan pelan Zahira menceritakan awal mula, kenapa ia bisa memiliki tes DNA Abram dan Ridwan, kali ini Alan menurunkan egonya dan mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan Zahira.Setelah mendengarkan penjelasan dari Zahira, Pria muda dan tampan itu terlihat kecewa.“Jika apa yang kamu jelaskan itu benar, sungguh keterlaluan Mamah, menyembunyikan hal ini selama tiga puluh tahun. Aku bisa membayangkan kekecewaan Papah, dibohongi selama ini,”nada bicara Alan pelan namun terdengar gemetar.“Pasti papah , sangat kecewa sekali, dan ingin mengubah surat wasiat, aku tidak percaya, jika Mamah atau Kak Abram pelakunya, “ucap Alan“Mereka punya motif, apalagi jika mengetahui surat wasiat akan dirubah,”jelas Zahira.“Seperti
Risma menatap jauh ke depan, dari balik jendela kamarnya, ia menatap taman bunga, begitu banyak kenangan indah bersama Ridwan terukir di sana, walau tujuannya menikah dengan Ridwan adalah harta, tapi ia sudah menjalani pernikahannya selama tiga puluh tahun dengan bahagia. Risma mengingat kembali waktu Abram, baru lahir, betapa Ridwan, sangat menyayangi Abram, tanpa mengetahui kebenarannya, dan sewaktu Alan lahir, ia pun semakin menyayangi Abram dan juga Alan, berbeda dengan dirinya, sejak Alan lehir, kasih sayang Risma, tertumpah pada Alan, karena ia tuhu, Alan lah darah daging Ridwan, jadi ia mendukung Alan, dan merencakan Alan sebagai penerus Ridwan, memimpin Wira Campany.Air mata Risma meleleh, saat ini ia dibutakan oleh keserakahan , hingga berbuat apapun agar tidak kehilangan sesuatu yang sudah diraihnya.FlasbackRisma, mengingat kembali, beberapa jam sebelum Ridwan meninggal. Malam itu, sekitar jam tujuh malam, Abram, datang dengan wajah menegang.“Mah,..aku tadi dari ke ka
Dua hari berlalu, Akhirnya polisi menetapkan Danu sebagai pelaku pelenyapan Ridwan, dengan bukti bercak darah di pagar adalah milik Danu, serta Danu tidak memliki alibi, dan juga terlihat oleh kamera dasbor mobil salah satu penguna jalan, melihat mobil Danu, terpakir 100 meter dari villa milik Ridwan. Berdasarkan penyelidikan itu akhirnya Danu ditanggkap, tapi sayang, Danu tidak mengungkap keterlibatan Risma dan Abram. Panangkapan Danu, dipublikasikan di media sosial dan televisi.Alan yang melihat hal itu menjadi geram, ia tidak menyangka, jika patner kerjanya adalah orang yang melenyapkan Ridwan dan juga ternyata ayah kandung dari Abram.“Zahira seharusnya kamu mengatakan tentang Pak Danu padaku, dari pada kamu menyebarkannya di media sosial,”tuduh Alan pada Zahira, yang saat itu sama –sama melihat berita di televisi.“Sudah aku bilang, aku memang menyuruh Kak Via, untuk menguntit Pak Danu, tapi aku tidak menyebarkan vidio dan foto itu Mas,”jawab kesal Zahira, yang terus dituduh Ala
Zahira sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit terdekat, disana ada beberapa korban lain yang dibawa ke rumah sakit juga, termasuk Abram.“Anda sudah sadar Pak Abram?”tanya perawat yang berdiri disamping brankar.“Di mana Zahira? Apa dia selamat?”tanya Abram, cemas, sambil berusaha bangkit dari tidurnya.“Tenang Pak Abram, tidak ada korban tewas dalam kebakaran hotel, Anda tak perlu cemas, hanya ada satu korban wanita yang keadaan sedikit mengkhawatirkan, untunglah bayi yang dikandungnya selamat,”jawab Perawat.“Zahira..”“Iya, korban yang perlu penanganan serius benama Zahira, saat ini ada di ruang khusus, karena ia juga dalam keadaan hamil,”jawab perawat.“Bisakan aku melihatnya?”“Bisa, tapi belum boleh masuk kamar, Anda bisa melihatnya lewat jendela kaca,”jawab perawatAbram, berjalan pelan, menuju kamar perawatan yang ditunjuk dokter, lalu berhenti di salah satu kamar dan menatap karah jendela kaca, terlihat Zahira saat ini memakai slang oksigen, dengan mata masih tertutup r
Zahira sudah membaik dan dokter memperbolehkan untuk pulang.Abram, menemui Zahira. Pria itu membawakan ponsel baru untuk Zahira.“Ponselmu rusak, akibat kebakaran, aku membelikan ponsel baru,”ucap Abram.“Kak Abram, tidak usah repot-repot, aku bisa membeli ponsel, sendiri.”“Kamu harus menerimanya, aku membeli ini bukan dari uang pribadiku tapi dari Wira Campany sebagai bentuk kepedulian, karena kamu dan karyawan lainnya terkena musibah.”Akhirnya Zahira tidak mau banyak berdebat , ia pun menerima ponsel baru dari Abram.“Zahira...aku akan mengantarmu pulang ke Jakarta,”ajak Abram“Tidak perlu, jika Kak Abram, masih saja berusaha mendekatiku, ini akan memperburuk hubunganku dengan Mas Alan, “sarkas Zahira.“Kamu masih saja, berharap akan rujuk dengannya, Alan bahkan sudah mempersiapkan gugatan cerai, dan kamu masih masih berkhayal, akan bersamanya,”tegas Abram.Dibalik pintu tangan Fatima gemetar mendengar pernyataan Abram, hingga splastik buah jatuh dan berhamburan di lantai.“Ala