Vera pulang ke rumah dengan langkah gontai. Ibunya tertidur di depan tv yang menyala dan sudah dipasang tempat tidur lalu adik laki-lakinya sudah pulang kerja dan menutup pintu kamarnya.
Vera tahu bagaimana marah sang adik karena kelakuannya, mau marah tapi malu, mau nangis tapi tidak menghasilkan apa-apa.
Vera memasukan sepeda motor ke dapur, agak lebih maju dari sepeda motor si adik, tepat di depan pintu kamar mandi yang di sampingnya diletakan mesin cuci tabung.
Cepat-cepat Vera mandi dan memastikan ketiga kucingnya baik-baik saja lalu merebahkan badan di samping ibunya.
Ibu Vera terbangun karena gerakan kecil dan membuka mata perlahan. "Sudah pulang?"
Vera mengangguk kecil. "Ya."
Ibu Vera bangun dari tempat tidur dan bertanya. "Sudah makan?"
"Belum, Vera gak lapar."
Lebih tepatnya tidak nafsu makan.
Ibu Vera kembali merebahkan badan dan melihat jam di handphone. "Kenapa pulang jam sembilan malam? Apakah ada lemburan?"
Vera terpaksa pulang malam karena diskusi dengan Bryan mengenai perjanjian pra nikah. Saat diskusi, dia jadi memikirkan orang rumah.
"Ya." Hanya itu jawaban Vera.
Ibu Vera memejamkan mata kembali.
Bapak sudah punya keluarga lain, adik juga masih marah. Tidak ada yang bisa menjadi wali nikah jadi memang harus memakai jasa wali nikah.
Vera tidak berani bicara mengenai pernikahan, dan masih memikirkan kontrakan rumah yang sebentar lagi mau habis masa kontraknya.
Satu-satunya harapan adalah sang adik yang bekerja di bank tapi Vera juga harus tahu diri untuk tidak mengganggu kehidupan adiknya.
Vera menatap langit kamar dengan sedih memikirkan hutang-hutangnya yang banyak. Uang itu tidak pernah digunakan bersenang-senang tapi lebih ke kebutuhan penting.
Tahun lalu Vera terpaksa memakai pinjol untuk menutup kekurangan pembayaran rumah yang pada akhirnya ditutup adiknya.
Jadi uang kontrakan rumah ini adalah sembilan juta, dibagi dua dan Vera hanya membayar empat setengah juta. Yang di pegang hanya satu juta setengah, lalu terpaksa mencari pinjaman menjadi dua juta setengah, karena tidak sanggup mencari akhirnya bicara jujur ke adik dan hasil akhir dibantu untuk menutup.
Vera ingin menangis karena menjadi kakak yang tidak berguna dan selalu merepotkan adik kandungnya.
Masalah tidak berhenti di sana, Vera juga harus menghadapi penipuan customer dan mengganti uang yang pada akhirnya lari ke pinjol setelah memperhitungkan segalanya.
Lalu ternyata ibu Vera yang mulai sakit-sakitan dan membutuhkan gizi banyak, Vera harus mencari uang sekali lagi.
Pada akhirnya semua menjadi bengkak dan membuat Vera melihat angka enam puluh juta yang harus dibayar. Dia ingin mencari hutang lain untuk menutup hutang ini tapi entah kenapa merasa tidak akan pernah selesai jika hanya gali lubang, tutup lubang.
Vera berhenti mencari hutang lagi dan mulai bekerja keras mencari uang dengan konsekuensi dikejar-kejar debt collector, dicaci maki bahkan diancam.
Adik Vera pun kena getahnya dan marah besar, tidak mau mengajak bicara Vera.
Vera hanya bisa pasrah, karena tahu ini murni kesalahannya.
Ibu Vera juga berhutang banyak ke almarhum kakaknya untuk menutup kebutuhan hidup Vera dan sang adik.
Ibu Vera yang tidak pernah bekerja semenjak melahirkan dua anak, nekat berhutang pada almarhum kakak dan sampai sekarang tidak bisa membayar.
Lalu adik Vera yang berhutang pada bank untuk menutup hutang ayah angkatnya. Jadi selepas SMA, adik Vera diangkat anak dan dibiayai kuliah sampai lulus lalu dibantu kerja di bank.
Vera dan ibunya tidak bisa menghalangi, mengingat jasa ayah angkat adik Vera.
Setelah itu, Vera mengingat tunangannya yang posesif dan selingkuh. Di saat harus menghadapi kehidupan yang rumit, Vera berharap bisa hidup bahagia bersama tunangan. Dia tidak mengharapkan hutang selesai begitu saja dan mengharapkan bantuan, tapi dia ingin jika pulang ke rumah, ada yang memeluk dan mencium kening lalu mengatakan 'tidak apa-apa, Vera.'
Benar, dunia serasa milik berdua meskipun dihadapi masalah besar.
Vera mulai mengingat kembali perkataan Bryan dan berharap semua masalah bisa selesai.
Tidak lama Vera tertidur pulas.
-------
Efan terkejut mendengar keputusan Bryan dan membaca surat perjanjian pranikah saat mereka di night club VIP. "Kamu serius?"
"Kamu sendiri kan yang bilang untuk mencari wanita lain."
"Memang aku sempat bilang begitu, tapi bukan berarti seperti ini. Dia anak buah kamu kan?"
"Ya."
Kedua mata Efan menyipit curiga. "Dia perkosa kamu?"
"Ya."
Reza yang mendengar itu, mengerutkan kening tidak mengerti. "Bagaimana bisa dia perkosa kamu? Apakah kamu mabuk?"
"Ya."
"Mabuk? Kamu mabuk? Kamu tidak pernah minum sampai mabuk kecuali-" Alex tidak melanjutkan kalimatnya.
"Hari itu adalah hari kali pertama aku bertemu istriku, ibu dari kedua anakku." Bryan menenggak habis minumannya.
Adelio menggeleng miris. "Kamu menikah dengannya untuk dijadikan pelarian? Gila memang!"
Efan membaca kembali isi perjanjian. "Melihat tulisan tangan selain Bryan di surat ini, sepertinya anak buah kamu setuju dijadikan pelarian."
"Dia setuju karena berhutang banyak, aku membayar semua hutangnya sebelum menandatangani surat nikah besok." Jawab Bryan.
"Besok? Secepat itu?" tanya Efan yang terkejut.
"Makanya aku minta tolong kamu." Sahut Bryan. "Lagipula aku bukan orang yang tidak mau bertanggung jawab, bagaimana jika dia hamil anakku?"
Reza semakin tidak suka dengan ide Bryan, Adelio juga memikirkan hal yang sama.
Alex menyentuh tangan Bryan. "Tapi sepertinya anak buah kamu tidak setuju dan akan menyerahkan anak itu jika memang ada."
Bryan menepis tangan Alex dengan kasar. "Itu urusan kami."
"Aku sarankan kamu tetap berhati-hati, biar bagaimanapun ini anak orang. Tidak bisa dipermainkan begitu saja, aku tidak mau melibatkan diri kalau masalah kalian muncul di media sosial." Nasehat Efan
Bryan mengerutkan kening. "Apa hubungannya dengan media sosial?"
"Zaman sekarang banyak istri tersakiti speak up ke media sosial jadi jangan mempertaruhkan nama baik kamu soal ini," kata Efan.
Bryan menghela napas dengan ironis. "Waktu itu kamu bilang, aku harus mencari cinta lain sekarang kamu bilang begitu?"
"Ini namanya bukan mencari tapi mempermainkan cinta," sahut Adelio.
Bryan bersandar di sofa dan menatap teman-temannya satu persatu. "Apakah aku terlihat sedang bermain?"
Semua orang mengangguk.
"Tapi cinta ada karena terbiasa, Vera pasti bisa menempatkan diri."
"Bryan," Alex yang duduk di samping Bryan, menepuk pundaknya. "Kalian berdua memang saling membutuhkan, kamu butuh pelarian dan dia butuh uang tapi hubungan ini bisa menjadi boomerang. Kami sudah mengingatkan kamu dari awal sebagai sahabat, sisanya kamu yang menjalaninya."
Bryan menghela napas, tidak bisa membalas perkataan Alex. Yang dikhawatirkan teman-temannya memang benar, tapi dia sudah terlanjur terjun bebas ke masalah ini, jadi mau tidak mau harus tetap menjalaninya.
Di hari minggu pagi, Vera dan Bryan duduk berhadapan di sebuah kafe mewah, masing-masing membaca surat perjanjian.Vera mengerutkan kening ketika membaca tulisan rumah. "Rumah?""Kamu tidak suka saya belikan rumah, makanya saya sewakan dulu selama dua tahun. Kamu keberatan?" tanya Bryan tanpa mengalihkan perhatiannya dari surat perjanjian pra nikah yang dibuat pengacaranya. Vera menjadi tidak nyaman. "Pak, bayarin hutang saya saja sudah cukup. Saya tidak menuntut yang lainnya.""Terus kamu masih mau tinggal sama adik dan mama kamu?""Itu-""Kamu ingin bilang tentang pernikahan ini ke mereka?"Vera menggeleng pelan. "Tidak.""Sangat berbahaya jika mereka tahu hubungan kita, ini hubungan rahasia dan tidak boleh diketahui siapa pun termasuk lingkungan saya. Jadi kita bisa tinggal di lingkungan baru untuk menutupi semuanya, rumah itu punya teman saya dan lingkungannya juga individu jadi amanlah."Vera menghela napas panjang lalu kembali melanjutkan membaca surat perjanjian, ada beberapa h
Setelah menemani Ayu sampai tutup toko di jam tiga sore, Vera masih enggan untuk pulang. Dia memutuskan pergi ke toko buku dan tanpa sengaja melihat Thomas dan tunangannya yang cantik sedang sibuk melihat buku di lantai dua.Vera jadi tidak berminat ke tempat itu lagi dan cepat-cepat menuruni tangga yang sialnya malah bertemu dengan si bos di tengah tangga.Bryan yang sedang digandeng mantan istrinya, terkejut.Vera melihat genggaman mesra mantan istri Bryan lalu mengalihkan tatapannya, pura-pura tidak kenal dan pergi menuruni tangga tanpa mengatakan apa pun."Mas?" Bryan yang masih belum siap, tersenyum ke mantan istrinya. "Ah, ya."Mantan istri Bryan menarik tangan mantan suami dan segera bergabung dengan putra mereka serta tunangannya.Thomas bahagia melihat kedua orang tuanya mulai rujuk meskipun sang ibu harus berbohong pada suaminya sekarang supaya bisa keluar, dia memanfaatkan momen ini supaya sebelum hari pernikahan, keluarganya bersatu.Anak mana sih yang mau melihat keluarg
Saat pet shop dibuka Ayu. Thomas menemui Ayu. "Ayu!"Ayu terkejut lalu menoleh."Kamu tahu nomor Vera yang baru?"Ayu mengerutkan kening dengan bingung dan balik bertanya. "Dia ganti nomor?""Kamu tidak tahu?" tanya Thomas dengan curiga."Aku tidak tahu, soalnya dia jarang main ke sini.""Kamu tahu alamat tempatnya bekerja?""Gak mungkin kamu mau ke sana, di sana ada anjing dan gudang pakan hewan."Thomas mengerutkan kening dengan jijik lalu mendecak kesal. "Buat apa sih dia mau kerja di sana?""Kalian kan bertemunya di toko ini."Thomas melirik kesal Ayu lalu mencoba hubungi Vera lagi. Tidak tersambung."Sudahlah, kalau memang dia tidak mau sama kamu lagi. Jangan dikejar.""Kamu tidak tahu masalahku dengannya!" bentak Thomas lalu pergi meninggalkan pet shop.Ayu melambaikan tangan dengan santai.Sementara di tempat kerja, Vera tenggelam dalam pekerjaan. Saat ini mandor sedang sibuk bongkar pasir hewan sementara Vera mengawasi sales, dua kuli dan sopir untuk muat barang yang akan diki
Tuti menemani Clara keliling gudang sambil menjelaskan sistem pekerjaan di sana.Clara mengangguk takjub ketika melihat beberapa karung makanan hewan ditumpuk rapi sampai menggunung. "Para kuli pasti bekerja keras membuat gudang serapi ini."Mandor yang berdiri di belakang mereka berdua, berkata. "Wajar harus serapi ini, biar memudahkan kami dalam bekerja. Ngomong-ngomong sudah lama ibu tidak datang ke sini semenjak bercerai dengan bapak."Clara tertawa renyah lalu memberikan bingkisan di tangannya ke mandor. "Kami sudah bercerai dan memiliki kegiatan masing-masing, kedua putraku juga sama.""Kapan-kapan main ke sini lagi bu, kami tidak gigit kok."Semua orang tertawa begitu mendengar candaan jayus sang mandor.Vera melihat dari lantai atas ruang kerjanya yang terhubung dengan gudang belakang. Interaksi mereka membuatnya iri, seolah tidak memiliki beban di dalam hidupnya.Vera menghela napas panjang lalu kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaan. Tanpa sadar, seorang anak kecil mena
Vera awalnya tidak menyukai berondong karena usia dirinya yang terlalu tua untuk bersanding, tapi karena terus-terusan dikejar sampai sering ke pet shop tempat temannya bekerja. Akhirnya dia luluh dan menerima cinta pria itu.Tapi ternyata cinta tak seindah kenyataan.Pada saat kantor mengadakan tradisi makan bersama menjelang libur lebaran seperti biasanya, pegawai yang merayakan maupun tidak, tetap ikut libur. Awalnya mereka bersenang-senang, hingga akhirnya terjadi hal yang tidak diinginkan Vera seumur hidup.Pria yang sudah melamar dan meminta Vera ke ibunya malah melangsungkan pesta pertunangan di restoran mewah seperti ini bersama dengan keluarga masing-masing.Tidak ada yang mengetahui hubungan Vera dengan kekasihnya karena mau dijadikan surprise pada saat pesta pernikahan.Meskipun hatinya sedang kalut, dia berusaha menyembunyikannya di hadapan rekan-rekan kerja dan atasannya.Tak disangka, seseorang menyebut namanya saat dia di dalam kamar mandi."Vera? kekasih tunangan aku?"
Kata orang tua, jangan sekali-sekali menyentuh alkohol jika belum siap atau emosi kamu sedang tidak stabil. Tahu kenapa? itu bisa merugikan diri sendiri.Vera sempat menertawakan betapa kolot pandangan kedua orang tuanya, dan sekarang dia harus menyesali pemikiran modern itu.Vera ingin menangis sekencang mungkin atau kabur sekarang, tapi ternyata tidak bisa. Pinggangnya sakit, sakit banget bahkan ada darah di atas sprei yang menandakan dirinya sudah tidak perawan.Apakah aku tidur dengan pria acak?Bryan keluar dari kamar mandi dan melihat tampang bengong Vera. "Ada apa?"Vera yang bergidik, segera bersujud di tempat tidur. Lupa dengan tubuhnya yang masih telanjang. "Maaf, maaf! tolong lupakan kejadian semalam."Bryan menautkan kedua alis dan mendengus. "Orang jahat memang akan selalu menjadi jahat.""Hah?" Vera mendongak dan terkejut. Rasanya ingin menggali lubang kubur atau bunuh diri sekarang juga. Atasannya yang terkenal kejam, kenapa ada disini? apakah memergoki dirinya sedang t
Panggilan telepon berdering kencang berkali-kali, pesan masuk mengingatkan hutang yang sudah lewat jatuh tempo. Wajah Vera ingin menangis tapi hatinya sudah menangis, berusaha fokus ke pekerjaan dan menerapkan Low of Attraction via tok tok supaya bisa menenangkan diri dan fokus membayar hutang, kalau beruntung bisa membayar hutang-hutangnya.Vera tidak ingin merepotkan orang lain karena sudah terlalu merepotkan ibu dan adiknya, berulang kali Vera menangis dan meminta maaf ke mereka berdua yang hanya dia miliki. Sang adik marah dan tidak bisa membantu banyak mengenai hutang tapi bersedia mengambil alih masalah sewa rumah dan pendapatan bulan, ibunya juga mau membantu jual makanan. Tinggal Vera yang berusaha menyemangati dirinya sendiri."Yuk, bisa yuk." Vera berusaha berpikiran dan bersikap positif.Dan dalam dua hari ini semangatnya mulai menurun. Mulai dari dimarahi rekan kerja sampai tidak ada yang beli makanan yang dibuat ibunya via aplikasi online. Yah, memang sih dua hari itu Ve
Perusahaan tempat Vera bekerja adalah distributor pet shop terbesar di Indonesia, berawal dari kegabutan Bryan dengan hobi melihat perilaku anjing dan kucing tapi tidak berani menyentuh mereka, akhirnya punya ide menyediakan perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan pet.Bryan sendiri tidak menyangka, bisnis turun temurun keluarga di bidang hotel menjadi timpang dengan bisnis distributor pet shop. Karena tidak mau melepas bisnis utama, dia akhirnya menarik putra sulung untuk membantu di hotel sementara dia fokus di bisnis gabutnya.Bryan sendiri sudah bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk kepolisian K9. jadi siapapun yang berani macam-macam dengan dirinya, Bryan dengan mudah bisa meminta bantuan K9 atau kalau para polisi sibuk, dia bisa meminta bantuan komunitas termasuk melacak orang.Efan yang duduk di belakang sambil menyuapi anjingnya dengan sosis, melirik ke Bryan yang duduk di bagian sopir, menatap serius ke arah kaca kafe. "Tujuan kita bawa Bayu kesini buat apa?"Sudah h
Tuti menemani Clara keliling gudang sambil menjelaskan sistem pekerjaan di sana.Clara mengangguk takjub ketika melihat beberapa karung makanan hewan ditumpuk rapi sampai menggunung. "Para kuli pasti bekerja keras membuat gudang serapi ini."Mandor yang berdiri di belakang mereka berdua, berkata. "Wajar harus serapi ini, biar memudahkan kami dalam bekerja. Ngomong-ngomong sudah lama ibu tidak datang ke sini semenjak bercerai dengan bapak."Clara tertawa renyah lalu memberikan bingkisan di tangannya ke mandor. "Kami sudah bercerai dan memiliki kegiatan masing-masing, kedua putraku juga sama.""Kapan-kapan main ke sini lagi bu, kami tidak gigit kok."Semua orang tertawa begitu mendengar candaan jayus sang mandor.Vera melihat dari lantai atas ruang kerjanya yang terhubung dengan gudang belakang. Interaksi mereka membuatnya iri, seolah tidak memiliki beban di dalam hidupnya.Vera menghela napas panjang lalu kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaan. Tanpa sadar, seorang anak kecil mena
Saat pet shop dibuka Ayu. Thomas menemui Ayu. "Ayu!"Ayu terkejut lalu menoleh."Kamu tahu nomor Vera yang baru?"Ayu mengerutkan kening dengan bingung dan balik bertanya. "Dia ganti nomor?""Kamu tidak tahu?" tanya Thomas dengan curiga."Aku tidak tahu, soalnya dia jarang main ke sini.""Kamu tahu alamat tempatnya bekerja?""Gak mungkin kamu mau ke sana, di sana ada anjing dan gudang pakan hewan."Thomas mengerutkan kening dengan jijik lalu mendecak kesal. "Buat apa sih dia mau kerja di sana?""Kalian kan bertemunya di toko ini."Thomas melirik kesal Ayu lalu mencoba hubungi Vera lagi. Tidak tersambung."Sudahlah, kalau memang dia tidak mau sama kamu lagi. Jangan dikejar.""Kamu tidak tahu masalahku dengannya!" bentak Thomas lalu pergi meninggalkan pet shop.Ayu melambaikan tangan dengan santai.Sementara di tempat kerja, Vera tenggelam dalam pekerjaan. Saat ini mandor sedang sibuk bongkar pasir hewan sementara Vera mengawasi sales, dua kuli dan sopir untuk muat barang yang akan diki
Setelah menemani Ayu sampai tutup toko di jam tiga sore, Vera masih enggan untuk pulang. Dia memutuskan pergi ke toko buku dan tanpa sengaja melihat Thomas dan tunangannya yang cantik sedang sibuk melihat buku di lantai dua.Vera jadi tidak berminat ke tempat itu lagi dan cepat-cepat menuruni tangga yang sialnya malah bertemu dengan si bos di tengah tangga.Bryan yang sedang digandeng mantan istrinya, terkejut.Vera melihat genggaman mesra mantan istri Bryan lalu mengalihkan tatapannya, pura-pura tidak kenal dan pergi menuruni tangga tanpa mengatakan apa pun."Mas?" Bryan yang masih belum siap, tersenyum ke mantan istrinya. "Ah, ya."Mantan istri Bryan menarik tangan mantan suami dan segera bergabung dengan putra mereka serta tunangannya.Thomas bahagia melihat kedua orang tuanya mulai rujuk meskipun sang ibu harus berbohong pada suaminya sekarang supaya bisa keluar, dia memanfaatkan momen ini supaya sebelum hari pernikahan, keluarganya bersatu.Anak mana sih yang mau melihat keluarg
Di hari minggu pagi, Vera dan Bryan duduk berhadapan di sebuah kafe mewah, masing-masing membaca surat perjanjian.Vera mengerutkan kening ketika membaca tulisan rumah. "Rumah?""Kamu tidak suka saya belikan rumah, makanya saya sewakan dulu selama dua tahun. Kamu keberatan?" tanya Bryan tanpa mengalihkan perhatiannya dari surat perjanjian pra nikah yang dibuat pengacaranya. Vera menjadi tidak nyaman. "Pak, bayarin hutang saya saja sudah cukup. Saya tidak menuntut yang lainnya.""Terus kamu masih mau tinggal sama adik dan mama kamu?""Itu-""Kamu ingin bilang tentang pernikahan ini ke mereka?"Vera menggeleng pelan. "Tidak.""Sangat berbahaya jika mereka tahu hubungan kita, ini hubungan rahasia dan tidak boleh diketahui siapa pun termasuk lingkungan saya. Jadi kita bisa tinggal di lingkungan baru untuk menutupi semuanya, rumah itu punya teman saya dan lingkungannya juga individu jadi amanlah."Vera menghela napas panjang lalu kembali melanjutkan membaca surat perjanjian, ada beberapa h
Vera pulang ke rumah dengan langkah gontai. Ibunya tertidur di depan tv yang menyala dan sudah dipasang tempat tidur lalu adik laki-lakinya sudah pulang kerja dan menutup pintu kamarnya.Vera tahu bagaimana marah sang adik karena kelakuannya, mau marah tapi malu, mau nangis tapi tidak menghasilkan apa-apa.Vera memasukan sepeda motor ke dapur, agak lebih maju dari sepeda motor si adik, tepat di depan pintu kamar mandi yang di sampingnya diletakan mesin cuci tabung.Cepat-cepat Vera mandi dan memastikan ketiga kucingnya baik-baik saja lalu merebahkan badan di samping ibunya.Ibu Vera terbangun karena gerakan kecil dan membuka mata perlahan. "Sudah pulang?"Vera mengangguk kecil. "Ya."Ibu Vera bangun dari tempat tidur dan bertanya. "Sudah makan?""Belum, Vera gak lapar."Lebih tepatnya tidak nafsu makan.Ibu Vera kembali merebahkan badan dan melihat jam di handphone. "Kenapa pulang jam sembilan malam? Apakah ada lemburan?"Vera terpaksa pulang malam karena diskusi dengan Bryan mengenai
Bryan mengetuk jari di atas meja. Vera dan Tuti dimarahi karena kesalahan dalam membuat nota, lebih tepatnya mereka miskomunikasi.Jadi mandor sudah memberikan list order customer untuk dibuatkan nota ke dalam sistem, mandor hanya memberikan data pakan dan pasir sementara aksesoris adalah tugas Tuti.Tuti sudah memberikan catatan berupa kertas ke Vera, karena Vera sering lupa jadinya terlewat membuat nota sehingga pengirim terpaksa membawa kembali barang-barang tersebut. Customer menjadi komplain ke Bryan.Vera menundukan kepalanya, merasa bersalah karena sudah teledor sementara Tuti hanya bisa diam dan melirik kasihan Vera."Vera, saya sudah rugi cukup banyak karena masalah ini. Seharusnya kamu bisa konsentrasi dalam pekerjaan."Vera hanya menundukkan kepala dan menggigit bibir bawah, selama ini dirinya hanya berkomunikasi dengan mandor atau tangan kanan Bryan, pak Bennett. Berhubung pak Bennet cuti kerja karena istrinya melahirkan, Bryan jadi turun tangan secara langsung.Baru kali
Perusahaan tempat Vera bekerja adalah distributor pet shop terbesar di Indonesia, berawal dari kegabutan Bryan dengan hobi melihat perilaku anjing dan kucing tapi tidak berani menyentuh mereka, akhirnya punya ide menyediakan perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan pet.Bryan sendiri tidak menyangka, bisnis turun temurun keluarga di bidang hotel menjadi timpang dengan bisnis distributor pet shop. Karena tidak mau melepas bisnis utama, dia akhirnya menarik putra sulung untuk membantu di hotel sementara dia fokus di bisnis gabutnya.Bryan sendiri sudah bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk kepolisian K9. jadi siapapun yang berani macam-macam dengan dirinya, Bryan dengan mudah bisa meminta bantuan K9 atau kalau para polisi sibuk, dia bisa meminta bantuan komunitas termasuk melacak orang.Efan yang duduk di belakang sambil menyuapi anjingnya dengan sosis, melirik ke Bryan yang duduk di bagian sopir, menatap serius ke arah kaca kafe. "Tujuan kita bawa Bayu kesini buat apa?"Sudah h
Panggilan telepon berdering kencang berkali-kali, pesan masuk mengingatkan hutang yang sudah lewat jatuh tempo. Wajah Vera ingin menangis tapi hatinya sudah menangis, berusaha fokus ke pekerjaan dan menerapkan Low of Attraction via tok tok supaya bisa menenangkan diri dan fokus membayar hutang, kalau beruntung bisa membayar hutang-hutangnya.Vera tidak ingin merepotkan orang lain karena sudah terlalu merepotkan ibu dan adiknya, berulang kali Vera menangis dan meminta maaf ke mereka berdua yang hanya dia miliki. Sang adik marah dan tidak bisa membantu banyak mengenai hutang tapi bersedia mengambil alih masalah sewa rumah dan pendapatan bulan, ibunya juga mau membantu jual makanan. Tinggal Vera yang berusaha menyemangati dirinya sendiri."Yuk, bisa yuk." Vera berusaha berpikiran dan bersikap positif.Dan dalam dua hari ini semangatnya mulai menurun. Mulai dari dimarahi rekan kerja sampai tidak ada yang beli makanan yang dibuat ibunya via aplikasi online. Yah, memang sih dua hari itu Ve
Kata orang tua, jangan sekali-sekali menyentuh alkohol jika belum siap atau emosi kamu sedang tidak stabil. Tahu kenapa? itu bisa merugikan diri sendiri.Vera sempat menertawakan betapa kolot pandangan kedua orang tuanya, dan sekarang dia harus menyesali pemikiran modern itu.Vera ingin menangis sekencang mungkin atau kabur sekarang, tapi ternyata tidak bisa. Pinggangnya sakit, sakit banget bahkan ada darah di atas sprei yang menandakan dirinya sudah tidak perawan.Apakah aku tidur dengan pria acak?Bryan keluar dari kamar mandi dan melihat tampang bengong Vera. "Ada apa?"Vera yang bergidik, segera bersujud di tempat tidur. Lupa dengan tubuhnya yang masih telanjang. "Maaf, maaf! tolong lupakan kejadian semalam."Bryan menautkan kedua alis dan mendengus. "Orang jahat memang akan selalu menjadi jahat.""Hah?" Vera mendongak dan terkejut. Rasanya ingin menggali lubang kubur atau bunuh diri sekarang juga. Atasannya yang terkenal kejam, kenapa ada disini? apakah memergoki dirinya sedang t