IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU
2. KEANEHAN DEMI KEANEHAN~Aksara Ocean~Allah! Allah! Astaghfirullah!Berkali-kali aku mengusap keringat yang mengalir di dahiku dengan ujung jilbab pashmina yang aku pakai, tak terpikirkan lagi olehku kegunaan tisu yang bertengger manis di atas meja sana.Karena yang aku pikirkan saat ini hanyalah ucapan yang tadi Arca katakan padaku, suamiku ingin menikah lagi! Suamiku mengkhianati pernikahan kami! Dia ingkar pada janji suci yang telah kami ucapkan lima tahun silam.Pak Kirman menatapku dengan pandangan khawatir, wajah tuanya nampak menelisik raut wajahku. mungkin dia berusaha menemukan sebab aku menjadi gamang seperti ini.“Bu, ada apa? Kenapa Ibu terjatuh tadi? Ibu sakit?” tanyanya pelan.Saat ini kami tengah berada di salah satu cafe yang ada di dekat bandara, aku perlu memikirkan semuanya dan menenangkan diriku terlebih dahulu.“Pak! Selain Bapak, siapa lagi yang tahu kepulangan saya?” tanyaku tak sabar.Jemariku memainkan sedotan dengan gugup, tak pernah aku menyangka akan menghadapi situasi yang seperti ini. Situasi dimana seolah ragaku tak lagi menapak tanah, dan jiwaku seolah lolos dari tempatnya.“Tidak ada, Bu. Saya tadi kebetulan memang sedang di mobil, bersih-bersih. Surti memang tahu kepergian saya, tapi mungkin dia mengira saya hanya mencari angin,” jelas Pak Kirman panjang lebar. “Kenapa, Bu? Ibu mau saya telepon Surti? agar menyiapkan makanan kesukaan Ibu?” tanyanya lagi, kali ini dia sudah siap dengan ponsel yang ada di tangannya.“No, no, no! Jangan, Pak!” Aku segera mencegahnya dengan sigap.Dia menatapku semakin kebingungan, namun tangannya kembali mengantongi ponsel jadul miliknya kedalam saku baju seragam yang dipakainya saat ini.Aku menggigit bibir bawahku dengan cemas, memikirkan yang dikatakan Arca dengan lebih tenang dan dengan kepala dingin. Bisa saja ini cuma prank, kan? Bisa saja semua yang dikatakan Arca hanya lelucon yang dia siapkan bersama suamiku untuk mengerjai aku.Tapi tunggu dulu, suamiku bahkan tak mengenal Arca. Dia terlalu sibuk untuk mengetahui siapa-siapa saja yang menjadi teman-temanku, dia bahkan tak punya waktu untuk menyapa mereka jika teman-temanku sedang berkunjung ke rumah.Namun, Arca dan teman-temanku yang lain jelas mengetahui sosok suamiku. Tentu saja dari poto-poto pernikahan kami yang terpampang nyata di seluruh penjuru rumah.Lalu? Apakah mungkin ini adalah prank ? Tidak! Toh, suamiku tak mengenal Arca, dan Arca pun hanya sekedar tahu dengan suamiku. Lalu, darimana Arca tahu kalau suamiku berkhianat?Aku bergegas mencari ponselku yang kali ini tak kutemukan dimanapun, baik di tas maupun di saku tunik yang aku pakai. Namun mataku langsung membulat saat Pak Kirman mengulurkan ponsel yang cukup mewah itu ke hadapanku, dia tersenyum sungkan."Maaf, saya lancang, Bu. Saya takut ponsel Ibu tercecer, jadi saya pegang," katanya dengan raut bersalah yang sangat kentara.Mata tuanya menatapku dengan takut-takut, dia pasti merasa bersalah dan takut dikatakan sebagai orang yang lancang dan juga kurang ajar.Karena di rumah, suamiku memang tidak mau barang pribadi kepunyaan kami di pegang oleh para pekerja di sana. Makanya kamar kami adalah daerah yang harus selalu aku tangani, tidak boleh orang lain."Tidak apa-apa, Pak. Malah saya berterimakasih sekali," kataku berusaha menenangkannya.Dan binar di wajahnya terlihat sekali kalau dia tengah merasakan kelegaan saat ini, aku langsung melihat ponselku yang ternyata dalam keadaan mati. Aku ingat, memang ponselku tadi sudah lowbat. Dan sepertinya sudah mencapai batasnya saat Arca menelpon tadi, aku segera mengambil charge dan beruntungnya ada colokan di dekat meja yang aku duduki.Saat mengaktifkan ponselku, puluhan panggilan tak terjawab dari Arca memasuki ponselku. Pesan w******p juga masuk banyak sekali, namun sekali lagi aku harus kecewa.Tak ada satupun panggilan dan pesan yang dikirimkan dari nomor suamiku di sana, entah kenapa mataku tiba-tiba berembun dan juga memanas."Pak, Bapak duluan saja, tunggu saya di mobil. Dan tolong, jangan beritahu siapapun kalau saya sudah pulang saat ini," kataku dengan suara serak.Pak Kirman mungkin memahami situasi yang aku hadapi, tanpa banyak bicara dia langsung beranjak dan berpamitan padaku . Walau raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran, namun aku segera menunjukkan senyum kecil, agar dia tenang.Pas sekali, saat Pak Kirman keluar dari pintu cafe. Ponselku kembali menerima panggilan masuk, namun kali ini panggilan yang masuk tertera dari nomor suamiku. Alhamdulillah, nomor suamiku sudah aktif.Segera aku menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih kepunyaanku itu ke telinga, lalu aku bisa mendengar suara suamiku yang berat dan juga dalam.[Hallo, sayang. Kamu di mana? Maaf ya, ponsel Mas tadi mati karena lowbat. Kamu sudah pulang? Mas jemput, ya.] Katanya di seberang sana, tanpa basa basi dia langsung bergegas ingin menjemputku."Tidak apa-apa, Mas. Aku masih di pekanbaru," kataku berusaha meredam suaraku yang mulai bergetar."Loh, masih di pekanbaru? Tapi kamu kok nanya Mas lagi dimana, Mas kira kamu udah di sini," katanya lagi.Entah kenapa aku bisa mendengar kelegaan dari nada suaranya, dan aku semakin curiga entah karena apa."Aku cuma kangen, Mas," kataku lirih.[Uluh uluh, sayangku kangen ternyata] katanya menggoda."Iya, aku kangen banget," kataku lagi.[Sayang, kamu nangis?] Tanyanya dari seberang sana.Aku yang tak lagi bisa membendung tangisanku pun terisak pelan, aku menggigit bibir bawahku demi meredam tangisanku yang mulai tak terkendali.Ucapan Arca, dan suara suamiku yang aku rindukan, adalah perpaduan sempurna yang bisa membuat emosiku membuncah ruah.[Sayang, kamu pulang aja ya. Kan, tujuh harian Nenek juga udah lewat. Mas bakalan meluk kamu seharian, bolos kerja, demi memuaskan rasa kangen kamu] Katanya lagi.Allah! Allah! Ini lah suamiku, manis, perhatian, dan menyayangiku dengan amat sangat. Apa mungkin dia berkhianat? Tapi Arca juga tak mungkin membohongiku, apa untungnya coba? [Sayang, kamu masih di sana? Kangen banget? Mas susul ke sana, ya?] Tanyanya lagi.Nada khawatir terdengar jelas dari nada suaranya, membuat tangisanku semakin keras. Untung saja cafe ini sedang sepi, dan sepertinya tidak ada satupun yang peduli dengan tangisanku. "Nggak usah, Mas. Kemungkinan aku bakalan pulang seminggu lagi, mau ngurus beberapa hal dulu di sini," kataku sambil menyedot ingusku.Aku mengatur nafas dan juga mengusap wajahku dengan tisu, berusaha menyudahi tangisanku. Suara pintu terbuka terdengar di seberang sana, dan suara wanita lalu menyapa telingaku.[Mas! Gimana Aya?]Suaranya sangat jelas, namun tak lama kemudian panggilan dari suamiku berakhir. Menyisakan tanda tanya besar di benakku, siapa? Siapa wanita itu? Apakah Mbak Dian? Mbak Dian adalah sekretaris suamiku, namun wanita yang tiga tahun lebih tua dariku itu selalu memanggilku dengan sebutan 'Ibu', apalagi tadi wanita itu menyebut suamiku dengan panggilan ‘Mas’, tidak mungkin Mbak Dian berani memanggil atasannya dengan sebutan itu.Sedangkan wanita itu jelas-jelas memanggilku hanya dengan nama, tapi siapa? Apa itu Tasya? Tapi tak mungkin, karena adik suamiku itu selalu memanggilku dengan sebutan 'Mbak'.Lalu siapa wanita itu?Aku kembali mencoba menghubungi suamiku, namun sebelum aku sempat melakukan panggilan ke seberang sana, ponselku kali ini mendapatkan pesan dari suamiku.[Dek, nanti Mas hubungi lagi ya. Mas ada urusan sebentar.] Tulisnya di sana, dengan emot mencium tiga buah.Dadaku bergemuruh, ada yang tidak beres di sini. Ya Allah, aku bimbang. Apakah mungkin suamiku memang berkhianat? Apa yang harus aku lakukan?“Bu, maaf. Apa Ibu sudah selesai?” Suara Pak Kirman membuat membuat aku menoleh ke depan, di sana lelaki paruh baya itu sedang menatapku seolah menunggu jawaban.“Memangnya kenapa, Pak?” kataku pelan.“Nyonya dan Tuan besar minta di jemput sekarang,” katanya lagi.“Ha? Bukannya nanti malam, Pak?” tanyaku lagi dengan heran.“Saya juga heran, lagipula ….” Ucapan Pak Kirman terdengar menggantung dan ragu-ragu.“Kenapa, Pak?” tanyaku penasaran.“Saya hanya heran, Bu. Kenapa Nyonya dan Tuan besar minta di jemput di rumah yang ada di Setia Budi? Kok tidak di bandara ya, Bu?” tanya Pak Kiman bingung.“Apa?” Aku kembali terkejut dengan penuturan Pak Kirman.Apa lagi ini, Bukankah Mama dan Papa saat ini ada di Singapura?******IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU3. INFO ARCA~Aksara Ocean~“Bu, gimana?” tanya Pak Kirman padaku.Aku yang tengah berpikir langsung menatapnya dengan pandangan dalam, dia yang sudah aku anggap keluarga, apakah dia juga akan membohongiku?“Pak, apakah Bapak akan tetap berdiri di pihak saya sampai akhir?” tanyaku pelan.“Maksud Ibu apa?” katanya bingung. “Jelas saya akan setia pada Ibu, Ibu lah yang membawa saya ke sini. Walau harus melalui izin Tuan, tapi Ibulah yang memperjuangkan izin itu. Sehingga Tuan setuju untuk mengangkat saya yang rendahan ini menjadi supir di keluarga terpandang seperti kalian, Bu!” kata Pak Kirman tulus. “Dengan bantuan Ibu lah, anak saya bisa sekolah, keluarga saya bisa makan enak, dan istri saya tidak perlu mencuci pakaian orang lagi.” Kembali Pak Kirman menyambung ucapannya.Ah, aku menahan tangis karenanya. Betapa tulusnya Pak Kirman, dia menatapku sebagai dewa penolongnya. Dia membuat aku merasakan menjadi manusia yang berg
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU4. HAMIL?~Aksara Ocean~Aku duduk di kursi yang ada di taman, menunggu kedatangan Pak Kirman yang sudah aku telepon tadi untuk menjemputku. Sambil menunggu kedatangannya aku memainkan ponselku, membuka kembali akun Facebook ku yang sudah lumayan lama vakum.Akun facebook cadangan milikku, karena aku menyukai anime Jepang. Namun Mas Farhan selalu mengatakan kalau sebagai seorang istri direktur, aku tidak sepatutnya menyukai hal-hal seperti itu.Makanya di akun ini lah aku sering membagikan dan mengikuti beberapa grup atau fanspage beberapa anime, apakah Mas Farhan tahu? Jelas tidak! Aku tak mau membuat masalah hanya gara-gara akun ini.Foto profil yang menampilkan salah satu karakter anime, berhasil menyembunyikan jati diriku yang asli dari orang-orang. Namun tetap saja, akun facebook ku ini berteman dengan beberapa akun anggota keluarga yang lain. Seperti akun Mas Farhan sendiri, akun Tasya, dan juga beberapa akun sepupu
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU5. BERITA DUKA~Aksara Ocean~“Kapan pulang?” tanya Maura dengan pandangan heran.Dia menghidangkan jus buah jambu dan juga kue brownies di atas meja, tangannya bersedekap dan matanya memandangku dengan tajam. Aku menghela nafas panjang, bingung mau mulai cerita dari mana. Pak Kirman sudah kembali kerumah, dengan catatan akan melaporkan apapun yang dia temukan.Walau bingung, dia tetap mengangguki perkataanku. Pak Kirman benar-benar membuktikan ucapannya kalau dia akan selalu berdiri di sampingku, dengan tidak banyak bertanya.Tidak bisa di pungkiri aku tengah memikirkan informasi yang diberikannya tadi, tentang kehamilan yang dibicarakan oleh mertuaku. Kehamilan siapa? Tasya? Tidak mungkin, Tasya masih gadis dan belum menikah.Andaikata Tasya hamil di luar nikah pun, pasti mertuaku akan menyembunyikannya dan bukannya malah terlihat sangat senang. Ah, aku semakin pusing saja memikirkannya.“Aya!” Aku tersentak kaget denga
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU6. TANGISAN TASYA~Aksara Ocean~[Dek, kamu bisa pulang sekarang? Papa meninggal!] Pesan dari Mas Farhan masuk ke dalam ponselku.[Ya, Papamu meninggal!] Pesan ketiga adalah pesan yang dikirim dari Arca.Aku meremas ponselku dengan kuat, bagaimana bisa Papa pergi secepat itu? Padahal baru tadi siang Pak Kirman menjemputnya di rumah Setia Budi.Ting!Kali ini panggilan masuk dari Mas Farhan, aku segera menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih berharga itu ke telingaku.“Assalamualaikum, Mas. Bener Papa meninggal?” tanyaku dengan nada serak menahan tangis.[Waalaikumsalam, iya Dek! Kamu bisa pulang besok?] kata Mas Farhan dengan nada bergetar.Ah, suamiku. Kau pasti membutuhkanku saat ini, untuk bersandar dan juga menguatkanmu di salah satu hari terberat dalam hidupmu.[Dek, kamu masih di sana?] tanyanya lagi saat tak mendengar jawabanku.“Iya, Mas. Aku masih di sini, memangnya Papa kenapa, Mas?” tanyaku penasaran.
7. TANGISAN TASYA"Mereka tidak mungkin sadar, karena nanti biar aku saja yang masuk ke dalam rumah. Sedangkan kamu di luar saja," kata Maura lagi."Baiklah kalau begitu, bagaimanapun juga aku ingin melihat Papa untuk yang terakhir kalinya," kata ku dengan lirih, dan juga sedih saat ini.Walaupun aku tidak terlalu dekat dengannya, tapi aku merasa sedikit kehilangan. Mas Farhan yang pasti sangat sangat merasakan kesedihan yang begitu mendalam, aku ingin berada disampingnya saat ini.Aku ingin memeluknya dan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja, Hahhhh … aku menghela nafas kembali."Jangan terlalu sering menghela nafas, kau akan menghabiskan keberuntunganmu," kata Maura sambil tertawa kecil."Mungkin saja keberuntunganku memang sudah habis! Makanya akhir-akhir ini mengalami banyak kejutan yang tidak menyenangkan," kataku sambil tersenyum miris."Wah wah! Sejak kapan seorang Sayaka percaya akan mitos seperti itu?" tanya Maura sambil terkekeh pelan.Dengan santai dia memutar seti
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU8. TANTE TARI~Aksara Ocean~Saat ini aku tengah duduk di kursi yang di sebar warga sekitar di halaman rumahku, mereka mendirikan dua buah tenda di sini dan sebagian besar kursi-kursi ini sudah terisi dengan warga yang datang.Maura sedang ke dalam dan aku memutuskan menunggunya di sini, dia janji tidak akan lama. Tapi, sudah hampir setengah jam dia di dalam, dan belum ada tanda-tanda akan keluar.Aku mengeluarkan ponselku, yang dari tadi ada di dalam tas. Semenjak telpon dari Mas Farhan tadi aku memang belum melihat ponselku barang sedetikpun.Banyak sekali pesan masuk, rata-rata datang dari keluarga yang mengabarkan kalau Papa sudah meninggal. Pesan Tasya yang tadi tidak sempat aku balas, kini kubuka lagi dan berniat membalasnya. “Mbak masih di Pekanbaru, Insyaallah kalau memungkinkan Mbak akan pulang hari ini. Biar besok sampai, kamu yang sabar ya sayang,” tulisku padanya.Aku tidak mengharapkan pesanku dibalas oleh Tas
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU9. DI DALAM?~Aksara Ocean~DEG!DEG!DEG!Dadaku seketika bergemuruh dengan sangat kuat, jantungku berdetak tidak normal, dan darahku terasa meninggalkan wajahku. Aku pucat pasi saat mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan oleh orang sangat tidak aku sangka-sangka, dia adalah Tante suamiku sendiri. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Tante tari bisa berkata hal yang sangat kejam seperti itu, padahal selama ini dia bersikap sangat baik padaku. Tante Tari adalah adik kandung Mama yang bungsu, berpenampilan seperti sosialita kelas atas, dan juga memilih hidup bebas tanpa ada ikatan pernikahan.Dia hidup berpindah-pindah, sebentar di rumah Tante Mira (Adik Mama yang tengah), sebentar di rumah keluarga Mama di desa, tapi dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ini. Katanya agar selalu bisa dekat dengan kakaknya.Mas Farhan pernah bertanya padaku, apakah tak apa jika Tante Tari juga ikut tinggal di sini, di rumah i
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU10. UCAPAN MAURA~Aksara Ocean~Ucapan Tante Tari terus-menerus terngiang-ngiang di benakku, tuduhannya yang mengatakan bahwa aku adalah wanita mandul, juga Mas Farhan yang akan segera memiliki seorang anak, dan juga kekasih gelap Mas Farhan yang saat ini ada di sini dan kini berada di dalam rumah.Apakah perkiraanku ini benar? Aku bahkan gemetar saat memikirkannya, bagaimana kalau yang aku pikirkan adalah sebuah kenyataan? Bagaimana kalau dialah sosok itu? Sosok yang akan merebut suamiku dan juga orang yang akan menghancurkan rumah tanggaku.“Ya, ayo kita pulang!” Tiba-tiba Maura datang dan mengambil tempat duduk di sampingku, dia mengusap matanya yang sembab dan juga masih terlihat jelas kalau ada sedikit air mata di sana. Aku mengernyit heran, dan menelisik lagi penampilannya.“Kamu nangis, Ra?” tanyaku penasaran.“Iya,” katanya dengan suara yang serak dan sesekali dia masih menyusut ingusnya.Aku memandangnya dengan pa
Assalamualaikum, hai guys. Terimakasih banyak karena kalian udah baca cerita aku, dan berhubung Sayaka sudah tamat, aku harap kalian mau membaca cerita aku yang lain.1. PILIH KASIH (Membungkam mertua dan ipar secara elegan)Ana harus berjuang untuk menegakkan keadilan bagi suaminya, dilengkapi dengan mertua yang pilih kasih, dan ipar yang julid. 2. Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua LemasPerjuangan Ellena di tengah keluarga toxic suaminya.3. KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU (BARU)Keysa yang seorang dosen, harus menelan pil pahit, saat seorang pebisnis muda yang bernama Risa Andromeda mengaku sebagai selingkuhan suaminya yang seorang Abdi negara dan juga keturunan keraton.Terimakasih semuanya, semoga Allah semakin melimpahkan rezeki dan juga kesehatan untuk kita semua...Bye.. ❤️❤️Aksara Ocean.. ❤️🥰
152. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian C)Wak Lukman dan Paklek Jamal langsung berpandangan, dengan kening yang mengernyit Paklek Jamal beralih menatap Arga. Ayah dari Mas Putra serta Mas Bobby itu kemudian mengangguk kecil."Apakah Nak Arga tahu kalau Aya adalah seorang janda?" tanyanya dengan lembut.Arga langsung mengangguk, "saya tahu, Paklek!" sahutnya dengan mantap."Apakah Nak Arga juga tahu kalau Aya sedang mengandung?" tanya Paklek Jamal lagi.Arga kembali mengangguk, "saya tahu, Paklek!" Lenganku disenggol oleh Arca dan dia tersenyum kecil, "teruslah bahagia setelah ini, Ya!" bisiknya padaku. Aku langsung mengangguk dengan mantap."Baiklah, yang paling penting adalah hal itu. Nak Arga tahu kalau Aya adalah seorang janda dan dia juga tengah mengandung. Jadi tidak akan ada penyesalan di lain hari, karena Nak Arga dari awal sudah tahu kalau akan menikahi janda yang mempunyai anak!" Paklek Jamal tersenyum kecil."Sayaka adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, k
151. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian B)"Bagaimana? Kalian bebas memilih!" tanya Mira sekali lagi. "Tapi ingat! Aku hanya sekali memberikan penawaran, kau harus bangkit, Han! Buktikan pada Sayaka dan juga orang-orang yang sudah merendahkanmu kalau kau juga bisa kembali berada di puncak!" katanya santai.Mata Farhan membola, dia tiba-tiba saja bersemangat. Memikirkan kalau Sayaka, Arga, dan yang lainnya saat ini tengah mengolok-oloknya, membuat Farhan diselimuti amarah.Jika saja Sayaka tidak mengusirnya tadi maka kejadian ini tidak akan terjadi. Mantan istrinya itu benar-benar wanita jahat!"Dan bukankah kalian bilang, Maura berselingkuh? Tidak adakah keinginanmu untuk balas dendam?" tanya Mira lagi. "Laki-laki itu harus dihancurkan, bukankah dia mengambil istrimu?" Lanjutnya sambil mengulum senyum.Gejolak di mata Farhan semakin menggebu, dia menatap Arni dengan pandangan mantap."Aku akan ke Singapura, dan kembali saat sudah berada di puncak!" katanya dengan tegas. "Mama teta
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU150. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian A)~Aksara Ocean~"Bantu kami, Dek! Kakak mohon!" Arni memohon pada Mira, sedangkan wanita yang berstatus sebagai adik tengahnya itu hanya menatap tapi belum mau menanggapi. Dia hanya diam dan mengamati."Tante, aku mohon bantu kami. Hanya Tante lah yang kami punya sekarang ini!" Farhan ikut memohon.Potongan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu kembali masuk ke dalam memorinya, dan dia kembali bergidik ngeri membayangkan Maura yang terkapar bersimbah darah, teriakan orang-orang yang ketakutan, dan Tasya yang ditangkap polisi.Farhan dan Arni tidak pernah membayangkan kalau Tasya akan digiring ke kantor polisi segera, mereka kira semuanya akan baik-baik saja dan bisa kabur entah ke mana. Tapi terlambat, karena ternyata di cafe itu ada beberapa polisi yang tengah meminum kopi. Dan mereka segera mengamankan Tasya dan di giting langsung ke kantor, semua orang di sana menjadi sa
149. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian C)Aku hanya tersenyum dengan manis dan menanggapi ucapan mereka dengan santai. Kekehan kecil aku berikan saat Mama Arga memelukku dari samping dan bersandar di bahuku.“Mama nggak pernah punya anak perempuan, Arga itu nggak ada manis-manisnya, Ya. Mama harap anak kamu nanti perempuan, ya,” katanya dengan lembut sambil mengusap perutku dengan sayang. “Mama pengen cucu perempuan!” katanya lagi.Ya Allah, aku cukup terharu mendengarnya, beliau menyayangiku dan akan menyayangi anakku juga. Apakah saat ini aku boleh berteriak kesenangan? Memiliki keluarga yang baik dan menyayangiku seperti saat ini adalah impianku dari dulu.“Iya, Papa juga pengen cucu perempuan. Baru anak kedua kalian nanti laki-laki,” kata tuan Widjaja sambil tersenyum singkat. “Tapi sebenarnya apapun yang Allah kasih, kami tetap akan bahagia. Di rumah ini akan ada tawa anak kecil lagi,” katanya dengan lembut.Ya Allah, mereka benar-benar menghargaiku, dan aku sangat bahagia. Demi All
148. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian B)“Loh, kok nyolot sih, Mbak? Ini fakta, kami ngeliat langsung kalau Mbak selingkuh!” sahut Tasya dengan santai, adikku itu benar-benar hebat. “Kedok aja mengusir kami, ternyata mau nutupin perselingkuhan kalian, ya? Wah! Wah! Aku nggak nyangka!” ujarnya lagi.“Eh, apa maksud kamu? Jangan fitnah, ya!” seru Maura tidak terima.Aku langsung bergegas mencekal lengannya dan melihat dia dari atas ke bawah, Maura benar-benar sudah berubah. Dia bahkan tidak terlihat takut sedikitpun saat ini, dan malah santai. Padahal dia saat ini tengah ketahuan berselingkuh!“Kamu benar-benar keterlaluan, Ra! Kamu mengkhianati pernikahan kita padahal kita baru saja menikah!” ujarku menahan geram. “Dasar wanita murahan!” kataku dengan ketus.“Hei, Bung! Bukankah itu terlalu kasar?” Lelaki bernama Anton itu ikut campur, dia langsung berdiri di sebelah Maura dan menatapku dengan tajam.“Nggak usah ikut campur kamu, dasar pasangan pezina!” cecarku padanya. “MAS!” Maura mem
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU147. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian A)~Aksara Ocean~"Dia siapa?" tanya aku dengan cepat.Gigiku mengatup dengan rapat menahan amarah yang siap memuncak, melihat istriku sendiri Tengah berada di pelukan lelaki lain membuat aku benar-benar muntab.Dan yang lebih parahnya Maura terlihat menikmati pelukan itu setelahnya mereka melakukan cipika-cipiki dengan sangat akrab. Aku sangat membenci bagaimana laki-laki itu terlihat menatap Maura dengan tatapan kekaguman."Dia adalah Mas Anton, Mas!" jawab Tasya dengan nada histeris."Anton? Anton siapa?" tanyaku cepat."Temennya Mbak Maura, kami ketemu sama dia waktu aku dan Mbak Maura pulang tengah malam waktu itu." sahut Tasya pelan. "Dan kemarin Mbak Maura juga keceplosan kalau Mas Anton itu adalah orang yang mengejar cintanya dari dulu!" Lanjutnya lagi.Aku lantas mencengkram bahu Tasya dengan kedua tanganku hingga dia meringis kesakitan, namun aku tidak peduli kepanikan yang aku
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKUBAB 68MAMA ARGA~Aksara Ocean~“Lama amat, sih?” ujar Mas Putra sambil cemberut.Aku hanya tertawa dan mengedipkan mataku padanya, dan dia langsung mencebikkan bibirnya dengan sinis. Hanya lima belas menit, dan dia sudah mengatakan lama. Hmm, laki-laki memang tidak punya stok sabar yang melimpah.Aku melirik sekilas pada makanan yang sudah terhidang di meja, dan Alhamdulillah, masih aman. Makanan milikku tidak berkurang satu potong pun, ternyata Mas Putra menepati janjinya untuk tidak menyentuh makanan yang aku pesan.Makanya aku memberikan senyuman manis untuknya dan mengacungkan kedua jempolku, mengapresiasi dirinya yang sudah bisa menjaga tangan dan mulutnya agar tidak mencomot makananku.“Maaf ya, Mas. Di toilet tadi ngantri,” kataku memberikan penjelasan. “Ngantri, ngantri, ngantri apa? Emangnya di toilet jualan minyak goreng?” tanyanya sewot.Aku langsung tergelak, akan sangat lucu jika ada penjualan minyak goreng d
146. SIAPA LAKI-LAKI ITU? (Bagian C)"Keliatan, kok. Ngapain dia ke sini? Jauh amat dari rumahnya," ujar Mama setelahnya, dia duduk kembali dan menyesap es cendolnya melalui sedotan. "Udah ngusir kita, dia malah enak-enak kongkow di cafe," ujar Mama dengan ketus."Nah, bener ini! Kadang-kadang aku sampai jeran loh, Mas. Nasib Mas buruk banget, dapat istri dua-duanya nggak genah!" sahut Tasya menyetujui Mama. "Yang ketiga ini, cari yang baik dan nggak pelit sama keluarga, Mas." Tasya memberi wejangan lagi."Mbak Aya nggak pelit!" kataku membela diri."Tapi dia pembangkang! Masak suami mau nikah lagi, dia nggak ngizinin!" balasnya masuk akal. "Cari yang penurut dan juga baik!" katanya dengan penuh penekanan."Cerewet amat kamu, Sya! Lagian siapa yang mau cari istri lagi, sih? Mas sama Mbak Maura masih sah, sebagai suami istri!" kataku sambil menggeleng pelan."Udah diusir gini, Mas masih mau sama dia?" tanya Tasya dengan nada mengejek. "Masak nggak punya harga diri, Mas!" Lanjutnya peda