IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU
4. HAMIL?~Aksara Ocean~Aku duduk di kursi yang ada di taman, menunggu kedatangan Pak Kirman yang sudah aku telepon tadi untuk menjemputku. Sambil menunggu kedatangannya aku memainkan ponselku, membuka kembali akun F******k ku yang sudah lumayan lama vakum.Akun f******k cadangan milikku, karena aku menyukai anime Jepang. Namun Mas Farhan selalu mengatakan kalau sebagai seorang istri direktur, aku tidak sepatutnya menyukai hal-hal seperti itu.Makanya di akun ini lah aku sering membagikan dan mengikuti beberapa grup atau fanspage beberapa anime, apakah Mas Farhan tahu? Jelas tidak! Aku tak mau membuat masalah hanya gara-gara akun ini.Foto profil yang menampilkan salah satu karakter anime, berhasil menyembunyikan jati diriku yang asli dari orang-orang. Namun tetap saja, akun f******k ku ini berteman dengan beberapa akun anggota keluarga yang lain.Seperti akun Mas Farhan sendiri, akun Tasya, dan juga beberapa akun sepupu Mas Farhan. Maklum saja, selain menjadi media untuk sharing seputar anime, akun ini juga menjadi mediaku untuk memantau keluarga.Sebagai seorang menantu aku takut menjadi topik pembicaraan oleh keluarga suamiku dari belakang, makanya aku selalu memantau apa saja yang mereka posting. Tapi itu dulu, karena sudah beberapa lama aku tak membuka akun ini.Kesibukanku di klub Fotografi membuat aku tidak sempat menstalking mereka lagi, lagi pula selama ini tidak aku temukan hal yang aneh dari mereka.Mereka tidak pernah memposting apapun kejelekanku, ataupun menggibahi kekuranganku. Tapi entah kenapa aku merasa tergugah untuk membuka akun itu saat ini, mungkin saja ada petunjuk.Ting! Ting! Ting! Banyak pemberitahuan yang masuk dan juga beberapa pesan yang langsung bermunculan, kebanyakan dari teman-teman grup anime kesukaanku. Aku segera berselancar ke kolom pencarian, mengetikkan nama seseorang. Tasya Amelia.Terpampanglah foto adik iparku sebagai foto profilnya, satu kata untuknya, cantik! Tasya mempunyai tubuh yang tinggi dan juga kulit yang putih bersih, matanya besar dan juga hidungnya mancung.Tak heran kalau Tasya menjadi artis media sosial, aku sudah melihat akun Tasya sudah mempunyai banyak followers di beberapa aplikasi. Walau belum setenar artis-artis lainnya, tapi untuk di lingkup kota ini Tasya cukup populer.Aku terus menscroll ke bawah, tidak ada yang aneh. Tasya rutin memperbaharui status facebooknya dua kali sehari, pagi dan juga sore. Entah dia memposting foto maupun hanya sebuah quotes.Tapi mataku membelalak kaget saat melihat postingannya dua bulan yang lalu, dia memposting beberapa foto suasana sebuah pesta yang terlihat lumayan mewah. Ada dekorasi kecil yang dilengkapi bunga-bunga indah di belakang sana, dan di foto itu aku bisa melihat ada dua buah huruf yang terbuat dari balon helium. F & A ….Captionnya cukup menggelitik jiwaku, [Happy Engagement to both of you guys, Di Lawang Cafe]Lawang Cafe adalah cafe yang ada di dekat rumahku yang ada di Setia Budi, siapa yang bertunangan? Aku menggeser foto ke slide kedua, dan langsung terbelalak kaget saat ada suamiku dan juga kedua mertuaku ada di sana?Pertunangan siapa ini? Kenapa mereka semua pergi? Apakah ini pertunangan salah satu anggota keluarga Mas Farhan? Tapi, kenapa mereka tidak mau mengajakku?Ya Allah, apalagi ini? Kenapa status Tasya ini tidak masuk ke akun F******k Ku yang asli? Apakah aku dikecualikannya, sehingga tidak masuk ke akunku?Mataku segera bergegas ke kolom komentar, kebanyakan di sana teman-teman Tasya yang mengomentari betapa cantiknya adik iparku itu.[Syantik banget, Kaka] tulis akun Silvi Pricilia.[Ya Allah, boneka hidup!] kali ini akun Nazwa Mila yang berkomentar.[Syantiknya calon istriku, semoga jodoh aamiin] Justin Smith berkomentar dengan isi rayuan pada Tasya.[Siapa yang tunangan, Sya?] Vina Anggraini.Nah, kali ini ada komentar dari salah satu sepupu Mas Farhan yang tinggal di kampung, Mbak Vina. Namun walau tinggal di kampung, hartanya tidak akan habis tujuh turunan. Makanya Mertuaku masih menjalin silaturahmi dengan mereka, kalau tidak sederajat mereka tidak akan mau menganggap keluarga. Salah satu sifat buruk mereka yang tidak aku sukai.[Mas ku, Mbak] Balas Tasya sambil membubuhkan emot tertawa.[Mas mu? Siapa? Lah wong Mas mu cuma satu orang] Balas Mbak Vina sambil ikut membubuhkan emot tertawa.[Ada deh ….] Balas Tasya lagi penuh teka teki.[Mas siapa? Mas kesayangan ya?] tanya Mbak Vina kurang puas.Dan balasan Tasya selanjutnya hanya emot jempol tiga buah, Mbak Vina pun tidak terlihat membalas lagi. Aku berdebar, begitu penasaran dengan hal ini. Namun firasatku sebagai wanita mulai menunjuk ke satu arah.“Bu! Maaf kalau Ibu menunggu lama,” kata Pak Kirman sambil menunduk sopan.Aku bahkan tidak menyadari kedatangannya karena terlalu fokus dengan ponselku, aku segera berdiri dan melangkah. Diikuti oleh Pak Kirman yang membawa koper kecilku, aku berjalan pelan sambil menatap anak-anak kecil yang sedang berlarian di taman ini.“Pak, apa Bapak sudah punya cucu?” tanyaku sambil tetap berjalan.“Alhamdulillah sudah, Bu. Tiga orang, dua laki-laki dan satu orang perempuan,” katanya dengan nada yang terdengar amat sumringah.“Apakah Bapak senang?” tanyaku sambil menoleh kebelakang.“Tentu saja, Bu. Menjadi seorang Kakek dan bisa menimang cucu saya sendiri adalah hal yang sangat saya syukuri,” katanya sambil tersenyum.“Ah … mungkin karena inilah salah satu penyebabnya,” kataku lirih sambil kembali melanjutkan perjalanan, mengabaikan wajah Pak Kirman yang kebingungan.“Bu, Ibu mau ke mana?” tanya Pak Kirman sesaat setelah kami memasuki mobil.“Antarkan saya ke rumah Maura, Pak!” putusku akhirnya.Pak Kirman mengangguk mengerti dan segera melajukan mobil dengan hati-hati, aku menatap keluar jendela dengan pandangan sayu. Sedikit demi sedikit aku sudah bisa menebak ke arah mana semua petunjuk ini.“Bu, mohon maaf sebelumnya, boleh saya bertanya? Tapi ini pertanyaan yang sedikit pribadi,” kata Pak Kirman sungkan.“Tentu saja, Pak! Silahkan,” kataku sambil tersenyum.Walau Pak Kirman tak melihat senyumku, namun dia terdengar mengeluarkan nafas lega sebelum menatapku dari kaca.“Apakah Ibu sedang hamil? Selamat ya, Bu. Pantas saja Ibu tadi bertanya masalah cucu pada saya, soalnya Tuan dan Nyonya besar tadi terlihat sangat senang, Bu,” kata Pak Kirman sangat-sangat sumringah.Sangat amat berbeda, dengan aku yang tiba-tiba kembali membatu.*******IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU5. BERITA DUKA~Aksara Ocean~“Kapan pulang?” tanya Maura dengan pandangan heran.Dia menghidangkan jus buah jambu dan juga kue brownies di atas meja, tangannya bersedekap dan matanya memandangku dengan tajam. Aku menghela nafas panjang, bingung mau mulai cerita dari mana. Pak Kirman sudah kembali kerumah, dengan catatan akan melaporkan apapun yang dia temukan.Walau bingung, dia tetap mengangguki perkataanku. Pak Kirman benar-benar membuktikan ucapannya kalau dia akan selalu berdiri di sampingku, dengan tidak banyak bertanya.Tidak bisa di pungkiri aku tengah memikirkan informasi yang diberikannya tadi, tentang kehamilan yang dibicarakan oleh mertuaku. Kehamilan siapa? Tasya? Tidak mungkin, Tasya masih gadis dan belum menikah.Andaikata Tasya hamil di luar nikah pun, pasti mertuaku akan menyembunyikannya dan bukannya malah terlihat sangat senang. Ah, aku semakin pusing saja memikirkannya.“Aya!” Aku tersentak kaget denga
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU6. TANGISAN TASYA~Aksara Ocean~[Dek, kamu bisa pulang sekarang? Papa meninggal!] Pesan dari Mas Farhan masuk ke dalam ponselku.[Ya, Papamu meninggal!] Pesan ketiga adalah pesan yang dikirim dari Arca.Aku meremas ponselku dengan kuat, bagaimana bisa Papa pergi secepat itu? Padahal baru tadi siang Pak Kirman menjemputnya di rumah Setia Budi.Ting!Kali ini panggilan masuk dari Mas Farhan, aku segera menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih berharga itu ke telingaku.“Assalamualaikum, Mas. Bener Papa meninggal?” tanyaku dengan nada serak menahan tangis.[Waalaikumsalam, iya Dek! Kamu bisa pulang besok?] kata Mas Farhan dengan nada bergetar.Ah, suamiku. Kau pasti membutuhkanku saat ini, untuk bersandar dan juga menguatkanmu di salah satu hari terberat dalam hidupmu.[Dek, kamu masih di sana?] tanyanya lagi saat tak mendengar jawabanku.“Iya, Mas. Aku masih di sini, memangnya Papa kenapa, Mas?” tanyaku penasaran.
7. TANGISAN TASYA"Mereka tidak mungkin sadar, karena nanti biar aku saja yang masuk ke dalam rumah. Sedangkan kamu di luar saja," kata Maura lagi."Baiklah kalau begitu, bagaimanapun juga aku ingin melihat Papa untuk yang terakhir kalinya," kata ku dengan lirih, dan juga sedih saat ini.Walaupun aku tidak terlalu dekat dengannya, tapi aku merasa sedikit kehilangan. Mas Farhan yang pasti sangat sangat merasakan kesedihan yang begitu mendalam, aku ingin berada disampingnya saat ini.Aku ingin memeluknya dan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja, Hahhhh … aku menghela nafas kembali."Jangan terlalu sering menghela nafas, kau akan menghabiskan keberuntunganmu," kata Maura sambil tertawa kecil."Mungkin saja keberuntunganku memang sudah habis! Makanya akhir-akhir ini mengalami banyak kejutan yang tidak menyenangkan," kataku sambil tersenyum miris."Wah wah! Sejak kapan seorang Sayaka percaya akan mitos seperti itu?" tanya Maura sambil terkekeh pelan.Dengan santai dia memutar seti
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU8. TANTE TARI~Aksara Ocean~Saat ini aku tengah duduk di kursi yang di sebar warga sekitar di halaman rumahku, mereka mendirikan dua buah tenda di sini dan sebagian besar kursi-kursi ini sudah terisi dengan warga yang datang.Maura sedang ke dalam dan aku memutuskan menunggunya di sini, dia janji tidak akan lama. Tapi, sudah hampir setengah jam dia di dalam, dan belum ada tanda-tanda akan keluar.Aku mengeluarkan ponselku, yang dari tadi ada di dalam tas. Semenjak telpon dari Mas Farhan tadi aku memang belum melihat ponselku barang sedetikpun.Banyak sekali pesan masuk, rata-rata datang dari keluarga yang mengabarkan kalau Papa sudah meninggal. Pesan Tasya yang tadi tidak sempat aku balas, kini kubuka lagi dan berniat membalasnya. “Mbak masih di Pekanbaru, Insyaallah kalau memungkinkan Mbak akan pulang hari ini. Biar besok sampai, kamu yang sabar ya sayang,” tulisku padanya.Aku tidak mengharapkan pesanku dibalas oleh Tas
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU9. DI DALAM?~Aksara Ocean~DEG!DEG!DEG!Dadaku seketika bergemuruh dengan sangat kuat, jantungku berdetak tidak normal, dan darahku terasa meninggalkan wajahku. Aku pucat pasi saat mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan oleh orang sangat tidak aku sangka-sangka, dia adalah Tante suamiku sendiri. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Tante tari bisa berkata hal yang sangat kejam seperti itu, padahal selama ini dia bersikap sangat baik padaku. Tante Tari adalah adik kandung Mama yang bungsu, berpenampilan seperti sosialita kelas atas, dan juga memilih hidup bebas tanpa ada ikatan pernikahan.Dia hidup berpindah-pindah, sebentar di rumah Tante Mira (Adik Mama yang tengah), sebentar di rumah keluarga Mama di desa, tapi dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ini. Katanya agar selalu bisa dekat dengan kakaknya.Mas Farhan pernah bertanya padaku, apakah tak apa jika Tante Tari juga ikut tinggal di sini, di rumah i
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU10. UCAPAN MAURA~Aksara Ocean~Ucapan Tante Tari terus-menerus terngiang-ngiang di benakku, tuduhannya yang mengatakan bahwa aku adalah wanita mandul, juga Mas Farhan yang akan segera memiliki seorang anak, dan juga kekasih gelap Mas Farhan yang saat ini ada di sini dan kini berada di dalam rumah.Apakah perkiraanku ini benar? Aku bahkan gemetar saat memikirkannya, bagaimana kalau yang aku pikirkan adalah sebuah kenyataan? Bagaimana kalau dialah sosok itu? Sosok yang akan merebut suamiku dan juga orang yang akan menghancurkan rumah tanggaku.“Ya, ayo kita pulang!” Tiba-tiba Maura datang dan mengambil tempat duduk di sampingku, dia mengusap matanya yang sembab dan juga masih terlihat jelas kalau ada sedikit air mata di sana. Aku mengernyit heran, dan menelisik lagi penampilannya.“Kamu nangis, Ra?” tanyaku penasaran.“Iya,” katanya dengan suara yang serak dan sesekali dia masih menyusut ingusnya.Aku memandangnya dengan pa
11. UCAPAN MAURADia bangkit dan berjalan keluar gerbang, menuju ke tempat mobilnya yang terparkir manis di ujung sana. Aku mengikutinya dari belakang, sambil menatap kembali rumahku selama beberapa saat.Saat di dalam mobil pun, kami tidak banyak mengobrol. Aku dan Maura lebih banyak diam, suasana di dalam mobil terasa hening dan juga dingin. Kami sibuk dengan pemikiran kami masing-masing.“Ra, menurut kamu … Mas Farhan benar-benar selingkuh atau tidak?” tanyaku tiba-tiba.Maura menatapku sebentar sebelum mengalihkan kembali matanya ke arah depan. Dia fokus melihat ke jalan, dan terlihat menghela nafas panjang.“Ya bisa saja, tapi kan kita harus lihat dulu kebenarannya gimana,” kata Maura pelan. “Kalau Mas Farhan selingkuh, emang kamu masih mau sama dia?” tanya Maura padaku.Aku terdiam dan tidak menjawab, bingung juga mau menjawab apa.Tapi sepertinya Maura terlihat menunggu jawabanku, dia mengetuk-ngetukkan jarinya tidak sabar.“Entahlah, tapi aku mencintai Mas Farhan, Ra,” kataku s
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU12. PULANGSiang ini aku bersiap kembali ke rumah, tadi pagi Papa sudah dikebumikan. Mas Farhan meleponku dengan suara yang amat serak, dia pasti sangat sedih saat ini. Dia menanyakan kepulanganku dan aku menjawab kalau aku sudah di perjalanan dan akan sampai siang menjelang sore nanti.Tasya juga mengirimkan pesan untuk menanyakan kepulanganku, dia terlihat sangat terpukul dengan meninggalnya papa. Sedangkan aku dan Maura, semenjak semalam kami tidak banyak mengobrol. Entah kenapa pembicaraan yang semalam membuat hubungan kami merenggang, dia bersikeras agar aku menceraikan Mas Farhan.“Ra, aku mau pulang sebentar lagi,” kataku mengetuk pintu kamarnya.Dan tidak harus menunggu lama dia sudah membuka pintunya dan memunculkan kepalanya, matanya memindai penampilanku dari atas ke bawah.“Sekarang?” tanyanya sambil melihat jam dinding. “Masih jam satu juga,” katanya lagi.“Nggak apa-apa, aku mau singgah ke suatu tempat dulu n
Assalamualaikum, hai guys. Terimakasih banyak karena kalian udah baca cerita aku, dan berhubung Sayaka sudah tamat, aku harap kalian mau membaca cerita aku yang lain.1. PILIH KASIH (Membungkam mertua dan ipar secara elegan)Ana harus berjuang untuk menegakkan keadilan bagi suaminya, dilengkapi dengan mertua yang pilih kasih, dan ipar yang julid. 2. Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua LemasPerjuangan Ellena di tengah keluarga toxic suaminya.3. KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU (BARU)Keysa yang seorang dosen, harus menelan pil pahit, saat seorang pebisnis muda yang bernama Risa Andromeda mengaku sebagai selingkuhan suaminya yang seorang Abdi negara dan juga keturunan keraton.Terimakasih semuanya, semoga Allah semakin melimpahkan rezeki dan juga kesehatan untuk kita semua...Bye.. ❤️❤️Aksara Ocean.. ❤️🥰
152. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian C)Wak Lukman dan Paklek Jamal langsung berpandangan, dengan kening yang mengernyit Paklek Jamal beralih menatap Arga. Ayah dari Mas Putra serta Mas Bobby itu kemudian mengangguk kecil."Apakah Nak Arga tahu kalau Aya adalah seorang janda?" tanyanya dengan lembut.Arga langsung mengangguk, "saya tahu, Paklek!" sahutnya dengan mantap."Apakah Nak Arga juga tahu kalau Aya sedang mengandung?" tanya Paklek Jamal lagi.Arga kembali mengangguk, "saya tahu, Paklek!" Lenganku disenggol oleh Arca dan dia tersenyum kecil, "teruslah bahagia setelah ini, Ya!" bisiknya padaku. Aku langsung mengangguk dengan mantap."Baiklah, yang paling penting adalah hal itu. Nak Arga tahu kalau Aya adalah seorang janda dan dia juga tengah mengandung. Jadi tidak akan ada penyesalan di lain hari, karena Nak Arga dari awal sudah tahu kalau akan menikahi janda yang mempunyai anak!" Paklek Jamal tersenyum kecil."Sayaka adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, k
151. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian B)"Bagaimana? Kalian bebas memilih!" tanya Mira sekali lagi. "Tapi ingat! Aku hanya sekali memberikan penawaran, kau harus bangkit, Han! Buktikan pada Sayaka dan juga orang-orang yang sudah merendahkanmu kalau kau juga bisa kembali berada di puncak!" katanya santai.Mata Farhan membola, dia tiba-tiba saja bersemangat. Memikirkan kalau Sayaka, Arga, dan yang lainnya saat ini tengah mengolok-oloknya, membuat Farhan diselimuti amarah.Jika saja Sayaka tidak mengusirnya tadi maka kejadian ini tidak akan terjadi. Mantan istrinya itu benar-benar wanita jahat!"Dan bukankah kalian bilang, Maura berselingkuh? Tidak adakah keinginanmu untuk balas dendam?" tanya Mira lagi. "Laki-laki itu harus dihancurkan, bukankah dia mengambil istrimu?" Lanjutnya sambil mengulum senyum.Gejolak di mata Farhan semakin menggebu, dia menatap Arni dengan pandangan mantap."Aku akan ke Singapura, dan kembali saat sudah berada di puncak!" katanya dengan tegas. "Mama teta
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU150. ENDING (Dendam dan Permulaan!) (Bagian A)~Aksara Ocean~"Bantu kami, Dek! Kakak mohon!" Arni memohon pada Mira, sedangkan wanita yang berstatus sebagai adik tengahnya itu hanya menatap tapi belum mau menanggapi. Dia hanya diam dan mengamati."Tante, aku mohon bantu kami. Hanya Tante lah yang kami punya sekarang ini!" Farhan ikut memohon.Potongan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu kembali masuk ke dalam memorinya, dan dia kembali bergidik ngeri membayangkan Maura yang terkapar bersimbah darah, teriakan orang-orang yang ketakutan, dan Tasya yang ditangkap polisi.Farhan dan Arni tidak pernah membayangkan kalau Tasya akan digiring ke kantor polisi segera, mereka kira semuanya akan baik-baik saja dan bisa kabur entah ke mana. Tapi terlambat, karena ternyata di cafe itu ada beberapa polisi yang tengah meminum kopi. Dan mereka segera mengamankan Tasya dan di giting langsung ke kantor, semua orang di sana menjadi sa
149. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian C)Aku hanya tersenyum dengan manis dan menanggapi ucapan mereka dengan santai. Kekehan kecil aku berikan saat Mama Arga memelukku dari samping dan bersandar di bahuku.“Mama nggak pernah punya anak perempuan, Arga itu nggak ada manis-manisnya, Ya. Mama harap anak kamu nanti perempuan, ya,” katanya dengan lembut sambil mengusap perutku dengan sayang. “Mama pengen cucu perempuan!” katanya lagi.Ya Allah, aku cukup terharu mendengarnya, beliau menyayangiku dan akan menyayangi anakku juga. Apakah saat ini aku boleh berteriak kesenangan? Memiliki keluarga yang baik dan menyayangiku seperti saat ini adalah impianku dari dulu.“Iya, Papa juga pengen cucu perempuan. Baru anak kedua kalian nanti laki-laki,” kata tuan Widjaja sambil tersenyum singkat. “Tapi sebenarnya apapun yang Allah kasih, kami tetap akan bahagia. Di rumah ini akan ada tawa anak kecil lagi,” katanya dengan lembut.Ya Allah, mereka benar-benar menghargaiku, dan aku sangat bahagia. Demi All
148. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian B)“Loh, kok nyolot sih, Mbak? Ini fakta, kami ngeliat langsung kalau Mbak selingkuh!” sahut Tasya dengan santai, adikku itu benar-benar hebat. “Kedok aja mengusir kami, ternyata mau nutupin perselingkuhan kalian, ya? Wah! Wah! Aku nggak nyangka!” ujarnya lagi.“Eh, apa maksud kamu? Jangan fitnah, ya!” seru Maura tidak terima.Aku langsung bergegas mencekal lengannya dan melihat dia dari atas ke bawah, Maura benar-benar sudah berubah. Dia bahkan tidak terlihat takut sedikitpun saat ini, dan malah santai. Padahal dia saat ini tengah ketahuan berselingkuh!“Kamu benar-benar keterlaluan, Ra! Kamu mengkhianati pernikahan kita padahal kita baru saja menikah!” ujarku menahan geram. “Dasar wanita murahan!” kataku dengan ketus.“Hei, Bung! Bukankah itu terlalu kasar?” Lelaki bernama Anton itu ikut campur, dia langsung berdiri di sebelah Maura dan menatapku dengan tajam.“Nggak usah ikut campur kamu, dasar pasangan pezina!” cecarku padanya. “MAS!” Maura mem
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU147. KECELAKAAN DAN LAMARAN (Bagian A)~Aksara Ocean~"Dia siapa?" tanya aku dengan cepat.Gigiku mengatup dengan rapat menahan amarah yang siap memuncak, melihat istriku sendiri Tengah berada di pelukan lelaki lain membuat aku benar-benar muntab.Dan yang lebih parahnya Maura terlihat menikmati pelukan itu setelahnya mereka melakukan cipika-cipiki dengan sangat akrab. Aku sangat membenci bagaimana laki-laki itu terlihat menatap Maura dengan tatapan kekaguman."Dia adalah Mas Anton, Mas!" jawab Tasya dengan nada histeris."Anton? Anton siapa?" tanyaku cepat."Temennya Mbak Maura, kami ketemu sama dia waktu aku dan Mbak Maura pulang tengah malam waktu itu." sahut Tasya pelan. "Dan kemarin Mbak Maura juga keceplosan kalau Mas Anton itu adalah orang yang mengejar cintanya dari dulu!" Lanjutnya lagi.Aku lantas mencengkram bahu Tasya dengan kedua tanganku hingga dia meringis kesakitan, namun aku tidak peduli kepanikan yang aku
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKUBAB 68MAMA ARGA~Aksara Ocean~“Lama amat, sih?” ujar Mas Putra sambil cemberut.Aku hanya tertawa dan mengedipkan mataku padanya, dan dia langsung mencebikkan bibirnya dengan sinis. Hanya lima belas menit, dan dia sudah mengatakan lama. Hmm, laki-laki memang tidak punya stok sabar yang melimpah.Aku melirik sekilas pada makanan yang sudah terhidang di meja, dan Alhamdulillah, masih aman. Makanan milikku tidak berkurang satu potong pun, ternyata Mas Putra menepati janjinya untuk tidak menyentuh makanan yang aku pesan.Makanya aku memberikan senyuman manis untuknya dan mengacungkan kedua jempolku, mengapresiasi dirinya yang sudah bisa menjaga tangan dan mulutnya agar tidak mencomot makananku.“Maaf ya, Mas. Di toilet tadi ngantri,” kataku memberikan penjelasan. “Ngantri, ngantri, ngantri apa? Emangnya di toilet jualan minyak goreng?” tanyanya sewot.Aku langsung tergelak, akan sangat lucu jika ada penjualan minyak goreng d
146. SIAPA LAKI-LAKI ITU? (Bagian C)"Keliatan, kok. Ngapain dia ke sini? Jauh amat dari rumahnya," ujar Mama setelahnya, dia duduk kembali dan menyesap es cendolnya melalui sedotan. "Udah ngusir kita, dia malah enak-enak kongkow di cafe," ujar Mama dengan ketus."Nah, bener ini! Kadang-kadang aku sampai jeran loh, Mas. Nasib Mas buruk banget, dapat istri dua-duanya nggak genah!" sahut Tasya menyetujui Mama. "Yang ketiga ini, cari yang baik dan nggak pelit sama keluarga, Mas." Tasya memberi wejangan lagi."Mbak Aya nggak pelit!" kataku membela diri."Tapi dia pembangkang! Masak suami mau nikah lagi, dia nggak ngizinin!" balasnya masuk akal. "Cari yang penurut dan juga baik!" katanya dengan penuh penekanan."Cerewet amat kamu, Sya! Lagian siapa yang mau cari istri lagi, sih? Mas sama Mbak Maura masih sah, sebagai suami istri!" kataku sambil menggeleng pelan."Udah diusir gini, Mas masih mau sama dia?" tanya Tasya dengan nada mengejek. "Masak nggak punya harga diri, Mas!" Lanjutnya peda