Share

Bab 24

Penulis: Mutiara Sukma
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-15 15:11:03

Astaghfirullah, dadaku terasa panas. Ya Allah, bisa ga ciptaanMu yang satu ini di reset lagi. Biar aku ga jantungan setiap ngobrol sama dia.

Sore itu, mbak Ulya datang. Dia mengitari mobilku yang terparkir di halaman.

"Wah, Dinara hebat kamu! Bisa bisanya Pak Joshua membelikan kamu mobil. Pasti ada sesuatu nih?" selorohnya sambil meraih satu kursi dan duduk di depanku. Bapak masih ditoko. Katanya tadi Aulia meminta beliau datang karena banyak barang yang habis.

"Sesuatu apa, Mbak? Pak Joshua membelikan murni karena aku karyawannya. Tak ada hal lain!" Tegasku. Perempuan itu menyipitkan mata seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan.

"Tolongin mbak, dong, Ra. Bujuk Pak Joshua untuk menandatangani kontrak kerja sama perusahaan Mbak dengan perusahaan kalian. Itu satu satunya jalan agar mbak dapat promosi jabatan menjadi Manager. Plis, Ra." Mbak ulya memohon.

"InsyaAllah ya, Mbak. Nanti aku usahakan," Sahutku malas.

"Beneran ya, Ra. Kasih sekali lagi pasti semua permintaan kamu dikab
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Susiani Zalogo
mna nih lanjutan nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 25

    "Dinara! Kamu ini kenapa sih!" Pekik Mbak Ulya sambil meraba pipinya. Pasti sakit sekali, karena tanganku pun terasa panas setelah menam par perempuan itu."Jaga ucapan, Mbak. Jika mbak mengira aku menjual harga diri karena harta, Mbak salah. Aku lebih baik menderita dari pada memberikan apa yang seharusnya aku jaga sampai mati.""Kamu jangan sok suci, Ra. Dimana mana untuk mendapatkan hati atasan pasti harus mengorbankan diri. Toh sama sama enak," ujarnya santai.Aku menatap perempuan itu tajam, tak kusangka dia akan menjawab seperti itu, mura han!"Jangan jangan Mbak, seperti apa itu ya? Memberikan apa yang seharusnya hanya boleh dinikmati suami Mbak pada laki-laki lain agar mendapatkan apa yang mbak inginkan?"Wajahnya pias. Aku menyengir. "Pantas Mbak yang hanya lulusan SMA bisa bekerja sebagai staff keuangan. Berapa kali Mbak melakukan hal itu? Apa setiap hari dan mengaku lembur pada Mas Damar?" tudingku tanpa takut."Diam kau Dinara! Jangan lancang! Itu fitnah namanya. Akan kub

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 26

    Sepanjang perjalanan Fikri diam. Hingga sampai di warung saat aku menawarkan es krim baru wajah murungnya memudar."Fikri tak boleh jajan sama Papa dan Mama.""Lho kenapa?""Kata Mama, kalau mau jajan suruh Papa nyari uang dulu." Aku menghela napas dalam-dalam."Trus?""Trus Papa marahin Mama deh. Mama dipukul Papa."Aku tertegun. Anak kecil tak mungkin bohong. Setelah Fikri tenang dan mau main di kamar aku pun kembali menemui Mas Damar yang ternyata sedang ngobrol dengan Ibu."Damar capek, Bu. Ulya makin hari makin jadi. Dulu selalu pulang malam. Dan sekarang dia jarang pulang ke rumah. Damar tak begitu bisa menjaga Alesha dan Fikri, apalagi buat ngojek sudah gak bisa sama sekali," lirih Mas Damar dengan suara parau."Sabar, Mar. Mungkin Ulya lagi banyak kerjaan.""Tapi, udah keterlaluan, Bu. Dia kredit barang barang mahal tanpa ijin dari Damar. Walau bukan Damar yang mencari uang, tapi setidaknya dia harus menghargai damar sebagai suami."Aku akhirnya berjalan ke arah mereka dan dud

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 27

    "Maaf, saya agak lama," ujarku sambil menarik bangku di sebelah Pak Joshua. Orang-orang yang satu meja dengan kami tersenyum sambil menganggukkan kepala."Kamu dari mana? Ke toilet aja lama banget! Nyasar ya!" Bisik Pak Joshua tepat ke telingaku. Jelas tak ada yang curiga jika boss kill er ini sedang mengomeliku karena wajahnya yang masih mengulas senyum.Aku tak menjawab, bergegas makan makanan yang sengaja kusendok sedikit aja. Malu karena semua sudah selesai makan. Usai ngobrol ngobrol sebentar kami pun pamit. Saat sampai di lobby salah satu teman Pak Joshua menyapanya. "Wah, akhirnya bakalan sold out juga nih teman kita," Ledeknya.Aku menunduk segan. "Hanya teman," sahut Pak Joshua melirikku sekilas."Tapi, kalian cocok, Josh. Serius. Om Edi pasti sangat senang lihat anaknya bisa jatuh cinta juga." Mereka pun tertawa. Sedangkan aku tak tau harus berbuat apa. Mataku terus berpendar mengelilingi gedung itu. Tadi, apa yang kulihat sempat kurekam. Itu akan menjadi bukti penting nant

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 28

    Dia sangat percaya diri jika aku menyukainya."Serius dia bilang gitu, Ra?" Teriak Cheryl di seberang sana. Aku sengaja menelpon Cheryl untuk melegakan hati. Tak mungkin aku menceritakan ini pada Bapak ataupun Ibu sementara aku sendiri masih ragu. Beruntung Cheryl juga sedang begadang mengerjakan tugas akhir."Iya, Cher. Aku pikir dia becanda. Tapi, sepertinya dia serius.""Maksud kamu Kak Joshua mau pindah agama?""Kak Joshua?""Maksudku Pak Joshua." Dia meralat."Ga tau, Cher. Aku pusing."Tak lama telepon pun kututup. Tenang Dinara, anggap aja itu candaan laki-laki yang terdesak hendak menikah karena paksaan orang tua. Masa depanmu masih panjang. Ga perlu mikirin balas budi ataupun masa depan orang. Toh, selama ini setiap gajian hutang selalu di cicil. Tapi, kalau ternyata dia yang jadi masa depanku gimana?Hingga pagi aku tak bisa tertidur. Namun, karena sudah subuh aku terpaksa bangun, mandi dan sholat. Meski ngantuk tapi tetap harus kerja. Selain itu aku juga harus kuliah malamn

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 29

    Kenyataan yang baru saja terungkap membuat air mata jatuh berderai. Ternyata Ibu bukanlah ibu kandungku. Aku dirawat sejak masih bayi karena Ibu kandungku meninggal sesaat setelah aku lahir."Nduk, walau kamu bukan anak kandung Ibu. Tapi, ibu menyayangi kamu seperti Ibu sayang sama Damar." Ibu memelukku menciumi berkali-kali. Sesak sekali rasanya. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah terlanjur menyayangi Ibu seperti Ibu kandungku sendiri."Kamu katanya sayang tapi selalu membedakan anakku dengan anakmu, Ruslina. Kau tau, aku sangat sakit melihat perlakuanmu yang tak adil pada Dinara." "Pak, jangan membuat anakku membenciku karena Bapak salah paham ketika melihat keadaan!""Salah paham apa Ruslina? sebelum menikah kita sepakat untuk adil dalam menyayangi anak anak kita. Tapi, nyatanya kamu lebih melindungi Damar dari pada Dinara!""Bukannya Bapak yang selalu memandang Damar sebelah mata! Bapak tak pernah menghargai usahanya! Bahkan, Bapak tak peduli saat dia di pehaka. Aku ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-03
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 30

    Menjelang siang, aku, Bapak dan Ibu datang ke rumah sakit dimana Mbak Ulya dirawat. "Gimana Ulya, Mar?" Mas Damar yang duduk di kursi panjang ruang tunggu tampak kacau. Kemudian dia menangis di bahu Ibu. Ternyata Mbak Ulya mendapatkan cidera parah pada area kewanitaannya begitu juga pada bagian tubuh belakang. An*nya robek. Mbak Ulya diduga mendapat kekerasan dari pelaku orientasi s*ks*al menyim pang. Kemungkinan lelaki tua yang kulihat kemarin pelakunya. Kini dia sedang dalam pengejaran polisi. Yang mengenaskan, Mbak Ulya ternyata dalam keadaan hamil. Dia mengalami keguguran dan pendarahan hebat serta luka yang cukup parah. Sehingga rahimnya harus diangkat.Tubuhku merinding sebadan. Membayangkan rasa sakit dan hal mengerikan yang dialami kakak iparku itu. Tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Sementara Mbak ulya sudah tak punya asuransi kesehatan dari perusahaan. Karena dia dan manager yang menjadi lawan mainnya selama ini sudah dipecat beberapa bulan lalu. Mereka diduga mela

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-03
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 31

    "Ha? Mimpi kowe, Mar! Minta Dinara jual mobilnya. Ga tau malu kamu itu. Ga mikir!" Bentak Bapak. Ibu menahan tangan Bapak yang yang hendak menghampiri Mas Damar."Sudah toh, Pak.""Anak ga tau malu ini kudu dikasih kaca yang besar. Biar tau diri! Kemarin waktu kamu punya mobil pernah ga nawarin Dinara jalan-jalan, atau nganterin dia kuliah?" "Tapi, kan Damar yang membiayai kuliahnya, Pak?" kilah Mas Damar."Oh, berarti kamu minta dikembalikan uangnya?"Mas Damar terdiam. Wajahnya gusar."Pak, sudah. Jangan diomel-omelin terus Damarnya.""Bela terus anakmu itu! Dari dulu ga ada benarnya! Dapat uang pesangon bukannya buat modal usaha, malah untuk manjain istri. Sekarang baru merasakan akibatnya!""Aarrrgh! Bapak bukannya bantu malah bikin sakit hati!" Sentak Mas Damar yang kemudian pergi ke kamar dan membanting pintu dengan kencang.Astaghfirullah ... Lirih kami serentak."Itu lah kalau anak selalu dimanja. Aku bukan ga sayang sama Damar, Ruslina. Tapi, dia itu laki-laki. Kalau sudah b

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 32

    "Tenang Rik. Masih banyak perempuan cantik yang mengantri untuk kamu jadikan istri." Ujarku."Jadi, benar kamu sudah jadian sama bosmu itu, Ra?" Riko menatapku lekat. Aku membuang napas panjang."Ga lah, ngaco kamu!" Aku menampik.Tak lama Riko pamit terlebih dahulu karena dia harus menjemput Mamanya yang sedang ke salon."Gimana, Ra?" Kini kami tinggal berdua."Aku ga tau, Cher. Rasanya tak mungkin aku menerima Pak Joshua. Ini masalah iman. Tak mungkin salah satu diantara kami berubah keyakinan hanya karena cinta.""Apa kamu mencintai dia, Ra? Kamu serius dengannya?""Aku ga tau, Cher. Aku baru merasakan sebatas debar yang tak biasa." Gumamku."Nah itu yang namanya cinta, Ra! Kamu sama Pak Joshua itu memang cocok.""Kalau kamu saja sama dia gimana?" Mata Cheryl membola meski tetap terlihat sipit."Ih, ngarang kamu! Mana boleh.""Lho kenapa?kalian satu suku, satu keyakinan. Dan Papa kamu sudah kenal Pak Joshua dengan baik pastinya."Cheryl tertawa lirih. Lalu bangkit dan meraih tasnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04

Bab terbaru

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Tamat

    "Ma ..." "Saya bukan Mamamu!"sentaknya lalu masuk tanpa kupersilahkan. Bahunya bahkan sampai menyengol lenganku."Ini rupanya rumah yang dibelikan suamiku untukmu?" Mama mengitari ruang tamu dengan mata menatap lukisan lukisan alam yang sengaja dipajang Mas Yazid."Mana foto pernikahan kalian, kalau benar kamu sudah resmi menikah dengan anakku!" Mata itu kini mengarah tajam padaku."Kami memang tidak memajang foto, Ma. Tapi pernikahan kami tercatat resmi dalam catatan sipil.""Halah, kalian bisa saja membayar calo untuk mendapatkan itu.""Astaghfirullah, buat apa, Ma? Pernikahan tanpa ijab qobul, tidak disaksikan oleh para saksi sama saja batal. Apalagi pernikahan palsu. Itu hanya akan menambah dosa, merugikan diri sendiri. Tinggal berdua dengan pasangan yang belum sah menjadi suami, sama saja dengan berzina!" Suaraku sedikit meninggi. "Halah! sok ngomong dosa. Dalam agama kamu, memisahkan seorang anak dengan ibunya apakah tidak berdosa?" Wajah Bu harsanti memerah. Aku menunduk samb

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 69

    Semua mata menatap ke arah Papa. Aku dan Zahra saling pandang. Sangat jelas jika Zahra tampak sangat kecewa dengan penolakan Papanya.Aku menepuk pundak sahabat sekaligus adik iparku itu pelan. Lalu memeluknya. Ada isak kecil yang terdengar sumbang."Saya tak bisa kalau saya tak diajak ikut ke dalam kebahagiaan yang anak saya dapatkan." Lanjut Papa lantang.Zahra melepas pagutannya dan langsung membalikkan badan menoleh ke arah Papa. Aku pun sama. Yang kulihat sungguh diluar dugaan. Papa meraih tangan Ustadz Hanif."Bantu saya untuk masuk dan mempelajari Islam."Mas Yazid yang berbeda disana bergegas mendekati Papa. Dan langsung memeluknya. Lelaki itu menangis haru. Bagaimana tidak, cukup berat perjuangannya meyakini papa akan kepercayaan barunya ini. Kalau akhirnya harus meninggalkan kedua orang tuanya. Dan kini tanpa diminta ataupun dipaksa. Papa Edward menyatakan ingin masuk Islam.Hari itu juga Papa mengikrarkan keislamannya dengan membaca dua kalimat syahadat. Suara haru menyelim

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 68

    Tak menyangka jika Bu harsanti telah menyiapkan preman-preman itu untuk membuatku menyerah. Itu tidak akan pernah terjadi. Meski nyawa harus kukorbankan. Bagiku pernikahan adalah ikatan suci yang dapat terpisah karena memang sudah tidak ada kecocokan di antara pasangan suami-isteri. Atau salah satunya menyerah dan melepaskan tanggung jawabnya dengan cara baik-baik. Tidak dengan cara seperti ini.Enam orang preman sudah kutaklukkan. Begitulah mereka hanya modal tampang seram dan tubuh besar menganggap remeh seorang perempuan.Tepat saat preman terakhir kujatuhkan. Perutku terasa kram. Aku meringis, menahan sakit. Lalu terduduk dilantai. "Lepas! Lepaskan!" Suara teriakan perempuan di belakang mengejutkanku. Aku menoleh seketika darahku terkesiap. Kini Pak Edward dan Mama Mas Yazid sedang bergelut memperebutkan sebuah stik golf yang ada di tangan Bu Santi. "Sudah cukup, Ma! Cukup! Papa tak pernah mengijinkan Mama sampai sejauh ini!""Iya! Ini kemauan Mama sendiri. Papa terlalu lemah. P

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 67

    POV Yazid "Pulanglah, Josh. Kalau kamu pulang. Mama akan memberikan apa yang kamu mau."Entah dari mana datangnya, Mama sudah berada di samping mobilku."Mama? Mama kok tau josh disini?" Tanyaku agak khawatir. Namun, melihat mama yang memakai kerudung aku jadi ragu. Jangan-jangan Mama sadar setelah setahun ini ditinggalkan anak-anaknya."Josh, kamu sudah mendapatkan jalan kebenaran. Kenapa kamu tidak mengajak Mama?" Mata Mama sendu. Tak ada lagi sinar keangkuhan seperti dulu. Agaknya Mama sudah menyesali semuanya."Maksud Mama?" "Pulanglah Josh. Kita mulai lagi hidup seperti dulu. Mama tak akan memaksa apa yang tidak kamu suka. Kamu bebas memilih jalan hidupmu, Nak." Suara Mama begitu lembut. Menggetarkan hati yang memang selalu merindukannya. Aku mendekat dan memeluk Mama. Mama memelukku erat. Bahunya turun naik menahan isak. Kini aku sebenar yakin jika Mama memang sudah berubah."Joshua akan pulang bersama mama. Tapi, ijinkan Joshua untuk kerumah terlebih dahulu, Ma. Karena mama s

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 66

    Hari ini Zahra memutuskan untuk pulang. "Za, kamu yakin?" Tanyaku lagi. Zahra menatap sejenak lalu menyunggingkan senyum. Perempuan itu masih terus berkaca membetulkan letak kerudungnya. Pembawaannya sangat tenang, berbeda sekali denganku. Aku khawatir, padahal Zahra mau bertemu dengan orang tuanya sendiri. Namun, mereka kan sudah berbeda. Orang tua mana yang rela melihat anak-anaknya berpindah haluan seperti itu."Wajah kamu tegang banget, Ra," cetusnya sambil tertawa kecil."Aku cuma mau bertemu Mama dan Papa, Ra. Bukan kawanan mafia," pungkasnya lagi."Tapi, aku takut, Za.""Kamu tenang aja. Aku tak akan mati karena bertemu mereka kok. Bagaimanapun mereka adalah orang tuaku 'kan, Ra. Yah, semoga saja Kak Yazid ada disana."Aku mengangguk lalu menunduk."Ra, jangan gitu dong. Mana Dinara yang kuat, tegar dan tangguh dulu. Masa kamu melepasku dengan wajah cemberut begitu."Aku masih bergeming. Pikiranku bercabang kemana-mana. Melihat ancaman dan sikap Bu Harsanti waktu itu, masih me

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 65

    "Za, apa Mas Joshua bersamamu?" Tanyaku ketika telepon tersambung."Lho, tumben kamu panggil Kak Yazid, Mas Joshua?" Kekehnya. Aku tersenyum tipis, walau aku tau Zahra tak bisa melihat. Pikiranku sedang tidak enak."Eh, maksudnya Mas Yazid." Ralatku."Enggak, kan tadi ke kajian. Memang belum pulang?" Aku mendesah sambil menatap jam di dinding yang sudah menunjukkan angka sepuluh. Aku telah memberi udzur sampai dua jam atas keterlambatan Mas Yazid. Tapi, laki-laki itu tetap saja belum menampakkan diri."Belum, Ra. Tadi katanya lagi ngobrol sama Ustadz Hanif. Tapi, kok lama banget, ya? Menurut kamu Mas Yazid masih disana ga sih?""Hmm ... Aku juga kurang tau, Ra. Tapi, kan Mas Yazid bukan tipe orang yang suka mengobrol lama. Dan aku yakin Ustadz Hanif pun juga sama."Aku menghela napas panjang. Aku sepemikiran. Tapi, aku tak punya alasan lain untuk membenarkan keterlambatan ini."Apa kamu punya nomor telepon Ustadz Hanif?""Ga lah, Ra. Aku ga kuat menahan hati nanti." Dia cekikikan. Aku

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 65

    Darah mengucur dari perut ibu. Aku berteriak histeris. Mas Damar yang melihat tik*mannya yang salah sasaran berdiri mematung. Ibu mulai rebah tepat saat tanganku memegang tubuhnya.Mas Yazid yang baru datang terpaku melihat keadaan yang mengerikan itu."Mas, hayo bawa Ibu ke rumah sakit!" Pekikku memecah kebuntuan.Dengan sigap Mas Yazid menggendong ibu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Dia tak peduli dengan bajunya yang terkena noda darah. "Aku tak sengaja, sungguh aku tidak ingin memb*nuh ibu."Aku mengabaikan raungan Mas Damar yang terlihat frustasi. Warga yang berdatangan sangat terkejut. Mereka langsung berinisiatif untuk meringkus Mas Damar. Sementara aku dan Mas Yazid segera meluncur ke rumah sakit. Semua berjalan begitu cepat. Maghrib yang syahdu, berubah menjadi sebuah tragedi yang menakutkan. Ternyata ada iblis di dalam hati lelaki itu. "Ibu bertahanlah, Bu." Aku memegang tangan Ibu erat. Tangannya terasa dingin. Air mataku tak henti mengalir. Jalanan yang mulai padat m

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 64

    Suara tangis anak-anak terdengar ramai dari dalam. Bukankah hanya ada Dani--anaknya Retna. Aku terus mengetuk pintu, tak sabar ingin segera masuk. "Sabar, Sayang. Mungkin Ibu lagi di kamar mandi." Mas Yazid menyentuh bahuku."Aku khawatir, Mas." Mas Yazid yang memakai topi dan kaca mata hitam itu merangkul pundakku lalu ikut mengetuk pintu. Beberapa kali mencoba memutar kenopnya, tapi tak bisa sepertinya terkunci dari dalam."Assalamu'alaikum, Bu. Buka pintunya, Bu."Ceklek. Pintu terbuka. Bau busuk langsung menusuk hidung. Tiga anak kecil sedang bertangisan dilantai. Pakaian mereka kumuh. Bahkan, anak yang kukenali seperti Alesha sedang memegang pakaian penuh kotorannya."Astaghfirullah, Mas Damar?" Mataku membola melihat laki-laki dengan wajah kusut itu memegang sebuah pisau. Matanya tajam, menatapku."Kau baru kembali? Puas lihat semua ini?" Bentaknya penuh emosi. "Ada apa, Mas? Kenapa bisa seperti ini?" Mataku liar menatap kekacauan dirumah ini. Ruangan yang dulu selalu rapi dan

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 63

    IBUKU BUKAN BABUMU 42 POV Damar 2 "Maaf, Mas Damar. Alesha dan Fikri kami antar ke sini. Kami pun bukan orang mampu. Kami tak sanggup untuk membiayai mereka. Mamanya Mbak Ulya juga sudah tua. Jadi kami kembalikan kesini." Nuri--saudara Ulya memulai kata. "Tapi, aku ..." "Aku pamit dulu, Mas. Takut ketinggalan, Bis." Perempuan memotong ucapanku lalu bangkit dan menyalami Ibu yang duduk lemas sambil memangku Alesha, di sampingku. "Nur ..." Panggilku. Namun, perempuan itu tak menoleh lagi. "Pa, Fikri lapar. Dari kemarin belum makan." Rengek Fikri. Helaan napas Ibu terdengar jelas. Kini ada 3 anak yang masih kecil-kecil dirumah ini. Astaga! Aku menyugar rambut. Kenapa perempuan yang aku nikahi tidak ada satupun yang beres. "Kasih Fikri makan dulu, Mar. Itu masih ada sisa nasi sama goreng telor dadar. Alesha mungkin juga lapar. Sekalian kamu suapin. Ibu lelah sekali, Mar." "Damar mana bisa, Bu." Aku mengeluh. Selama ini aku tak pernah ikut membantu menjaga anak-anak. Aku tak bi

DMCA.com Protection Status