Share

74. Babak Panas

last update Last Updated: 2025-04-04 21:00:25

Belum selesai Ashley berucap, Hans sudah membenamkan wajahnya menyapu dengan lidah, lapisan bibir inti sang wanita.

Membuat wanita itu menggelinjang, meliukkan tubuh dengan pinggul yang bergerak ke atas dan ke bawah, membuat Hans menekan perut bawah pusar sang istri, agar ia bisa semakin dalam menjejaki rongga inti.

"Aduhhh ... Kooo ...!"

Ashley merasakan sesuatu aliran listrik dalam tubuhnya saat Hans menekan gspot miliknya, membuat wanita itu meleguh nikmat.

"Aahh ... Ko, a-ku ..." racau Ashley dengan tubuh menegang dan napas terengah.

Hans melumat, menghisap habis sesuatu yang basah milik sang istri. Hingga wanita itu harus mengatur napas kembali serta tubuhnya menjadi lemas.

Pria itu kembali menindih sang istri, menciumi ceruk leher hingga menyusuri dada, membuat Ashley kembali mendesah nikmat.

Dalam diri Hans pun ada yang mendesak ingin keluar. Tidak menunggu lagi, ia mulai menepatkan sesuatu miliknya pada bibir Mi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (23)
goodnovel comment avatar
Albhi Lutfianto
terus nonstop ampe pagi............
goodnovel comment avatar
Nurhayati
widihhh,,, langsung di rapel nih kenikmatan yang mereka rasakan.
goodnovel comment avatar
Milda Yanti
wadaw panas membara aduhayy di temani hujan rintik rintik makin bikin syahduu wkwk semoga Ashley dan Hans bisa kasih adik buat Baby Neul ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   75. Dendam

    Setelah hujan turun semalam dengan suasana kamar yang begitu panas. Pagi ini, Hans menerima panggilan Liam, bertanya mengenai keadaan Sandra yang mengejutkan mereka. Panggilan keduanya kini tersambung. "Hallo, Pak. Maaf, mengganggu hari libur Anda," ucap Liam menyapa. "Hm. Ada apa kamu menelpon pagi sekali?" Mendengar protes sang CEO, Liam menggaruk tengkuknya meski tak terlihat, "Maaf, Pak, saya sudah melihat keadaan Sandra di rumah sakit. Dokter mengatakan dia sangat trauma dengan kondisinya. Namun, saya tidak bertemu kakaknya, hanya ada ibunya saja di sana." "Lalu, apa dia bisa diajak berbicara? Siapa pelakunya?" "Tidak, Sandra belum mengatakan kejadian pastinya." Hans manggut-manggut, "Ya sudah, atur jam ketemu Kakak laki-lakinya saja. Cari tau dimana tempat kerjanya." Belum selesai percakapan Hans dengan Liam, Ashley yang tidak sengaja mendengarkannya pun mendekati sang suami dengan membawa teh. "Aku tau tempat kerjanya, Ko," sahut sang wanita. Seketika Hans men

    Last Updated : 2025-04-05
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   76. Suasana Tegang

    Wajah Doni tampak serius, seakan ada yang mengganggu pikirannya. Ketika matanya tertuju pada Liam dan Hans, dua orang yang tampaknya tak diinginkan di sini, ekspresinya berubah menjadi marah. Seolah tak ingin mereka berada di tempat itu, ia langsung menghampiri mereka.Situasi outlet ponsel sedikit ramai pengunjung hingga membuat Liam maju beberapa langkah saat melihat tatapan tidak suka Doni pada sang CEO."Ehmm ... Begini Pak Doni, kami dari perusahaan adik Anda. Bisa kami bicara sebentar?" kata Liam sambil sekilas melihat sekeliling.Dengan napas memburu, terlihat dari dada pria itu yang naik turun, Doni mengikuti langkah Liam yang mengarahkan pada bangku kosong.Hans mengikuti sang asisten yang berjalan mengarahkan Doni dengan sesekali menoleh ke arah sang istri yang juga melihatnya dari sisi berbeda. "Tenanglah," angguk Hans seolah memberi isyarat pada sang istri."Silahkan Pak Doni," kata Liam menyilahkan sambil membuka ba

    Last Updated : 2025-04-06
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   77. Tragedi Mall

    Suasana di dalam mall tampak sibuk dengan banyaknya pengunjung yang berlalu-lalang. Ashley mempercepat langkah menghampiri sang suami, berharap bisa meredakan pertikaian Anatar Doni dengan suaminya.Doni terlihat menatap Ashley dengan senyuman jahat, seketika ada ketegangan yang mulai terasa di antara mereka.Namun, yang dilakukan Ashley justru semakin membuat Doni senang. Ia langsung mendorong kursi hingga terlempar ke belakang.Brak!Hans yang sejak tadi mengikuti pandangan Doni pada sang istri sontak menahan tangan pria itu. Namun, Doni justru menghempaskan kasar hingga Hans sedikit terhuyung."Pak?" Liam sempat memegangi Hans dari balik punggungnya.Namun, belum juga Liam menolongnya, Hans lebih dulu menyeimbangkan diri. "Kamu ternyata lebih menantang aku ya!" geramnya dalam hati langsung mendorong Doni.Langkah Doni semakin dekat dengan sang istri, membuat Hans semakin protektif terhadap Ashley. Ia su

    Last Updated : 2025-04-07
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   78. Pertolongan Pertama

    Jeritan Ashley menggema di tengah kerumunan yang mulai bubar. Petugas keamanan kini menahan Doni yang terus melawan, sementara beberapa staf mall sibuk merapikan kursi dan meja yang berserakan.Ashley masih duduk di lantai, memangku kepala Hans yang napasnya berat. Mata Ashley basah, tangannya gemetar saat membelai wajah suaminya."Ko, bangun, jangan diam saja seperti ini. Aku takut." Suara Ashley gemetar.Sirine ambulance terdengar mendekat.Beberapa detik kemudian, tim medis berlari masuk membawa tandu.“Cepat! Pasien pingsan,” teriak Liam sambil menunjuk ke arah Hans yang sudah terkulai lemas di pangkuan Ashley.Ashley masih memangku kepala Hans. "Tolong ... tolong dia, cepat."Ashley menyingkir perlahan saat petugas mengangkat Hans ke atas tandu. Tanpa perlu diminta, ia ikut naik ke dalam ambulans dan duduk di samping tubuh suaminya yang kini sudah dipasangi selang oksigen.Liam hanya bisa menatap saat

    Last Updated : 2025-04-08
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   79. Tersentak

    Ashley menatap Bram tanpa berkedip. Kata-kata dokter itu masih bergema di telinganya—transplantasi jantung?Namun sebelum Ashley sempat bertanya lebih lanjut, Liam tiba-tiba melangkah cepat mendekat.“Dok, kalau boleh tahu, kapan Pak Hans bisa dipindahkan ke ruang perawatan?” tanya Liam cepat, seolah berusaha mengalihkan.Bram menoleh ke Liam dan mengangguk kecil. “Sebentar lagi. Kami pastikan dulu tekanan darahnya stabil. Tapi beliau masih belum sadar.”Ashley ikut mendekat. “Kalau sudah di ruang intensif, saya boleh masuk, kan?”“Boleh. Nanti perawat akan panggil Ibu kalau sudah dipindahkan,” jawab Bram.Ashley menunduk, mencoba menahan perasaan yang campur aduk di dalam dadanya. Tapi pertanyaan tadi masih terus mengganggu pikirannya. Perlahan, ia mendongak lagi."Dok …." Suara Ashley pelan, tampak ragu. “Tadi Dokter bilang soal transplantasi jantung. Maksudnya, Ko Hans pernah—”“Kita bahas nanti, Bu. Sek

    Last Updated : 2025-04-09
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   80. Masa Lalu Hans

    Naomi dan Candra saling pandang. Ekspresi mereka berubah tegang, seperti sedang menimbang apakah ini saat yang tepat untuk bicara.Ashley memperhatikan dengan cemas. “Jadi … kalian memang tahu?” tanyanya pelan. “Kalian tahu soal transplantasi jantung itu?”Naomi menatap Ashley lekat-lekat, lalu mengangguk perlahan. “Kami tahu, Ashley. Karena kami orang tuanya.”Ashley terdiam. Ia menunggu, sementara Naomi mulai menjelaskan.“Sejak kecil, Hans memang memiliki kelainan pada jantungnya. Kami baru tahu saat usianya menginjak tiga tahun. Sejak itu, kami harus rutin membawanya kontrol. Ia tumbuh seperti anak normal, tapi tetap ada batasan.”Candra melanjutkan, “Sekitar setahun yang lalu, kondisinya mulai memburuk. Sebelumnya sempat stabil, tapi waktu itu, keluhannya makin sering muncul. Dokter bilang transplantasi adalah satu-satunya jalan.”Naomi mengangguk. “Iya. Kami sangat bersyukur, delapan bulan lalu Hans mendapat donor

    Last Updated : 2025-04-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   81. Kesadaran

    Suasana di ruang perawatan Hans terasa sunyi. Hanya suara alat bantu pernapasan dan detak monitor yang terus berdetak pelan, seperti mengiringi denyut jantung Ashley yang belum juga tenang.Setelah Naomi dan Candra pamit pulang, Ashley kini sendirian di dalam ruangan itu. Ia duduk di kursi di sisi ranjang Hans, menggenggam tangan suaminya yang masih belum sadar. Cahaya lampu di sudut langit-langit ruangan membuat wajah Hans tampak pucat, jauh berbeda dari biasanya.Ashley menyandarkan dagunya di tangan Hans, memejamkan mata sejenak. Hatinya masih dihantui rasa bersalah. Berkali-kali ia berbisik dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri.Ashley mengusap punggung tangan Hans dengan lembut. “Ko, bangunlah. Aku di sini. Kamu nggak sendiri.”Ponsel Ashley yang sejak tadi diam di atas meja kecil tiba-tiba bergetar. Sebuah panggilan video masuk.Ashley cepat-cepat mengangkat panggilan itu. Di layar, tampak wajah mungil Haneul, dengan pipi tem

    Last Updated : 2025-04-11
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   1. Mertua Mata Duitan

    "Masih kayak mimpi kamu pergi secepat ini, Mas ... Aku sekarang sendirian di sini ..." Langit seakan senang menertawakannya menangis. Tuhan seolah belum bosan memberinya hukuman. Awan hitam pun tetap enggan pergi dalam diri seorang Ashley. Wanita itu belum bisa menerima kenyataan sebulan lalu, di mana kecelakaan membuat sang suami luka berat, dan bayinya yang belum sempat melihat dunia ini wafat. "Ya Tuhan ..., terangkan alam kubur suamiku. Aku sangat mencintainya. Izinkan aku hanya berjodoh dengan suamiku dunia akhirat ...." ratap Ashley. Hatinya begitu hancur. Dipandanginya lagi dua batu nisan mendiang suami dan bayinya di pemakaman yang sunyi di bawah guyuran hujan. Tak peduli basah dan kotor, tangannya terulur mengusap pelan pusara Soni. "Aku gak akan bisa hidup tanpamu, Mas .... Aku kangen kamu, suamiku ... Kangen semua moment kebersamaan kita ..." Seakan ia belum bisa menerima kenyataan, membuat Ashley menangis tersedu meratapi nasib. Dadanya bahkan terasa sesak, hin

    Last Updated : 2025-02-10

Latest chapter

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   81. Kesadaran

    Suasana di ruang perawatan Hans terasa sunyi. Hanya suara alat bantu pernapasan dan detak monitor yang terus berdetak pelan, seperti mengiringi denyut jantung Ashley yang belum juga tenang.Setelah Naomi dan Candra pamit pulang, Ashley kini sendirian di dalam ruangan itu. Ia duduk di kursi di sisi ranjang Hans, menggenggam tangan suaminya yang masih belum sadar. Cahaya lampu di sudut langit-langit ruangan membuat wajah Hans tampak pucat, jauh berbeda dari biasanya.Ashley menyandarkan dagunya di tangan Hans, memejamkan mata sejenak. Hatinya masih dihantui rasa bersalah. Berkali-kali ia berbisik dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri.Ashley mengusap punggung tangan Hans dengan lembut. “Ko, bangunlah. Aku di sini. Kamu nggak sendiri.”Ponsel Ashley yang sejak tadi diam di atas meja kecil tiba-tiba bergetar. Sebuah panggilan video masuk.Ashley cepat-cepat mengangkat panggilan itu. Di layar, tampak wajah mungil Haneul, dengan pipi tem

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   80. Masa Lalu Hans

    Naomi dan Candra saling pandang. Ekspresi mereka berubah tegang, seperti sedang menimbang apakah ini saat yang tepat untuk bicara.Ashley memperhatikan dengan cemas. “Jadi … kalian memang tahu?” tanyanya pelan. “Kalian tahu soal transplantasi jantung itu?”Naomi menatap Ashley lekat-lekat, lalu mengangguk perlahan. “Kami tahu, Ashley. Karena kami orang tuanya.”Ashley terdiam. Ia menunggu, sementara Naomi mulai menjelaskan.“Sejak kecil, Hans memang memiliki kelainan pada jantungnya. Kami baru tahu saat usianya menginjak tiga tahun. Sejak itu, kami harus rutin membawanya kontrol. Ia tumbuh seperti anak normal, tapi tetap ada batasan.”Candra melanjutkan, “Sekitar setahun yang lalu, kondisinya mulai memburuk. Sebelumnya sempat stabil, tapi waktu itu, keluhannya makin sering muncul. Dokter bilang transplantasi adalah satu-satunya jalan.”Naomi mengangguk. “Iya. Kami sangat bersyukur, delapan bulan lalu Hans mendapat donor

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   79. Tersentak

    Ashley menatap Bram tanpa berkedip. Kata-kata dokter itu masih bergema di telinganya—transplantasi jantung?Namun sebelum Ashley sempat bertanya lebih lanjut, Liam tiba-tiba melangkah cepat mendekat.“Dok, kalau boleh tahu, kapan Pak Hans bisa dipindahkan ke ruang perawatan?” tanya Liam cepat, seolah berusaha mengalihkan.Bram menoleh ke Liam dan mengangguk kecil. “Sebentar lagi. Kami pastikan dulu tekanan darahnya stabil. Tapi beliau masih belum sadar.”Ashley ikut mendekat. “Kalau sudah di ruang intensif, saya boleh masuk, kan?”“Boleh. Nanti perawat akan panggil Ibu kalau sudah dipindahkan,” jawab Bram.Ashley menunduk, mencoba menahan perasaan yang campur aduk di dalam dadanya. Tapi pertanyaan tadi masih terus mengganggu pikirannya. Perlahan, ia mendongak lagi."Dok …." Suara Ashley pelan, tampak ragu. “Tadi Dokter bilang soal transplantasi jantung. Maksudnya, Ko Hans pernah—”“Kita bahas nanti, Bu. Sek

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   78. Pertolongan Pertama

    Jeritan Ashley menggema di tengah kerumunan yang mulai bubar. Petugas keamanan kini menahan Doni yang terus melawan, sementara beberapa staf mall sibuk merapikan kursi dan meja yang berserakan.Ashley masih duduk di lantai, memangku kepala Hans yang napasnya berat. Mata Ashley basah, tangannya gemetar saat membelai wajah suaminya."Ko, bangun, jangan diam saja seperti ini. Aku takut." Suara Ashley gemetar.Sirine ambulance terdengar mendekat.Beberapa detik kemudian, tim medis berlari masuk membawa tandu.“Cepat! Pasien pingsan,” teriak Liam sambil menunjuk ke arah Hans yang sudah terkulai lemas di pangkuan Ashley.Ashley masih memangku kepala Hans. "Tolong ... tolong dia, cepat."Ashley menyingkir perlahan saat petugas mengangkat Hans ke atas tandu. Tanpa perlu diminta, ia ikut naik ke dalam ambulans dan duduk di samping tubuh suaminya yang kini sudah dipasangi selang oksigen.Liam hanya bisa menatap saat

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   77. Tragedi Mall

    Suasana di dalam mall tampak sibuk dengan banyaknya pengunjung yang berlalu-lalang. Ashley mempercepat langkah menghampiri sang suami, berharap bisa meredakan pertikaian Anatar Doni dengan suaminya.Doni terlihat menatap Ashley dengan senyuman jahat, seketika ada ketegangan yang mulai terasa di antara mereka.Namun, yang dilakukan Ashley justru semakin membuat Doni senang. Ia langsung mendorong kursi hingga terlempar ke belakang.Brak!Hans yang sejak tadi mengikuti pandangan Doni pada sang istri sontak menahan tangan pria itu. Namun, Doni justru menghempaskan kasar hingga Hans sedikit terhuyung."Pak?" Liam sempat memegangi Hans dari balik punggungnya.Namun, belum juga Liam menolongnya, Hans lebih dulu menyeimbangkan diri. "Kamu ternyata lebih menantang aku ya!" geramnya dalam hati langsung mendorong Doni.Langkah Doni semakin dekat dengan sang istri, membuat Hans semakin protektif terhadap Ashley. Ia su

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   76. Suasana Tegang

    Wajah Doni tampak serius, seakan ada yang mengganggu pikirannya. Ketika matanya tertuju pada Liam dan Hans, dua orang yang tampaknya tak diinginkan di sini, ekspresinya berubah menjadi marah. Seolah tak ingin mereka berada di tempat itu, ia langsung menghampiri mereka.Situasi outlet ponsel sedikit ramai pengunjung hingga membuat Liam maju beberapa langkah saat melihat tatapan tidak suka Doni pada sang CEO."Ehmm ... Begini Pak Doni, kami dari perusahaan adik Anda. Bisa kami bicara sebentar?" kata Liam sambil sekilas melihat sekeliling.Dengan napas memburu, terlihat dari dada pria itu yang naik turun, Doni mengikuti langkah Liam yang mengarahkan pada bangku kosong.Hans mengikuti sang asisten yang berjalan mengarahkan Doni dengan sesekali menoleh ke arah sang istri yang juga melihatnya dari sisi berbeda. "Tenanglah," angguk Hans seolah memberi isyarat pada sang istri."Silahkan Pak Doni," kata Liam menyilahkan sambil membuka ba

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   75. Dendam

    Setelah hujan turun semalam dengan suasana kamar yang begitu panas. Pagi ini, Hans menerima panggilan Liam, bertanya mengenai keadaan Sandra yang mengejutkan mereka. Panggilan keduanya kini tersambung. "Hallo, Pak. Maaf, mengganggu hari libur Anda," ucap Liam menyapa. "Hm. Ada apa kamu menelpon pagi sekali?" Mendengar protes sang CEO, Liam menggaruk tengkuknya meski tak terlihat, "Maaf, Pak, saya sudah melihat keadaan Sandra di rumah sakit. Dokter mengatakan dia sangat trauma dengan kondisinya. Namun, saya tidak bertemu kakaknya, hanya ada ibunya saja di sana." "Lalu, apa dia bisa diajak berbicara? Siapa pelakunya?" "Tidak, Sandra belum mengatakan kejadian pastinya." Hans manggut-manggut, "Ya sudah, atur jam ketemu Kakak laki-lakinya saja. Cari tau dimana tempat kerjanya." Belum selesai percakapan Hans dengan Liam, Ashley yang tidak sengaja mendengarkannya pun mendekati sang suami dengan membawa teh. "Aku tau tempat kerjanya, Ko," sahut sang wanita. Seketika Hans men

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   74. Babak Panas

    Belum selesai Ashley berucap, Hans sudah membenamkan wajahnya menyapu dengan lidah, lapisan bibir inti sang wanita. Membuat wanita itu menggelinjang, meliukkan tubuh dengan pinggul yang bergerak ke atas dan ke bawah, membuat Hans menekan perut bawah pusar sang istri, agar ia bisa semakin dalam menjejaki rongga inti."Aduhhh ... Kooo ...!"Ashley merasakan sesuatu aliran listrik dalam tubuhnya saat Hans menekan gspot miliknya, membuat wanita itu meleguh nikmat."Aahh ... Ko, a-ku ..." racau Ashley dengan tubuh menegang dan napas terengah.Hans melumat, menghisap habis sesuatu yang basah milik sang istri. Hingga wanita itu harus mengatur napas kembali serta tubuhnya menjadi lemas.Pria itu kembali menindih sang istri, menciumi ceruk leher hingga menyusuri dada, membuat Ashley kembali mendesah nikmat.Dalam diri Hans pun ada yang mendesak ingin keluar. Tidak menunggu lagi, ia mulai menepatkan sesuatu miliknya pada bibir Mi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   73. Unboxing

    Genggaman jemari Hans pada tengkuk Ashley makin kuat. Begitupula ciuman pria itu semakin dalam. Bahkan, hampir setiap inci bagian dada sang istri sudah berubah menjadi merah.Hans yang tak bisa lagi menahan keinginan naluri batiniah pun langsung mengangkat tubuh sang istri ke atas peraduan."... Sekarang waktu yang tepat kan?" ucap sang suami tersenyum tipis dengan tatapan seolah menginginkan sesuatu.Ashley membuang wajahnya yang merona, melihat ke arah jendela yang memang sudah mulai gelap. Hujan pun masih turun dengan rintiknya."... Boleh kan?" tanya Hans sekali lagi dan mendapat anggukan Ashley seketika. Sontak rasa girang mengelilingi hatinya.Malam itu, Ashley melakukan kewajibannya sebagai istri, dan Hans melakukannya sangat hati-hati.Tidak ada yang bisa menolak pesona sang suami dengan semua sisi ketampanan.Ketika Hans berhasil melucuti celana, kaos serta bra milik sang istri, menjilati dua buah gundukan kenya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status