Share

77. Tragedi Mall

last update Last Updated: 2025-04-07 23:04:51

Suasana di dalam mall tampak sibuk dengan banyaknya pengunjung yang berlalu-lalang.

Ashley mempercepat langkah menghampiri sang suami, berharap bisa meredakan pertikaian Anatar Doni dengan suaminya.

Doni terlihat menatap Ashley dengan senyuman jahat, seketika ada ketegangan yang mulai terasa di antara mereka.

Namun, yang dilakukan Ashley justru semakin membuat Doni senang. Ia langsung mendorong kursi hingga terlempar ke belakang.

Brak!

Hans yang sejak tadi mengikuti pandangan Doni pada sang istri sontak menahan tangan pria itu. Namun, Doni justru menghempaskan kasar hingga Hans sedikit terhuyung.

"Pak?" Liam sempat memegangi Hans dari balik punggungnya.

Namun, belum juga Liam menolongnya, Hans lebih dulu menyeimbangkan diri. "Kamu ternyata lebih menantang aku ya!" geramnya dalam hati langsung mendorong Doni.

Langkah Doni semakin dekat dengan sang istri, membuat Hans semakin protektif terhadap Ashley. Ia su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (23)
goodnovel comment avatar
SalmiaSR
petugas keamanan telat dateng nya... hans ydah pingsan baru dateng... ah keterlaluan kamu don
goodnovel comment avatar
Fatimah Azzahra
emang cari pekara sih si Doni,orang baik2 mau berempati,meringankan beban dia,eh malah diajakin baku hantam,udah lah ko g usah ditolong orang kek gini
goodnovel comment avatar
Attin26
ko Hans kenapa??? semoga baik baik aja...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   78. Pertolongan Pertama

    Jeritan Ashley menggema di tengah kerumunan yang mulai bubar. Petugas keamanan kini menahan Doni yang terus melawan, sementara beberapa staf mall sibuk merapikan kursi dan meja yang berserakan.Ashley masih duduk di lantai, memangku kepala Hans yang napasnya berat. Mata Ashley basah, tangannya gemetar saat membelai wajah suaminya."Ko, bangun, jangan diam saja seperti ini. Aku takut." Suara Ashley gemetar.Sirine ambulance terdengar mendekat.Beberapa detik kemudian, tim medis berlari masuk membawa tandu.“Cepat! Pasien pingsan,” teriak Liam sambil menunjuk ke arah Hans yang sudah terkulai lemas di pangkuan Ashley.Ashley masih memangku kepala Hans. "Tolong ... tolong dia, cepat."Ashley menyingkir perlahan saat petugas mengangkat Hans ke atas tandu. Tanpa perlu diminta, ia ikut naik ke dalam ambulans dan duduk di samping tubuh suaminya yang kini sudah dipasangi selang oksigen.Liam hanya bisa menatap saat

    Last Updated : 2025-04-08
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   79. Tersentak

    Ashley menatap Bram tanpa berkedip. Kata-kata dokter itu masih bergema di telinganya—transplantasi jantung?Namun sebelum Ashley sempat bertanya lebih lanjut, Liam tiba-tiba melangkah cepat mendekat.“Dok, kalau boleh tahu, kapan Pak Hans bisa dipindahkan ke ruang perawatan?” tanya Liam cepat, seolah berusaha mengalihkan.Bram menoleh ke Liam dan mengangguk kecil. “Sebentar lagi. Kami pastikan dulu tekanan darahnya stabil. Tapi beliau masih belum sadar.”Ashley ikut mendekat. “Kalau sudah di ruang intensif, saya boleh masuk, kan?”“Boleh. Nanti perawat akan panggil Ibu kalau sudah dipindahkan,” jawab Bram.Ashley menunduk, mencoba menahan perasaan yang campur aduk di dalam dadanya. Tapi pertanyaan tadi masih terus mengganggu pikirannya. Perlahan, ia mendongak lagi."Dok …." Suara Ashley pelan, tampak ragu. “Tadi Dokter bilang soal transplantasi jantung. Maksudnya, Ko Hans pernah—”“Kita bahas nanti, Bu. Sek

    Last Updated : 2025-04-09
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   80. Masa Lalu Hans

    Naomi dan Candra saling pandang. Ekspresi mereka berubah tegang, seperti sedang menimbang apakah ini saat yang tepat untuk bicara.Ashley memperhatikan dengan cemas. “Jadi … kalian memang tahu?” tanyanya pelan. “Kalian tahu soal transplantasi jantung itu?”Naomi menatap Ashley lekat-lekat, lalu mengangguk perlahan. “Kami tahu, Ashley. Karena kami orang tuanya.”Ashley terdiam. Ia menunggu, sementara Naomi mulai menjelaskan.“Sejak kecil, Hans memang memiliki kelainan pada jantungnya. Kami baru tahu saat usianya menginjak tiga tahun. Sejak itu, kami harus rutin membawanya kontrol. Ia tumbuh seperti anak normal, tapi tetap ada batasan.”Candra melanjutkan, “Sekitar setahun yang lalu, kondisinya mulai memburuk. Sebelumnya sempat stabil, tapi waktu itu, keluhannya makin sering muncul. Dokter bilang transplantasi adalah satu-satunya jalan.”Naomi mengangguk. “Iya. Kami sangat bersyukur, delapan bulan lalu Hans mendapat donor

    Last Updated : 2025-04-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   81. Kesadaran

    Suasana di ruang perawatan Hans terasa sunyi. Hanya suara alat bantu pernapasan dan detak monitor yang terus berdetak pelan, seperti mengiringi denyut jantung Ashley yang belum juga tenang.Setelah Naomi dan Candra pamit pulang, Ashley kini sendirian di dalam ruangan itu. Ia duduk di kursi di sisi ranjang Hans, menggenggam tangan suaminya yang masih belum sadar. Cahaya lampu di sudut langit-langit ruangan membuat wajah Hans tampak pucat, jauh berbeda dari biasanya.Ashley menyandarkan dagunya di tangan Hans, memejamkan mata sejenak. Hatinya masih dihantui rasa bersalah. Berkali-kali ia berbisik dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri.Ashley mengusap punggung tangan Hans dengan lembut. “Ko, bangunlah. Aku di sini. Kamu nggak sendiri.”Ponsel Ashley yang sejak tadi diam di atas meja kecil tiba-tiba bergetar. Sebuah panggilan video masuk.Ashley cepat-cepat mengangkat panggilan itu. Di layar, tampak wajah mungil Haneul, dengan pipi tem

    Last Updated : 2025-04-11
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   82. Kembali Pulih

    Tiga hari telah berlalu sejak Hans membuka matanya. Meski hanya sehari tidak sadarkan diri, bagi Ashley rasanya seperti waktu berhenti. Kecemasan yang sempat menyesakkan dadanya perlahan memudar, tergantikan oleh rasa syukur yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Ruang perawatan yang dulu terasa dingin dan mencekam kini dipenuhi harapan. Suara monitor yang semula terdengar seperti ancaman kini terdengar biasa saja, tidak lagi menakutkan. Wajah Hans pun tidak lagi pucat seperti saat pertama kali dilarikan ke rumah sakit.Pagi ini, Hans sudah diperbolehkan pulang.Ashley berdiri di sisi ranjang, membereskan tas kecil berisi pakaian dan perlengkapan Hans. Sesekali ia melirik suaminya yang tengah duduk bersandar di ranjang, menatap keluar jendela dengan mata yang lebih hidup. Senyum tidak pernah benar-benar lepas dari wajah Ashley sejak suara Hans kembali menyapanya tiga hari lalu.Setelah memastikan semua barang sudah masuk ke dalam tas,

    Last Updated : 2025-04-12
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   83. Bersama Keluarga

    Setelah puas bermain dengan Haneul, Ashley mengajak Hans masuk ke kamar untuk istirahat. Bayi mungil itu kini tertidur pulas dalam gendongan Winda. “Aku bawa Ko Hans ke kamar dulu, ya, Bu,” ucap Ashley sambil tersenyum pada Winda. Winda mengangguk. “Iya, Bu. Nanti kalau butuh sesuatu, panggil saya aja.” Ashley berjalan ke arah kursi roda. Liam yang sedari tadi berdiri di sisi Hans langsung bergerak, siap mendorong. “Biar saya bantu dorong, Bu.” Namun tangan Ashley langsung menahan pegangan kursi roda. "Nggak usah, Liam. Biar aku saja," kata Ashley dengan senyum ramah. "Aku yang dorong." Liam sedikit terkejut, tapi mengangguk sopan. “Baik, Bu.” Ashley tersenyum kecil, lalu mulai mendorong kursi roda perlahan menuju kamar mereka. Hans menoleh sedikit, menatap wajah istrinya dari bawah. “Kamu yakin kuat dorong aku sendirian?”

    Last Updated : 2025-04-13
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   84. Dalam Sel

    Di ruang kunjungan tahanan, suasana terasa sunyi dan dingin. Riana duduk di kursi besi, tangannya menggenggam tas kecil erat-erat di pangkuannya. Begitu Doni muncul dari balik pintu besi dengan seragam tahanan dan wajah kusam, Riana langsung berdiri.“Doni,” panggil Riana pelan, suaranya bergetar.Doni melihat ibunya, wajah Doni yang tadinya datar langsung berubah. Ia mempercepat langkahnya, dan sesaat kemudian, tubuh mereka saling berpelukan di tengah ruang kunjungan itu. Riana menangis tersedu, membenamkan wajahnya di dada Doni.“Maafkan Mama, Nak … Mama telat datang. Mama enggak sanggup lihat kamu di tempat begini,” isak Riana pelan.Doni mengusap punggung ibunya. “Sudah, Ma. Aku yang bodoh. Tapi, sumpah … semua ini gara-gara dua baj*ngan itu.”Riana melepaskan pelukan, menatap tajam ke mata anaknya. “Ashley sama Hans, maksudmu?”“Iya!” desis Doni, rahangnya mengeras. “Kalau bukan karena dua orang brengs*k itu, aku enggak

    Last Updated : 2025-04-14
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   85. Siapa itu!

    Hans memutar kepala, matanya menyapu sekitar taman yang remang. Sorot matanya waspada. Ia merasa seperti ada yang mengawasinya.Ashley refleks mundur satu langkah, menyembunyikan dirinya di balik tirai. Jantungnya berdegup kencang. Napasnya ditahan, seolah suara helaan kecil saja bisa membuatnya ketahuan.Di luar sana, Hans berdiri beberapa detik lebih lama, matanya mengarah ke pintu yang setengah terbuka. Ia lalu menurunkan ponsel dari telinganya, menekan tombol untuk mengakhiri sambungan telepon, lalu menyelipkan ponsel ke dalam saku celana dengan cepat. Kemudian, tanpa menoleh lagi, ia berjalan kembali ke dalam rumah lewat pintu samping.Ashley melangkah tergesa menaiki tangga. Ia tidak tahu Hans melihatnya atau tidak, tapi ia tidak berani ambil risiko. Sesampainya di kamar, Ashley masuk dan langsung duduk di depan meja rias, lalu mulai mengeringkan rambut.Beberapa menit kemudian, Hans masuk. “Kamu dari mana, Ko?” Ashl

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   86. Sial

    Hans baru saja selesai mengenakan baju dan melangkah keluar dari kamar mandi. Begitu sampai di tangga, ia mendengar suara kegaduhan yang datang dari arah depan rumah. Alisnya mengernyit. Suara itu terdengar semakin jelas, seperti ada orang yang sedang berteriak-teriak.Tanpa pikir panjang, Hans turun dengan cepat. Hatinya mulai tidak tenang. Ketika sampai di ruang tamu dan membuka pintu depan, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat darahnya berdesir.“Ashley!” serunya panik.Tubuh sang istri tergeletak di lantai, dengan darah segar mengalir dari pelipisnya. membasahi lantai keramik.Hans segera berlutut, tangannya gemetar saat menyentuh wajah Ashley yang pucat. “Sayang … astaga …,” gumamnya cemas.Hans menekan pelipis Ashley dengan telapak tangannya, mencoba menghentikan darah yang terus keluar.Hans meraih ponsel dari saku celananya, nyaris menjatuhkannya karena panik. Namun sebelum sempat menekan tombol d

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   85. Siapa itu!

    Hans memutar kepala, matanya menyapu sekitar taman yang remang. Sorot matanya waspada. Ia merasa seperti ada yang mengawasinya.Ashley refleks mundur satu langkah, menyembunyikan dirinya di balik tirai. Jantungnya berdegup kencang. Napasnya ditahan, seolah suara helaan kecil saja bisa membuatnya ketahuan.Di luar sana, Hans berdiri beberapa detik lebih lama, matanya mengarah ke pintu yang setengah terbuka. Ia lalu menurunkan ponsel dari telinganya, menekan tombol untuk mengakhiri sambungan telepon, lalu menyelipkan ponsel ke dalam saku celana dengan cepat. Kemudian, tanpa menoleh lagi, ia berjalan kembali ke dalam rumah lewat pintu samping.Ashley melangkah tergesa menaiki tangga. Ia tidak tahu Hans melihatnya atau tidak, tapi ia tidak berani ambil risiko. Sesampainya di kamar, Ashley masuk dan langsung duduk di depan meja rias, lalu mulai mengeringkan rambut.Beberapa menit kemudian, Hans masuk. “Kamu dari mana, Ko?” Ashl

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   84. Dalam Sel

    Di ruang kunjungan tahanan, suasana terasa sunyi dan dingin. Riana duduk di kursi besi, tangannya menggenggam tas kecil erat-erat di pangkuannya. Begitu Doni muncul dari balik pintu besi dengan seragam tahanan dan wajah kusam, Riana langsung berdiri.“Doni,” panggil Riana pelan, suaranya bergetar.Doni melihat ibunya, wajah Doni yang tadinya datar langsung berubah. Ia mempercepat langkahnya, dan sesaat kemudian, tubuh mereka saling berpelukan di tengah ruang kunjungan itu. Riana menangis tersedu, membenamkan wajahnya di dada Doni.“Maafkan Mama, Nak … Mama telat datang. Mama enggak sanggup lihat kamu di tempat begini,” isak Riana pelan.Doni mengusap punggung ibunya. “Sudah, Ma. Aku yang bodoh. Tapi, sumpah … semua ini gara-gara dua baj*ngan itu.”Riana melepaskan pelukan, menatap tajam ke mata anaknya. “Ashley sama Hans, maksudmu?”“Iya!” desis Doni, rahangnya mengeras. “Kalau bukan karena dua orang brengs*k itu, aku enggak

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   83. Bersama Keluarga

    Setelah puas bermain dengan Haneul, Ashley mengajak Hans masuk ke kamar untuk istirahat. Bayi mungil itu kini tertidur pulas dalam gendongan Winda. “Aku bawa Ko Hans ke kamar dulu, ya, Bu,” ucap Ashley sambil tersenyum pada Winda. Winda mengangguk. “Iya, Bu. Nanti kalau butuh sesuatu, panggil saya aja.” Ashley berjalan ke arah kursi roda. Liam yang sedari tadi berdiri di sisi Hans langsung bergerak, siap mendorong. “Biar saya bantu dorong, Bu.” Namun tangan Ashley langsung menahan pegangan kursi roda. "Nggak usah, Liam. Biar aku saja," kata Ashley dengan senyum ramah. "Aku yang dorong." Liam sedikit terkejut, tapi mengangguk sopan. “Baik, Bu.” Ashley tersenyum kecil, lalu mulai mendorong kursi roda perlahan menuju kamar mereka. Hans menoleh sedikit, menatap wajah istrinya dari bawah. “Kamu yakin kuat dorong aku sendirian?”

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   82. Kembali Pulih

    Tiga hari telah berlalu sejak Hans membuka matanya. Meski hanya sehari tidak sadarkan diri, bagi Ashley rasanya seperti waktu berhenti. Kecemasan yang sempat menyesakkan dadanya perlahan memudar, tergantikan oleh rasa syukur yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Ruang perawatan yang dulu terasa dingin dan mencekam kini dipenuhi harapan. Suara monitor yang semula terdengar seperti ancaman kini terdengar biasa saja, tidak lagi menakutkan. Wajah Hans pun tidak lagi pucat seperti saat pertama kali dilarikan ke rumah sakit.Pagi ini, Hans sudah diperbolehkan pulang.Ashley berdiri di sisi ranjang, membereskan tas kecil berisi pakaian dan perlengkapan Hans. Sesekali ia melirik suaminya yang tengah duduk bersandar di ranjang, menatap keluar jendela dengan mata yang lebih hidup. Senyum tidak pernah benar-benar lepas dari wajah Ashley sejak suara Hans kembali menyapanya tiga hari lalu.Setelah memastikan semua barang sudah masuk ke dalam tas,

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   81. Kesadaran

    Suasana di ruang perawatan Hans terasa sunyi. Hanya suara alat bantu pernapasan dan detak monitor yang terus berdetak pelan, seperti mengiringi denyut jantung Ashley yang belum juga tenang.Setelah Naomi dan Candra pamit pulang, Ashley kini sendirian di dalam ruangan itu. Ia duduk di kursi di sisi ranjang Hans, menggenggam tangan suaminya yang masih belum sadar. Cahaya lampu di sudut langit-langit ruangan membuat wajah Hans tampak pucat, jauh berbeda dari biasanya.Ashley menyandarkan dagunya di tangan Hans, memejamkan mata sejenak. Hatinya masih dihantui rasa bersalah. Berkali-kali ia berbisik dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri.Ashley mengusap punggung tangan Hans dengan lembut. “Ko, bangunlah. Aku di sini. Kamu nggak sendiri.”Ponsel Ashley yang sejak tadi diam di atas meja kecil tiba-tiba bergetar. Sebuah panggilan video masuk.Ashley cepat-cepat mengangkat panggilan itu. Di layar, tampak wajah mungil Haneul, dengan pipi tem

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   80. Masa Lalu Hans

    Naomi dan Candra saling pandang. Ekspresi mereka berubah tegang, seperti sedang menimbang apakah ini saat yang tepat untuk bicara.Ashley memperhatikan dengan cemas. “Jadi … kalian memang tahu?” tanyanya pelan. “Kalian tahu soal transplantasi jantung itu?”Naomi menatap Ashley lekat-lekat, lalu mengangguk perlahan. “Kami tahu, Ashley. Karena kami orang tuanya.”Ashley terdiam. Ia menunggu, sementara Naomi mulai menjelaskan.“Sejak kecil, Hans memang memiliki kelainan pada jantungnya. Kami baru tahu saat usianya menginjak tiga tahun. Sejak itu, kami harus rutin membawanya kontrol. Ia tumbuh seperti anak normal, tapi tetap ada batasan.”Candra melanjutkan, “Sekitar setahun yang lalu, kondisinya mulai memburuk. Sebelumnya sempat stabil, tapi waktu itu, keluhannya makin sering muncul. Dokter bilang transplantasi adalah satu-satunya jalan.”Naomi mengangguk. “Iya. Kami sangat bersyukur, delapan bulan lalu Hans mendapat donor

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   79. Tersentak

    Ashley menatap Bram tanpa berkedip. Kata-kata dokter itu masih bergema di telinganya—transplantasi jantung?Namun sebelum Ashley sempat bertanya lebih lanjut, Liam tiba-tiba melangkah cepat mendekat.“Dok, kalau boleh tahu, kapan Pak Hans bisa dipindahkan ke ruang perawatan?” tanya Liam cepat, seolah berusaha mengalihkan.Bram menoleh ke Liam dan mengangguk kecil. “Sebentar lagi. Kami pastikan dulu tekanan darahnya stabil. Tapi beliau masih belum sadar.”Ashley ikut mendekat. “Kalau sudah di ruang intensif, saya boleh masuk, kan?”“Boleh. Nanti perawat akan panggil Ibu kalau sudah dipindahkan,” jawab Bram.Ashley menunduk, mencoba menahan perasaan yang campur aduk di dalam dadanya. Tapi pertanyaan tadi masih terus mengganggu pikirannya. Perlahan, ia mendongak lagi."Dok …." Suara Ashley pelan, tampak ragu. “Tadi Dokter bilang soal transplantasi jantung. Maksudnya, Ko Hans pernah—”“Kita bahas nanti, Bu. Sek

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   78. Pertolongan Pertama

    Jeritan Ashley menggema di tengah kerumunan yang mulai bubar. Petugas keamanan kini menahan Doni yang terus melawan, sementara beberapa staf mall sibuk merapikan kursi dan meja yang berserakan.Ashley masih duduk di lantai, memangku kepala Hans yang napasnya berat. Mata Ashley basah, tangannya gemetar saat membelai wajah suaminya."Ko, bangun, jangan diam saja seperti ini. Aku takut." Suara Ashley gemetar.Sirine ambulance terdengar mendekat.Beberapa detik kemudian, tim medis berlari masuk membawa tandu.“Cepat! Pasien pingsan,” teriak Liam sambil menunjuk ke arah Hans yang sudah terkulai lemas di pangkuan Ashley.Ashley masih memangku kepala Hans. "Tolong ... tolong dia, cepat."Ashley menyingkir perlahan saat petugas mengangkat Hans ke atas tandu. Tanpa perlu diminta, ia ikut naik ke dalam ambulans dan duduk di samping tubuh suaminya yang kini sudah dipasangi selang oksigen.Liam hanya bisa menatap saat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status