Home / Rumah Tangga / I'm The Queen / Kenangan yang Menyayat

Share

Kenangan yang Menyayat

Author: MbakMoll
last update Last Updated: 2024-12-29 08:00:33

Bab 25: Kenangan yang Menyayat

Setelah malam cekcok yang membakar emosi Beatrice, ia mulai merancang langkah untuk kembali merebut perhatian Flynn sepenuhnya. Ia menyadari bahwa sekadar berada di sisi Flynn tidak lagi cukup. Jika ia ingin memastikan posisinya tak tergantikan, ia harus mengambil bagian dalam urusan kerajaan.

Keesokan paginya, Beatrice mendatangi Flynn di ruang kerja dengan ekspresi yang tampak tulus, tetapi dengan rencana matang yang tersembunyi di balik senyumnya.

“Yang Mulia,” ucap Beatrice lembut, melangkah mendekat. Flynn, yang sedang sibuk dengan dokumen, mengangkat wajahnya untuk menatap wanita yang tengah mengandung anaknya itu.

“Ada apa, Beatrice?” tanyanya, suaranya terdengar hangat meskipun letih.

Beatrice duduk dengan anggun di kursi di depannya, menangkupkan tangannya di atas perutnya yang mulai membesar. “Saya hanya ingin mengungkapkan rasa syukur
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • I'm The Queen   Surat yang Tak Berbalas

    Bab 26: Surat yang Tak Berbalas Pagi itu, di istana megah Kerajaan Veridion, Raja Alaric duduk di meja kerjanya yang penuh dengan dokumen. Cahaya matahari pagi menembus tirai tipis jendela ruangannya, memberikan suasana yang hangat namun tak mampu meringankan beban pikirannya. Sesekali ia memutar cincin di jarinya kebiasaannya saat sedang berpikir keras. Di antara dokumen tentang urusan negara dan rencana diplomasi, ada selembar kertas yang berbeda. Surat yang sedang ia tulis untuk Elea. Sejak kabar perceraian Elea tersebar, Alaric merasa tak bisa diam. Ia tahu Elea terluka, dan keinginannya untuk berada di sisinya semakin kuat. “Elea...” gumam Alaric pelan sambil menuliskan beberapa kalimat terakhir di suratnya. Ia mencoba untuk tidak terlalu kentara dalam mengungkapkan isi hatinya, tetapi kalimat-kalimat itu selalu menyiratkan perasaan yang ingin ia sampaikan. Surat itu seles

    Last Updated : 2024-12-30
  • I'm The Queen   Penobatan Beatrice

    Bab 27: Penobatan Beatrice Dua bulan setelah perceraian dengan Elea, Flynn akhirnya melaksanakan upacara penobatan Beatrice sebagai ratu Kerajaan Landbird. Istana dihiasi dengan megah, kain-kain sutra berwarna emas dan merah terpasang di setiap sudut aula utama. Para bangsawan diundang untuk menyaksikan momen ini, meskipun beberapa di antaranya hadir dengan rasa enggan. Beatrice, mengenakan gaun putih berhias permata, melangkah memasuki aula dengan senyum anggunnya. Perutnya yang mulai terlihat membuncit menjadi simbol statusnya sebagai ibu dari calon penerus takhta. Flynn menatapnya dengan penuh kekaguman, seolah lupa dengan semua kekacauan yang telah terjadi di sekeliling mereka. Namun, di luar aula megah itu, desas-desus buruk tentang Flynn semakin menguat. “Cepat sekali dia mengangkat Beatrice menjadi ratu,” ujar seorang bangsawan tua kepada rekannya. “Bukankah ini seperti membuktikan bahwa dia

    Last Updated : 2024-12-30
  • I'm The Queen   Surat yang Ditunggu-tunggu

    Bab 29: Surat yang Ditunggu-Tunggu Malam itu, di Istana Veridion, Alaric tengah duduk di ruang kerjanya. Seberkas cahaya lilin menerangi meja kayu besar yang dipenuhi dokumen-dokumen kerajaan. Sementara tangannya sibuk menandatangani surat perintah, pikirannya melayang pada Elea.  Sudah berbulan-bulan sejak ia terakhir mengirimkan surat untuknya, berharap suatu saat Elea akan menjawab. Namun, harapan itu selalu disambut dengan keheningan. Hingga malam ini, seekor burung merpati putih mendarat di jendela ruangannya, membawa secarik kertas kecil yang terlipat rapi.  Alaric segera menghentikan pekerjaannya dan mengambil surat itu. Jantungnya berdebar saat melihat tulisan tangan yang sudah dikenalnya—tulisan Elea. Dengan hati-hati, ia membuka lipatan kertas tersebut.  "Yang Mulia Raja Alaric,Setelah sekian lama saya merenung, saya merasa sudah waktunya bagi kita untuk mengenal satu sama lain lebih jauh. Kehidupan saya

    Last Updated : 2024-12-31
  • I'm The Queen   Permainan Teh Beracun

    Bab 28: Permainan Teh Beracun Sore itu, sinar matahari senja menerpa jendela-jendela besar Istana Lily, memberikan suasana hangat yang menenangkan. Di tengah taman istana yang indah, Beatrice duduk di kursi utama sambil dikelilingi oleh para selir tingkat tiga dan empat. Meja kayu melengkung di hadapannya dipenuhi cangkir-cangkir porselen, kue kecil, dan teh harum yang baru diseduh. "Aku ingin kita semua merasa lebih dekat satu sama lain," kata Beatrice sambil tersenyum lembut, tangannya memegang cangkir teh dengan anggun. "Bagaimanapun juga, kita semua adalah bagian dari keluarga kerajaan ini." Para selir saling bertukar pandang. Awalnya, mereka terkejut saat menerima undangan mendadak dari Beatrice, tetapi mereka datang dengan penuh rasa ingin tahu. Setelah beberapa obrolan ringan, Beatrice akhirnya membawa pembicaraan ke arah yang ia inginkan. Dengan nada suara lembut, ia me

    Last Updated : 2024-12-31
  • I'm The Queen   Kedatangan yang Tak Terduga

    Bab 30: Kedatangan yang Tak TerdugaSiang hari yang begitu terik di kediaman Grand Duke Marre. Elea tengah duduk di ruang kerjanya, bersiap menulis surat kepada Alaric. Namun, sebelum pena menyentuh kertas, suara derap kuda yang keras dan tergesa-gesa memecah keheningan.  Elea menoleh ke jendela. Di sana, di depan gerbang utama kediaman, seorang pria dengan jubah hitam turun dari kuda hitamnya. Wajahnya tak asing, Raja Alaric dari Veridion.  Alaric tampak lelah namun tetap memancarkan wibawa. Rambut hitamnya sedikit berantakan karena perjalanan panjang, dan matanya yang tajam memancarkan tekad. Elea berdiri terpaku di tempatnya.  "Dia datang... untukku?" gumamnya pelan, tak mampu menyembunyikan keterkejutannya.  Tak lama, Alaric memasuki aula utama, diiringi oleh pelayan keluarga Marre yang kebingungan dengan kedatangan mendadak raja besar itu. Elea berjalan menghampirinya dengan hati-hati, mencoba menenangkan

    Last Updated : 2024-12-31
  • I'm The Queen   Perpisahan di Kediaman Grand Duke

    Bab 33: Perpisahan di Kediaman Grand Duke  Pagi yang cerah menyelimuti kediaman Grand Duke Marre. Suara gemericik air dari air mancur di halaman menambah suasana damai, namun hati Elea dan keluarganya terasa berat. Setelah bermalam selama dua malam, Raja Alaric dan rombongannya bersiap untuk bertolak kembali ke Veridion.  Alaric berdiri di halaman depan, mengenakan jubah biru gelap yang melambangkan kebangsawanan Veridion. Di belakangnya, rombongan para pengawal, pelayan, dan kereta kuda telah siap berangkat. Elea berdiri di sampingnya, mengenakan gaun putih sederhana yang tertiup angin lembut pagi itu.  "Terima kasih atas keramahannya," ucap Alaric kepada Grand Duke Marre dan Duchess Lenora sambil membungkukkan badan dengan hormat. "Dua hari di sini telah memberikan banyak kebahagiaan bagi saya."  Grand Duke mengangguk dengan senyum kecil. "Kami yang berterima kasih, Yang Mulia. Kehadiran Anda membawa harapan baru bagi Ele

    Last Updated : 2025-01-01
  • I'm The Queen   Jamuan yang Hangat

    Bab 31: Jamuan yang Hangat Setelah perbincangan di taman, Elea kembali ke kediaman utama bersama Alaric. Grand Duke Marre dan Duchess Lenora, yang telah diberitahu tentang maksud kedatangan Raja Alaric, menyambutnya dengan penuh keramahan. "Yang Mulia Raja Alaric," ujar Grand Duke Marre dengan senyum hangat, "suatu kehormatan bagi kami menyambut Anda di rumah kami. Kami harap perjalanan Anda ke sini tidak terlalu melelahkan." Alaric membalas dengan membungkuk sopan. "Terima kasih atas sambutannya, Yang Mulia Grand Duke, dan Duchess Lenora. Perjalanan saya baik-baik saja, meskipun saya harus mengakui bahwa saya berangkat dengan terburu-buru. Saya mohon maaf karena datang seorang diri. Rombongan saya akan tiba esok pagi." Duchess Lenora tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. "Tidak perlu meminta maaf, Yang Mulia. Keberanian Anda untuk datang sendirian sudah menunjukkan kesungguhan Anda."

    Last Updated : 2025-01-01
  • I'm The Queen   Rombongan dari Veridion

    Bab 32: Rombongan dari Veridion Keesokan paginya, suasana di kediaman Grand Duke Marre kembali hidup dengan kedatangan rombongan besar dari Veridion. Lennox, pelayan setia Raja Alaric, memimpin rombongan itu, membawa beberapa kereta kuda berisi hadiah-hadiah mewah sebagai tanda hormat dari Veridion. Di aula utama, Grand Duke Marre, Duchess, dan Elea menyambut kedatangan Lennox dengan sikap ramah. Lennox segera membungkuk dengan sopan. "Yang Mulia Raja Alaric memohon maaf karena ia mendahului kami tiba di kediaman Anda. Beliau tidak sabar untuk bertemu Lady Elea sehingga memutuskan menunggangi kudanya lebih dulu." Grand Duke tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan keterkejutannya. "Raja Alaric memiliki tekad yang kuat. Namun, aku tidak menyangka ia akan begitu bersemangat hingga meninggalkan rombongannya." Lennox melanjutkan, "Beliau juga mengirimkan hadiah-hadiah ini sebagai tanda penghormatan kepa

    Last Updated : 2025-01-01

Latest chapter

  • I'm The Queen   Jaring Intrik

    Elea menatap suaminya dengan penuh selidik. Ia mengenal Alaric dengan baik, terlalu baik. Dan ekspresi yang baru saja melintas di wajah pria itu bukanlah sesuatu yang bisa ia abaikan begitu saja. "Alaric," ucap Elea pelan, suaranya lembut, tetapi penuh tekanan. "Apa yang dikatakan Grand Duke kepadamu sebelum pergi?" Alaric tetap diam sejenak, lalu beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah jendela. Ia menatap ke luar, seolah mencari jawaban di balik langit Veridion yang mulai meredup. "Tidak ada yang perlu kau khawatirkan," jawabnya akhirnya. Elea menyipitkan mata. "Jangan meremehkanku." Alaric menghela napas, lalu berbalik menghadapi istrinya. "Grand Duke hanya mengingatkanku tentang beberapa hal di masa lalu. Tidak ada yang penting." "Jika tidak penting, kau tidak akan bereaksi seperti tadi," sahut Elea cepat. Raja Veridion itu menatap Elea beberapa saat sebelum akhirnya mengusap wajahnya dengan lelah. "Grand Duke mengungkit sesuatu yang seharusnya tetap terkubur."

  • I'm The Queen   Api yang Berkobar

    Bab 84 – Api yang BerkobarDi mansion Grand Duke Elvenhart, Aveline duduk di ruang pribadinya, jemarinya mencengkeram surat dari Baron Reynard dengan kuat. Matanya membara penuh kemarahan saat membaca isi laporan yang ia terima. Putra Mahkota Kaelen membela Edith. Dan yang lebih buruk lagi, ia mengaku bahwa Edith adalah kekasihnya. Aveline tidak bisa menerima ini. Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan. Dengan langkah cepat, ia keluar dari kamarnya dan langsung menuju ruang kerja ayahnya. Tanpa ragu, ia mengetuk pintu keras sebelum masuk. Grand Duke Elvenhart, yang tengah membaca dokumen di mejanya, menoleh dengan alis berkerut. Melihat ekspresi putrinya yang tegang, ia meletakkan penanya dan menatapnya dengan tajam. "Aveline," katanya dengan nada dalam. "Ada apa?" Aveline menegakkan tubuhnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap terkendali. "Ayah, saya baru saja menerima kabar dari Baron Reynard," katanya dengan tenang, meskipun ada ketegangan dalam suaranya. "Putra Mahkota Ka

  • I'm The Queen   Api yang Menyala dalam Bayangan

    Edith tahu keputusan Grand Duke Elvenhart akan membawa dampak besar, tetapi ia tidak menduga seberapa cepat situasi akan berubah. Dua hari setelah pengumuman bahwa Kota Velfenne menjadi tanggung jawabnya, Edith menerima surat dari salah satu pejabat di kota tersebut. Isinya bukanlah ucapan selamat, melainkan peringatan. "Ada gerakan yang mencurigakan di antara beberapa bangsawan lokal. Mereka tidak secara terang-terangan menentang keputusan ini, tetapi banyak yang meragukan legitimasi Anda. Saya khawatir ada sesuatu yang direncanakan di balik layar."Edith membaca surat itu dengan dahi berkerut. Ia sudah menduga bahwa tidak semua orang akan menerima posisinya, tetapi jika ada sesuatu yang direncanakan di balik layar, itu berarti masalah lebih besar akan datang. Sementara itu, di sisi lain mansion, Aveline duduk di ruang pribadinya dengan tenang. Di hadapannya berdiri seorang pria dengan wajah kaku dan pakaian bangsawan sederhana. Ia adalah Baron Reynard, salah satu pemilik tanah

  • I'm The Queen   Hadiah yang Membakar Dendam

    Bab 82 – Hadiah yang Membakar DendamDi dalam mansion Grand Duke Elvenhart, ketegangan terasa semakin pekat. Edith berusaha untuk tetap tenang, tetapi rumor yang terus berkembang membuatnya semakin sulit bernapas. Malam itu, ia berjalan melewati koridor yang diterangi cahaya lilin, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Saat ia sampai di depan pintu kamarnya, langkahnya terhenti. Di ujung lorong, seseorang berdiri menunggunya. Gaun ungu lembut yang membalut tubuh wanita itu tampak begitu anggun di bawah cahaya lilin, tetapi sorot matanya yang tajam mengisyaratkan sesuatu yang lain. "Akhirnya kau pulang juga," suara Aveline terdengar lembut, tetapi ada sesuatu yang membuat bulu kuduk Edith meremang. Edith menghela napas. "Apa yang kau inginkan, Lady Aveline?" Aveline tersenyum kecil, melangkah mendekat. "Kau terdengar begitu kaku, Edith. Aku hanya ingin berbicara." Edith menegang, tetapi tetap berdiri tegak. "Jika kau ingin membicarakan rumor itu, aku tidak tertarik." Av

  • I'm The Queen   Ombak Fitnah

    Hari-hari setelah perburuan itu tidak berjalan seperti yang diharapkan Edith. Sejak kepulangannya dari hutan bersama Roderic, namanya tiba-tiba memenuhi setiap bisikan dan percakapan para bangsawan. Di setiap perjamuan teh, di lorong-lorong istana, di antara tawa para lady yang mengenakan gaun-gaun indah, hanya ada satu topik yang mereka bahas. "Lady Edith sudah tidak suci lagi."Rumor itu menyebar seperti api yang melahap hutan kering. Tidak ada yang tahu pasti dari mana asalnya, tetapi bisikan-bisikan itu menjadi semakin liar setiap harinya. Di Ruang Teh Para LadyDi sebuah taman indah di dalam istana, para lady tengah menikmati perjamuan sore. Teh harum memenuhi udara, diiringi suara-suara lembut yang penuh kepalsuan. "Benar-benar mengejutkan," kata Lady Vivienne dengan nada dramatis. "Aku mendengar bahwa Lady Edith menghabiskan malam di hutan bersama Lord Roderic. Berdua saja!" Lady Marielle, yang duduk di sampingnya, menutup mulutnya seolah terkejut. "Astaga, kalau itu

  • I'm The Queen   Berbagi Rahasia

    Di dalam hutan yang gelap, cahaya bulan mengintip di antara celah dedaunan, memberikan sedikit penerangan bagi Edith dan Roderic yang masih terjebak. Suara jangkrik dan hembusan angin menjadi latar belakang keheningan di antara mereka. Edith menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan rasa dingin meskipun mantel Roderic sudah membalut tubuhnya. Ia melirik pria di sebelahnya, yang tampak santai bersandar pada batang pohon, seolah-olah keadaan ini bukan masalah besar. "Kau terlihat tenang," kata Edith akhirnya, suaranya lirih namun cukup jelas. Roderic menoleh dengan senyum kecil. "Harus ada yang tetap tenang, kan?" Edith menghela napas, lalu menatap langit yang terbuka di antara pepohonan. "Aku tidak menyangka perburuan akan berakhir seperti ini." Roderic terkekeh. "Sama. Biasanya aku hanya berburu sebentar, lalu kembali dengan kemenangan kecil. Kali ini... kurasa kita tidak bisa mengandalkan keberuntungan." Keheningan menyelimuti mereka lagi, hingga akhirnya Edith berbicara le

  • I'm The Queen   Festival Berburu

    Langit cerah membentang luas di atas tanah perburuan kerajaan, udara dipenuhi dengan semangat dan obrolan para bangsawan yang berkumpul dalam festival tahunan ini. Bendera-bendera kerajaan berkibar di sepanjang jalur masuk, sementara para pelayan berlalu-lalang, menyiapkan segala keperluan untuk berburu. Di singgasana yang telah disediakan di tengah area utama, Raja Alaric duduk dengan penuh wibawa, didampingi oleh Ratu Elea yang tampak anggun dalam gaun biru langit. Putra Mahkota Kaelen berdiri di sisi mereka, mengenakan jubah ringan yang menunjukkan statusnya, matanya tajam mengamati kerumunan. Di antara para peserta, Grand Duke Elvenhart tiba bersama Lady Aveline, Edith, dan asistennya, Alex. Aveline mengenakan pakaian berkuda yang mewah, sementara Edith berdiri sedikit di belakangnya dengan pakaian sederhana yang tetap rapi. “Festival perburuan ini selalu ramai, ya?” gumam Alex sambil menatap sekeliling. “Memang. Ini bukan hanya soal berburu, tetapi juga ajang politik,” ja

  • I'm The Queen   Rencana Pertunangan

    Di dalam kediaman keluarga Marquis Laurent, Lord Roderic duduk di ruang kerjanya, menatap surat yang baru saja ia tulis untuk Edith. Ia menggulirkan pena di antara jarinya, berpikir apakah ia harus mengirimnya atau tidak. "Roderic," sebuah suara berat terdengar dari ambang pintu. Roderic menoleh dan mendapati kakak laki-lakinya, Lord Gilbert Laurent, berdiri dengan tangan bersedekap. Wajahnya seperti biasa, penuh dengan sikap superior seorang pewaris utama. "Kau masih sibuk dengan surat-surat itu?" tanya Gilbert, nada suaranya terdengar meremehkan. Roderic tersenyum tipis. "Hanya sekadar korespondensi pribadi." Gilbert mendekat, mengambil surat di atas meja tanpa meminta izin, dan membaca sekilas. Senyum miring muncul di wajahnya. "Edith Manesse? Gadis yang bekerja di bawah Grand Duke Elvenhart?" Roderic mengulurkan tangannya untuk mengambil kembali surat itu, tapi Gilbert menahannya lebih lama sebelum akhirnya menyerahkannya. "Kau benar-benar tidak tahu bagaimana memili

  • I'm The Queen   Kisah Edith

    Di Kediaman Grand Duke ElvenhartEdith duduk di ruang baca dengan setumpuk dokumen di depannya, tetapi perhatiannya tidak sepenuhnya tertuju pada pekerjaannya. Di sampingnya, terdapat beberapa surat yang baru saja dikirim oleh seorang pelayan, semuanya dari Lord Roderic. Ia menghela napas sebelum mengambil salah satu surat dan membukanya. Tulisan tangan yang rapi dan sedikit miring menyambutnya. "Lady Edith, Aku harap hari ini menyapamu dengan baik. Aku tidak bisa berhenti memikirkan percakapan terakhir kita di kafe itu. Rasanya begitu menyenangkan bisa berbicara dengan seseorang yang tidak hanya berbasa-basi dalam sopan santun. Aku bertanya-tanya apakah aku bisa mengajakmu berjalan-jalan suatu hari nanti? Dengan hormat, Roderic Laurent"Edith menggeleng pelan. Sudah hampir seminggu sejak mereka pertama kali bertemu di kafe, dan sejak itu, surat-surat Roderic terus berdatangan. Ia tidak yakin apakah ini hanya cara pria itu bersikap sopan atau jika ada sesuatu yang lebih dala

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status