Home / Thriller / I'm The Boss! / 06. Cerita tentang Lyra

Share

06. Cerita tentang Lyra

Author: Linanda Anggen
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Apa kita bisa berangkat sekarang?" tanya Vincent.

"Ah, tunggu dulu! Aku akan cepat kembali." Lyra kembali masuk ke rumah dengan setengah berlari. Sepertinya ada yang ingin diambil oleh gadis berusia 23 tahun itu.

Vincent hanya bisa terdiam di tempatnya sambil menunggu Lyra kembali. Sekilas ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kediaman Keluarga Darien yang begitu luas. Ia memang baru pertama kali datang ke tempat ini sebab sejak diselamatkan satu tahun lalu, ia hanya ditempatkan di laboratorium.

"Aku belum pernah bertemu dengan Tuan Gilbert secara langsung. Kira-kira seperti apa ya orangnya?" gumam Vincent penuh tanda tanya. Dulu saat masih menjabat sebagai bos mafia, ia cukup sering melakukan transaksi obat yang dijadikan racun dengan bawahan Tuan Gilbert. Namun, ia sama sekali belum pernah melihat sosok pria yang sudah memberinya identitas baru itu.

"Ho, pantas saja putriku tidak mau melepaskanmu. Rupanya wajah barumu memang sangat tampan."

Seperti pucuk dicinta ulam pun tiba, Tuan Gilbert hadir sendiri di hadapan Vincent. Matanya mencari di mana sumber suara yang mengajaknya berbicara itu.

Vincent tidak menyangka jika Tuan Gilbert adalah sosok pria tua berambut putih dengan tubuh pendek sedikit gemuk. Tadinya ia sempat berpikir jika ayah dari Lyra itu masih gagah serta memiliki tubuh tinggi semampai.

"Kenapa kau melihatku seakan heran sekali? Apa aku sangat berbeda dengan yang ada di dalam pikiranmu?" tebak Tuan Gilbert tepat sasaran.

"Ah, bukan begitu, Tuan," dalih Vincent.

Tuan Gilbert hanya tersenyum samar melihat wajah Vincent yang sedikit kebingungan. Ia juga sempat mengagumi hasil desain putrinya yang tercetak jelas di wajah pria muda di hadapannya itu.

"Putriku sangat baik karena telah menghadiahkan wajah tampan itu padamu. Meskipun aku tahu jika wajah aslimu juga tak kalah tampan dengan wajah barumu sekarang," papar Tuan Gilbert.

Jantung Vincent tersentak sebab perkataan Tuan Gilbert. Namun, ia mencoba untuk bersikap wajar saat itu.

"Apa Anda tahu wajah asliku bagaimana?" tanya Vincent basa-basi.

Tuan Gilbert terkekeh kecil. Ia bahkan berjalan mendekati Vincent lalu bertindak merapikan dan membersihkan jas yang dikenakan oleh pria itu.

"Kau itu adalah Vincent Cadmael. Aku sudah curiga dari awal, dan sekarang aku bisa memastikan jika itu adalah jati dirimu yang sebenarnya. Kau mungkin bisa menipu orang lain, tapi tidak denganku," tegas Tuan Gilbert sambil menatap mata Vincent tajam.

"AYAH! APA YANG AYAH LAKUKAN DI SITU?"

Suara kencang dari kejauhan membuat suasana yang tadinya tegang pun mereda. Keduanya menoleh ke arah Lyra yang tampak sedikit kesusahan berlari karena sepatu hak tingginya.

Pada akhirnya Lyra berhasil mendekati Vincent dan ayahnya. Napasnya sedikit terengah karena berlari cukup kencang. Tatapannya kini tertuju pada Tuan Gilbert seolah meminta sebuah jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Aku hanya menyapa Gavin, memangnya tidak boleh?" Tuan Gilbert ternyata mengerti yang dimaksud oleh putrinya.

Lyra tak begitu saja percaya. Kini pandangan gadis bermata bulat itu beralih pada Vincent yang berada di sisi kirinya. Ia pun menatap pria itu dengan lekat seperti kepada ayahnya barusan.

"Iya. Paman hanya ingin menyapaku saja kok," jelas Vincent sedikit berdusta. Ia sedikit melirik ke arah Tuan Gilbert seolah memberi kode jika ia tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya pada gadis cantik di hadapannya itu.

"Wah ... ternyata kalian bisa seakrab ini. Kau bahkan memanggilnya paman." Lyra tampak menatap Vincent sambil menaikan sebelah alisnya.

"Sudahlah, Lyra. Kalian berdua 'kan harus segera berangkat ke pesta. Kalian harus bergegas," sela Tuan Gilbert yang tak ingin masalah menjadi lebih panjang. "Aku akan masuk. Rasanya sudah tidak sabar merebahkan tubuh di atas kasur," imbuhnya seraya meregangkan otot-otot tuanya dan pura-pura menguap.

"Aduh, punggungku," gerutu Tuan Gilbert sembari berjalan menjauh ke arah rumah.

Vincent dan Lyra sama-sama memperhatikan Tuan Gilbert yang sudah hampir masuk melewati pintu utama. Keduanya berpikir jika Tuan Gilbert memang benar-benar sudah renta.

"Berapa umur ayahmu?" tanya Vincent penasaran.

"Sekitar 65 tahun," jawab Lyra.

"Lalu umurmu?"

"Aku 23 tahun."

Vincent mengalihkan pandangannya pada Lyra. Ia akui gadis di sampingnya itu terlihat cukup muda, segar, dan cantik. Jika Lyra mengatakan usianya 20 tahun, mungkin saja ia akan percaya.

"Hmm ... berarti ayahmu kesulitan punya anak ya? Lalu ibumu tinggal di sini juga?" Vincent cukup penasaran. Selama setahun terakhir ini ia tak banyak bicara atau bertanya pada Lyra sehingga ia tak tahu apa-apa tentang gadis itu.

"Aku tidak tahu ibu ada di mana. Lagipula ayahku juga tidak menikah. Dia hanya beberapa kali meniduri wanita yang melahirkanku dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan di usia 40an. Setelah aku lahir, wanita itu pergi entah ke mana," jelas Lyra. "Ayahku seorang ilmuwan, sepertinya masa mudanya hanya dihabiskan meneliti di laboratorium," tambahnya kemudian.

Vincent baru mengetahui fakta tentang kehidupan pribadi Lyra. Ia tak menyangka jika gadis yang ceria dan suka seenaknya itu tidak pernah merasakan kasih seorang ibu sejak baru lahir.

"Ah, maaf. Aku tidak bermaksud menganggumu dengan pertanyaan itu," jelas Vincent sedikit merasa tak enak hati.

Lyra menoleh ke arah Vincent dan mengulas senyum sangat manis. "Tidak masalah. Aku sudah biasa menceritakan kisah ini pada orang-orang, tapi baru kau yang merasa tidak enak dan meminta maaf. Biasanya mereka akan memandangku dengan tatapan agak jijik lalu berpura-pura peduli," ungkap Lyra sembari mengubah senyuman manisnya menjadi senyum getir.

Melihat Lyra memasang raut wajah seperti itu membuat Vincent merasakan betapa beratnya hidup sebagai Lyra. Akhirnya ia memahami alasan gadis itu tidak mempunyai teman dekat.

"Oh ya, apa yang kau lakukan di dalam tadi? Sepertinya kau terburu-buru untuk mengambil sesuatu," tanya Vincent berusaha memperbaiki suasana.

Lyra mengeluarkan sebuah kacamata pria yang ia genggam dari balik punggungnya. Kacamata dengan bingkai dan gagang logam tipis berbentuk oval itu langsung dipasangkannya ke wajah Vincent.

"Aku tahu kalau kau akan sangat tampan jika menggunakan kacamata. Kau kelihatan smart sekaligus dingin. Ah, aku sangat suka!" seru Lyra penuh semangat.

Vincent terkekeh kecil saat melihat tingkah Lyra. Pantas saja saat ia sedang bercermin, sepintas ia memikirkan jika dirinya sangat cocok menggunakan kacamata. Ternyata konsep yang dibuat oleh Lyra untuk wajahnya memang seperti itu.

"Baiklah, aku aku menggunakan kacamata ini agar kau senang. Aku akan membuatmu bangga berdampingan denganku di pesta nanti. Namun, ada hal yang ingin aku minta darimu nanti. Apa kau tidak keberatan?" tanya Vincent memastikan.

Dahi Lyra sedikit berkerut, tapi seketika ia langsung mengiyakan tawaran Vincent.

"Baiklah, karena ini pertama kalinya kau meminta maka akan aku kabulkan."

Related chapters

  • I'm The Boss!    07. Ayo kita berdansa!

    Begitu baru saja sampai di aula pesta, kehadiran Vincent dan Lyra langsung menjadi pusat perhatian. Tentu saja hal itu terjadi sebab baru kali ini putri tunggal keluarga Darien membawa seorang pendamping pria. Sebelumnya, Lyra tak pernah bisa membawa pasangan hingga ia selalu dikucilkan. "Wah ... wah ... rupanya anak itu benar-benar datang dengan membawa seorang pria. Terlebih lagi pria yang dibawanya itu sangat tampan bukan main," komentar salah satu tamu undangan pesta bernama Sella. "Rupanya dia sudah mulai menunjukkan taringnya ya? Apa kita mulai dekati saja dia? Lagipula kita tidak akan rugi," timpal gadis lain yang bernama Voni. "Aku dengar pria itu adalah sepupunya. Entah dari mana asal pria itu, tapi dia sangat tampan. Namun, banyak yang bilang sepupu Lyra itu adalah pewaris asli aset keluarga Darien. Katanya dia sudah hilang sejak berusia sepuluh tahun dan baru diketemukan setahun lalu. Pria itu merupakan anak tunggal dari kakak ayah Lyra yang telah meninggal karena kecela

  • I'm The Boss!    08. Insiden tak terduga

    Kombinasi antara Vincent dan Lyra saat berdansa terlihat begitu apik di mata para tamu yang lain, tak terkecuali Karina yang sedang berdansa dengan Axel. Ternyata Karina merasa jika Vincent memandangnya sedari tadi. 'Siapa pria itu? Mengapa dia melihatku seperti hendak melubangi tubuhku?' batin Karina resah. Kegelisahan Karina ternyata diketahui oleh Axel. Pria dengan kumis tipis dan rambut agak ikal itu merasa khawatir dengan kekasih hatinya itu. "Apa ada yang mengganggumu, Sayang?" tanya Axel. "Ah, ti-tidak ada kok," jawab Karina. Ia langsung terkejut begitu Axel bertanya padanya. Dahi Axel berkerut samar. Ia yakin jika wanitanya sedang merasa tidak nyaman. Ia lantas berpikir, apa mungkin Karina gugup sebab ini adalah pertama kalinya mereka datang ke pesta para konglomerat. "Kalau kau merasa tidak nyaman, kita bisa berhenti berdansa," tawar Axel. "Tidak, aku akan melakukannya sampai akhir. Topik utama pesta ini adalah dansa 'kan? Aku tidak mau dipandang remeh jika berhenti di

  • I'm The Boss!    09. Tawaran

    Kekacauan masih terjadi di aula pesta. Dari titik buta, Vincent mengawasi beberapa orang bertopeng bersenjata yang menyerang. Saat ini ia tidak dapat melakukan apa-apa sebab tak memegang senjata sama sekali. Beberapa tamu yang bergerak pun langsung ditembak mati sehingga para tamu undangan yang tersisa duduk berjongkok tanpa melakukan perlawanan. "Mereka masih berulah lagi rupanya," gumam Vincent. Dari model topeng anjing yang digunakan para pembunuh sadis itu, Vincent dapat mengetahui jika mereka adalah kelompok pembunuh bayaran Happy Kill. Mereka terkenal sadis serta tak kenal ampun jika sedang membantai target. Jika ada yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka nyawa taruhannya. "Aku sebaiknya tidak gegabah. Saat ini aku hanya warga sipil biasa yang tak bersenjata. Sebaiknya aku tunggu saja sampai mereka pergi," gumam Vincent yang matanya masih mengawasi gerak-gerik sekitar sepuluh orang pembunuh bayaran itu. Di saat Vincent sedang mengawasi dari sisi lain, Lyra masih ber

  • I'm The Boss!    10. Berita buruk

    Karina tampak merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kamarnya. Sejak Axel resmi menjadi pemimpin Foxbite, ia tinggal bersama dengan kekasihnya itu. Axel juga semakin sibuk semenjak menggantikan posisi Vincent sehingga jarang memperhatikannya. Mata hazel Karina menerawang di atas langit-langit kamar tidurnya yang didominasi oleh warna putih. Pikirannya masih tertuju pada Vincent yang dibalut sempurna dalam sosok Gavin. Sejak pertemuannya tadi, ia tak bisa tak bisa melupakan pria itu. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Terdengar suara bariton Axel yang langsung membuat Karina tersadar dari lamunannya. Ia sedikit salah tingkah karena kenyataannya ia sedang memikirkan pria lain. "Aku tidak sedang memikirkan apa-apa. Hanya saja aku kepikiran soal kejadian di pesta tadi," dalih Karina yang kini sudah bangun dari posisi tidurnya. "Ya, kejadian itu sangat tiba-tiba. Aku juga tak menyangka akan terjadi kekacauan seperti itu di hari pertama kita menghadiri pesta," tanggap Axel. "Kau tidak ma

  • I'm The Boss!    11. Kabur

    Akibat berteriak terlalu kencang, rahang Vincent bergeser hingga perlu dilakukan operasi ulang. Memang operasi itu hampir mengubah semua yang ada di wajahnya, termasuk struktur tulang rahang. Maka dari itu ia seharusnya bisa menjaga dengan baik, dan tidak boleh bersikap berlebihan. Selama satu minggu Vincent berbaring tak berdaya dengan sisi wajahnya yang diperban memutar agar posisi rahangnya tidak bergeser lagi. Sebab hal itu, masa rawatnya makin bertambah. 'Sialan! Bagaimana bisa aku membalas dendam kalau seperti ini? Tahu akan menderita seperti ini, aku lebih baik mati saja,' gerutu Vincent dalam hati. Ia jadi memikirkan tentang perkataan Tuan Gilbert tempo hari. Pantas saja pria tua bangka itu terlihat enteng mengejeknya. Sedang sibuk mengumpat di dalam pikirannya, muncullah Tuan Gilbert bersama Dokter Collins. Kedua pria itu datang menghampiri Vincent dengan membawa catatan medis. Sepertinya mereka sedang berdiskusi mengenai nasib pria yang merupakan mantan bos mafia itu. Vin

  • I'm The Boss!    12. Membuat terkejut

    "Sedang apa Kakak di sini?" tanya Lyra dengan mata terbelalak. Ia menurunkan tongkat bisbol yang dibawanya seraya menarik Vincent untuk masuk ke kamarnya. "Aw, kau bisa sedikit lembut 'kan? Otot-ototku terasa sangat nyeri," ringis Vincent. Lyra tampaknya memahami yang dimaksud oleh Vincent. Ia dengan segera melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan tangan pria itu. "Kau bisa jalan sendiri 'kan?" tanya Lyra. Vincent hanya menganggukan kepalanya pelan. Sejenak ia tertegun memandang Lyra. Padahal tadi Tuan Gilbert mengatakan jika gadis itu tidak mau makan dan masih sangat trauma dengan kejadian pembunuhan saat di pesta. Namun, yang ia lihat justru Lyra sangat sehat bahkan tangannya saja luar biasa bertenaga. "Apa dia berbohong ya?" gumam Vincent. "Apa? Kenapa kau bicara seperti sedang kumur-kumur begitu?" telisik Lyra sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Vincent. Sontak Vincent pun langsung menjauhkan wajahnya karena merasa tak nyaman berdekatan dengan Lyra. "Aku tidak bica

  • I'm The Boss!    01. Pria berbahaya

    "Lebih baik kau mati saja, Vincent! Salahmu sendiri terlalu memercayaiku." Seorang pria menyeringai sambil menodongkan pistol ke sahabat sekaligus atasannya yang berada di pinggir jurang. Lokasi itu berada di salah satu pulau kecil di British Columbia, Kanada yang langsung berbatasan dengan Samudra Pasifik."Cih! Kau sudah kuanggap saudara, tapi kau malah menghianatiku. Kau memang brengsek, Axel!" Pria dengan banyak bekas luka di sekujur tubuhnya itu meludah. Matanya menyorot tajam ke arah pria berparas tampan dengan kumis tipis yang sedang mengancamnya dengan senjata api. Tubuhnya lemas karena sebelum mengalami ini, ia sudah diberi racun yang membuat persendiannya lemas.Pria itu adalah Vincent Cadmael. Dia adalah ketua kelompok mafia Foxbite yang tersohor dan paling ditakuti. Namun, saat ini dia harus menelan pil pahit karena sahabat sekaligus orang kepercayaannya malah berkhianat dan ingin membunuhnya.Pengkhianatan itu karena kekuasaan dan juga cinta. Axel Kent mencintai kekasih d

  • I'm The Boss!    02. Ingatan

    "Tuan Gavin, apa Anda merasa lebih baik?" Suara pria paruh baya menggema di ruangan cukup luas dengan interior serba putih."Aku sudah lebih baik.""Apa Anda sering mengalami mimpi buruk?" "Tidak sering hanya pernah.""Hmm ... baiklah, Anda bisa memanggil saya jika ada sesuatu yang dibutuhkan."Pria paruh baya yang merupakan seorang dokter itu pun pergi meninggalkan ruangan. Kini hanya ada sosok pria berperawakan tinggi dengan perban yang menutupi seluruh wajah kecuali bagian mata dan bibir, siapa lagi kalau bukan Vincent."Aku jadi penasaran seperti apa rupaku yang baru?" Vincent bergumam. Dia terlihat duduk di sebuah kursi sambil menatap ke luar jendela.Hal-hal yang selalu membuatnya bermimpi buruk adalah kejadian tragis yang menimpanya. Ingatan setahun lalu masih membekas jelas."Kira-kira apa yang sedang dilakukan kedua bedebah itu? Pasti mereka sedang bersenang-senang 'kan karena mengira aku mati? Hah ... sialan," dengusnya sambil menempelkan wajahnya di kaca. Tangan kanannya m

Latest chapter

  • I'm The Boss!    12. Membuat terkejut

    "Sedang apa Kakak di sini?" tanya Lyra dengan mata terbelalak. Ia menurunkan tongkat bisbol yang dibawanya seraya menarik Vincent untuk masuk ke kamarnya. "Aw, kau bisa sedikit lembut 'kan? Otot-ototku terasa sangat nyeri," ringis Vincent. Lyra tampaknya memahami yang dimaksud oleh Vincent. Ia dengan segera melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan tangan pria itu. "Kau bisa jalan sendiri 'kan?" tanya Lyra. Vincent hanya menganggukan kepalanya pelan. Sejenak ia tertegun memandang Lyra. Padahal tadi Tuan Gilbert mengatakan jika gadis itu tidak mau makan dan masih sangat trauma dengan kejadian pembunuhan saat di pesta. Namun, yang ia lihat justru Lyra sangat sehat bahkan tangannya saja luar biasa bertenaga. "Apa dia berbohong ya?" gumam Vincent. "Apa? Kenapa kau bicara seperti sedang kumur-kumur begitu?" telisik Lyra sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Vincent. Sontak Vincent pun langsung menjauhkan wajahnya karena merasa tak nyaman berdekatan dengan Lyra. "Aku tidak bica

  • I'm The Boss!    11. Kabur

    Akibat berteriak terlalu kencang, rahang Vincent bergeser hingga perlu dilakukan operasi ulang. Memang operasi itu hampir mengubah semua yang ada di wajahnya, termasuk struktur tulang rahang. Maka dari itu ia seharusnya bisa menjaga dengan baik, dan tidak boleh bersikap berlebihan. Selama satu minggu Vincent berbaring tak berdaya dengan sisi wajahnya yang diperban memutar agar posisi rahangnya tidak bergeser lagi. Sebab hal itu, masa rawatnya makin bertambah. 'Sialan! Bagaimana bisa aku membalas dendam kalau seperti ini? Tahu akan menderita seperti ini, aku lebih baik mati saja,' gerutu Vincent dalam hati. Ia jadi memikirkan tentang perkataan Tuan Gilbert tempo hari. Pantas saja pria tua bangka itu terlihat enteng mengejeknya. Sedang sibuk mengumpat di dalam pikirannya, muncullah Tuan Gilbert bersama Dokter Collins. Kedua pria itu datang menghampiri Vincent dengan membawa catatan medis. Sepertinya mereka sedang berdiskusi mengenai nasib pria yang merupakan mantan bos mafia itu. Vin

  • I'm The Boss!    10. Berita buruk

    Karina tampak merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kamarnya. Sejak Axel resmi menjadi pemimpin Foxbite, ia tinggal bersama dengan kekasihnya itu. Axel juga semakin sibuk semenjak menggantikan posisi Vincent sehingga jarang memperhatikannya. Mata hazel Karina menerawang di atas langit-langit kamar tidurnya yang didominasi oleh warna putih. Pikirannya masih tertuju pada Vincent yang dibalut sempurna dalam sosok Gavin. Sejak pertemuannya tadi, ia tak bisa tak bisa melupakan pria itu. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Terdengar suara bariton Axel yang langsung membuat Karina tersadar dari lamunannya. Ia sedikit salah tingkah karena kenyataannya ia sedang memikirkan pria lain. "Aku tidak sedang memikirkan apa-apa. Hanya saja aku kepikiran soal kejadian di pesta tadi," dalih Karina yang kini sudah bangun dari posisi tidurnya. "Ya, kejadian itu sangat tiba-tiba. Aku juga tak menyangka akan terjadi kekacauan seperti itu di hari pertama kita menghadiri pesta," tanggap Axel. "Kau tidak ma

  • I'm The Boss!    09. Tawaran

    Kekacauan masih terjadi di aula pesta. Dari titik buta, Vincent mengawasi beberapa orang bertopeng bersenjata yang menyerang. Saat ini ia tidak dapat melakukan apa-apa sebab tak memegang senjata sama sekali. Beberapa tamu yang bergerak pun langsung ditembak mati sehingga para tamu undangan yang tersisa duduk berjongkok tanpa melakukan perlawanan. "Mereka masih berulah lagi rupanya," gumam Vincent. Dari model topeng anjing yang digunakan para pembunuh sadis itu, Vincent dapat mengetahui jika mereka adalah kelompok pembunuh bayaran Happy Kill. Mereka terkenal sadis serta tak kenal ampun jika sedang membantai target. Jika ada yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka nyawa taruhannya. "Aku sebaiknya tidak gegabah. Saat ini aku hanya warga sipil biasa yang tak bersenjata. Sebaiknya aku tunggu saja sampai mereka pergi," gumam Vincent yang matanya masih mengawasi gerak-gerik sekitar sepuluh orang pembunuh bayaran itu. Di saat Vincent sedang mengawasi dari sisi lain, Lyra masih ber

  • I'm The Boss!    08. Insiden tak terduga

    Kombinasi antara Vincent dan Lyra saat berdansa terlihat begitu apik di mata para tamu yang lain, tak terkecuali Karina yang sedang berdansa dengan Axel. Ternyata Karina merasa jika Vincent memandangnya sedari tadi. 'Siapa pria itu? Mengapa dia melihatku seperti hendak melubangi tubuhku?' batin Karina resah. Kegelisahan Karina ternyata diketahui oleh Axel. Pria dengan kumis tipis dan rambut agak ikal itu merasa khawatir dengan kekasih hatinya itu. "Apa ada yang mengganggumu, Sayang?" tanya Axel. "Ah, ti-tidak ada kok," jawab Karina. Ia langsung terkejut begitu Axel bertanya padanya. Dahi Axel berkerut samar. Ia yakin jika wanitanya sedang merasa tidak nyaman. Ia lantas berpikir, apa mungkin Karina gugup sebab ini adalah pertama kalinya mereka datang ke pesta para konglomerat. "Kalau kau merasa tidak nyaman, kita bisa berhenti berdansa," tawar Axel. "Tidak, aku akan melakukannya sampai akhir. Topik utama pesta ini adalah dansa 'kan? Aku tidak mau dipandang remeh jika berhenti di

  • I'm The Boss!    07. Ayo kita berdansa!

    Begitu baru saja sampai di aula pesta, kehadiran Vincent dan Lyra langsung menjadi pusat perhatian. Tentu saja hal itu terjadi sebab baru kali ini putri tunggal keluarga Darien membawa seorang pendamping pria. Sebelumnya, Lyra tak pernah bisa membawa pasangan hingga ia selalu dikucilkan. "Wah ... wah ... rupanya anak itu benar-benar datang dengan membawa seorang pria. Terlebih lagi pria yang dibawanya itu sangat tampan bukan main," komentar salah satu tamu undangan pesta bernama Sella. "Rupanya dia sudah mulai menunjukkan taringnya ya? Apa kita mulai dekati saja dia? Lagipula kita tidak akan rugi," timpal gadis lain yang bernama Voni. "Aku dengar pria itu adalah sepupunya. Entah dari mana asal pria itu, tapi dia sangat tampan. Namun, banyak yang bilang sepupu Lyra itu adalah pewaris asli aset keluarga Darien. Katanya dia sudah hilang sejak berusia sepuluh tahun dan baru diketemukan setahun lalu. Pria itu merupakan anak tunggal dari kakak ayah Lyra yang telah meninggal karena kecela

  • I'm The Boss!    06. Cerita tentang Lyra

    "Apa kita bisa berangkat sekarang?" tanya Vincent. "Ah, tunggu dulu! Aku akan cepat kembali." Lyra kembali masuk ke rumah dengan setengah berlari. Sepertinya ada yang ingin diambil oleh gadis berusia 23 tahun itu. Vincent hanya bisa terdiam di tempatnya sambil menunggu Lyra kembali. Sekilas ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kediaman Keluarga Darien yang begitu luas. Ia memang baru pertama kali datang ke tempat ini sebab sejak diselamatkan satu tahun lalu, ia hanya ditempatkan di laboratorium. "Aku belum pernah bertemu dengan Tuan Gilbert secara langsung. Kira-kira seperti apa ya orangnya?" gumam Vincent penuh tanda tanya. Dulu saat masih menjabat sebagai bos mafia, ia cukup sering melakukan transaksi obat yang dijadikan racun dengan bawahan Tuan Gilbert. Namun, ia sama sekali belum pernah melihat sosok pria yang sudah memberinya identitas baru itu. "Ho, pantas saja putriku tidak mau melepaskanmu. Rupanya wajah barumu memang sangat tampan."Seperti pucuk dicinta ulam pun

  • I'm The Boss!    05. Kejutan

    Lyra menggerutu sepanjang perjalanan pulang. Ia memang masih sangat kesal dengan Vincent. Padahal ia sudah susah payah membujuk Dokter Collins agar bisa membawa pria itu ke acara pesta dansa yang diadakan salah satu orang tua teman sekolahnya dulu esok lusa. Namun, karena insiden tak terduga, kemungkinan ia akan gagal. "Hah... aku pasti akan dipermalukan lagi oleh mereka," lirih Lyra. Meskipun perasaannya kacau balau, ia masih tetap fokus mengendarai mobilnya. Lyra memang merupakan gadis yang ceria, tapi ia tak begitu beruntung sebab tak ada satu pun teman yang mau bersahabat dekat dengannya. Entah mengapa hal itu bisa terjadi, padahal ia selalu saja berusaha agar disukai. Kemungkinan teman-temannya itu iri padanya sebab meskipun tak melakukan apa-apa, ia bisa hidup dengan enak. Bahkan sampai terdengar julukan 'Putri Beban' untuknya. Padahal Lyra sendiri adalah anak yang cerdas dan memiliki potensi, hanya saja dengan caranya sendiri. "Katanya dulunya dia bos mafia, tapi bisa-bisany

  • I'm The Boss!    04. Rencana

    Vincent masih terpaku dengan wajah barunya. Sungguh sangat tak terbayangkan baginya bisa mendapatkan wajah seperti itu. Tekstur kulit barunya bahkan sangat kenyal dan halus, berbeda dengan sebelumnya yang kasar. Penampilannya terlihat seperti pria lembut, dan sangat penyayang. Hebatnya lagi, ia tak terlihat sama sekali seperti orang yang melakukan operasi plastik. Semuanya terlihat sangat alami. "Jadi, selera priamu seperti ini ya?" tanya Vincent sembari melirik ke arah Lyra. "Benar sekali! Aku merancang wajah ini dengan membayangkan pria idamanku. Kau tahu, aku menempatkan setiap bagian wajahmu dari model pria yang berbeda. Makanya tidak heran jika kau setampan ini." Lyra tampak sangat bahagia. Ia bahkan melompat-lompat sambil memeluk Vincent dengan erat. Vincent sungguh kaget dengan kelakuan Lyra yang sangat lincah. Bukan hanya dirinya, sang dokter dan para asisten yang melihat pun ketakutan sebab wajah Vincent bisa saja rusak jika tak sengaja terkena senggol. Bisa-bisa hidungnya

DMCA.com Protection Status