Emily menahan tangan Felicia yang ingin menghajar wajah Vano. Sedangkan Felicia melihat ke arah Emily dan mendapati Emily menggelengkan kepala. Emily melihat kembali ke arah Vano sebentar lalu melihat ke arah Alex dengan senyum smrik. Aura yang dikeluarkan Emily benar-benar dingin. “Sepertinya salah satu anggota Graventas hanya bisa berkomentar tanpa bukti, benar-benar sangat bodoh! dan ternyata tidak mendengarkan apa yang ku katakan kemarin.”
Alex bisa merasakan aura yang dikeluarkan oleh Emily benar-benar dingin di tambah dengan senyum smrik dari Emily. “Bagaimana Alexander? sepertinya sebentar lagi akan ada seseorang yang datang pada markas mu dan menghancurkan semua. Apa kau menerima itu?”
“Padahal tadi gue mau memberitahu siapa orang yang memperhatikan dari tadi tapi tidak jadi karena salah satu anggota Graventas menuduhku tanpa bukti,” sambung Emily.
Mereka semua terdiam akan perkataan Emily. Alex sendiri terdiam mendeng
Felicia menaikkan satu alisnya. “Siapa?”Emily menyingkirkan tubuhnya dan memperlihatkan seorang perempuan berambut panjang bermasker hitam dengan koper di samping. Felicia menatap bingung orang tersebut di depan itu. “Siapa dia?”“Lo lupa sama gue, Felic?” tanya orang tersebut.Gadis tersebut
Angkasa hanya menganggukkan kepala. Melihat itu, Carissa langsung saja menyendarkan kepalanya di pundak Angkasa. Sedangkan Darel serta Alva tersenyum tipis melihat Agkasa yang tidak bisa berbicara ataupun melawan dari Carissa yang mengklaim sebagai miliknya.Carissa melihat ke arah Alex lalu tersenyum sinis. Alex sendiri pun melihat ke arah Carissa, ia dapat melihat bahwa Carissa tersenyum sinis padanya. “Eh lo ketua Graventas! selamat menanti kehancuran lo.”Felicia serta Emily melihat ke arah Alex dan yang lain lalu mereka berdua tersenyum sinis. “Paling hanya menghancurkan markas Graventas dan membuat beberapa ang
Para laki-laki sedari tadi hanya diam tidak menanggapi pembicaraan ketiga gadis tersebut. Mereka hanya mendengarkan semua pembicaraan ketiga gadis. Termasuk Alex, sedari tadi ia memikirkan semua perkataan Emily padanya apalagi tadi gadis itu menyebut sang pacar. Ia dibuat bingung akan semua perkataan Emily yang dilontarkan, terlalu banyak teka-teki yang di simpan gadis itu.Alex melihat ke arah Emily yang sedari tadi hanya berfokus pada ponselnya. Ia tidak mengetahui apa yang dilakukan Emily pada ponsel itu. ‘Siapa lo sebenarnya Emily. Terlalu banyak teka-teki yang harus gue pecahkan semenjak lo berubah.’••••Satu bulan telah berlalu, semuanya berjalan seperti biasa. Emily dan Felicia melakukan aktivitas seperti biasa yaitu sekolah. Di sekolah mendapatkan berbagai hinaan yang mereka berdua dapatkan tetapi mereka berdua tidak menanggapi hinaan itu akan ada waktu yang sangat pas untuk membalas hinaan mereka semua dan itu a
Terlihat tiga orang depan laptop, mereka bertiga mengeluarkan senyum smrik masing-masing yang tentunya itu akan menakutkan bagi orang yang melihatnya. Mereka bertiga tengah menonton sesuatu hal yang sangat menyenangkan bagi mereka.“Bagaimana jika mereka semua mengetahui ini,” tutur salah satu orang tersebut.“Yang pasti akan sangat marah,” papar salah satu orang tersebut.“Mereka semua sangat bodoh,” ungkap salah satu orang.“Benar. Begitu mudahnya mereka semua percaya,” pungkas salah satu orang.“Ini akan sangat seru nanti, gue semakin tidak sabar waktu itu datang,” ucap salah satu orang.“Sebentar lagi,” papar salah satu orang tersebut.Mereka bertiga masih memandangi sesuatu di depan mereka, mereka bertiga terlihat sangat senang melihat itu semua. Mereka tidak sabar ketika semua orang melihat ini dan tidak sabar melihat ekspresi wajah ‘mereka’
“Masih ingat dengan perkataan gue kemarin, Tuan Xavier?” tanya Emily. “Ya. Lo bilang Keisya mengalami transmigrasi,” balas Xavier. “Bingo. Apa kalian telah menemukan bukti itu?” papar Emily. “Kami tidak menemukan bukti apa pun itu dan kami juga tidak bisa menemukan informasi siapa lo sebenarnya,” tutur Xavier. “Keisya mengalami transmigrasi ke tubuh seorang gadis. Tidak ada yang menyukai gadis itu bahkan keluarganya sendiri membenci gadis itu, sehingga Keisya membantu gadis itu untuk membalaskan dendam pada mereka semua yang telah melakukan itu semua. Saat ini Kei
“Jadi bagaimana, apa pemikiran kalian semua tentang ucapan gadis itu kemarin?” tanya Davin.“Yang gue pikirkan kemarin bahwa gadis itu adalah Keisya,” jawab Calvino.“Kenapa bisa lo berpikiran seperti itu?” tanya Alvado.“Gue sependapat dengan Vino,” ucap Xavier.“Bagaimana dengan lo, Xander?” tanya Davin.“Gue sependapat dengan mereka berdua. Ingat kalimat terakhir yang dikatakan gadis itu,” ucap Xander.“Ada seseorang yang membantu gadis itu selama ini,” ucap Elvino tiba-tiba.Sontak itu, membuat mereka semua melihat ke arah Elvino dengan tatapan bingung. “Maksud lo apa?”“Siapa yang lo maksud?” tanya Xander.“Felicia,” jawab Elvino.“Felicia yang membantu gadis itu selama ini?” tanya Davin.Elvino menganggukkan kepala. “Jadi yang bertarung dengan kita kemarin itu?&rdqu
“Keisya? dia di taman belakang,” balas siswi tersebut.“Di mana itu?” tanya Carissa.“Lo tinggal lurus saja dari sini, nanti belok kanan,” jelas siswi itu.“Oke thanks,” pungkas Carissa.Carissa langsung saja menuju taman belakang sesuai apa yang dikatakan oleh siswi tadi. Tak lama, ia telah sampai di taman belakang dan melihat seorang gadis duduk di sana dengan sebuah buku di tangannya. Langsung saja menepuk pundak gadis itu, sedangkan gadis itu menoleh ke arah belakang dan menatap bingung ke arah Carissa.
Emily kembali menyantap baksonya dan tidak mempedulikkan Carissa yang menatap tajam ke arah penjuru kantin. Carissa kembali mendengar kalimat yang membuat ia semakin marah. “Apa dia teman Emily dan Felicia?”“Teman? berarti dia jalang juga dong,”“Hahaha. Teman Emily tidak ada yang baik-baik, semuanya jalang.”Berbagai hinaan dan tawa terdengar di pendengaran Carissa dan yang lain, tetapi hanya Carissa yang sangat marah mendengar itu. “WOII DIAM!”Sontak itu, membuat penjuru kantin semua diam seribu bahasa. “Tutup mulut lo semua! sekali lagi gue dengar lo semua bicara seperti itu apalagi pada Emily dan Felicia, gue akan jahit mulut lo itu satu persatu.”“Ah gue jahit langsung aja ya tuh mulut,” sambung Carissa.Mendengar itu, membuat mereka semua menutup mulut masing-masing dengan satu tangan, keringit dingin mulai bercucuran dari pelipis mereka masing-masing bahkan Dare