Emily kembali menyantap baksonya dan tidak mempedulikkan Carissa yang menatap tajam ke arah penjuru kantin. Carissa kembali mendengar kalimat yang membuat ia semakin marah. “Apa dia teman Emily dan Felicia?”
“Teman? berarti dia jalang juga dong,”
“Hahaha. Teman Emily tidak ada yang baik-baik, semuanya jalang.”
Berbagai hinaan dan tawa terdengar di pendengaran Carissa dan yang lain, tetapi hanya Carissa yang sangat marah mendengar itu. “WOII DIAM!”
Sontak itu, membuat penjuru kantin semua diam seribu bahasa. “Tutup mulut lo semua! sekali lagi gue dengar lo semua bicara seperti itu apalagi pada Emily dan Felicia, gue akan jahit mulut lo itu satu persatu.”
“Ah gue jahit langsung aja ya tuh mulut,” sambung Carissa.
Mendengar itu, membuat mereka semua menutup mulut masing-masing dengan satu tangan, keringit dingin mulai bercucuran dari pelipis mereka masing-masing bahkan Dare
Sesuai perkataan Emily pada dua gadis itu, Felicia baru saja sampai di rumah Emily. Ia telah memberi tahu bahwa dirinya telah sampai dan sedang menunggu depan rumah. Tak lama terdengar suara tepakan kaki, ia melihat dua gadis cantik telah berada di depannya. “Ayo.”Ketiga gadis itu langsung saja masuk ke dalam mobil Felicia. Beberapa menit kemudian, mobil milik Felicia baru saja sampai di tempat tujuan. Kedua gadis tersebut melihat di mana mereka berhenti, setelah melihat itu kedua gadis tersebut menoleh ke arah Emily.“Kenapa kita ke rumah?” tanya Felicia.“Gue sudah bilang kemarin bahwa kita percepat saja,” jawab E
Emily menganggukkan kepala. Melihat itu, membuat mereka kembali terkejut. “Itu tidak mungkin. Jelas-jelas kami semua melihat dengan mata kepala sendiri kalau tubuh Keisya sudah di kubur.”“Ya memang tubuh Keisya sudah dikubur tapi jiwa Keisya sekarang berada di tubuh seorang gadis yang memiliki dendam pada seseorang dan Keisya tengah membantu gadis tersebut membalas dendam dan aku adalah Keisya Amora Williams.” Mereka terdiam sejenak mendengar itu, baru saja Aletta kembali bersuara, tiba-tiba saja ada seekor hewan peliharaan yang menghampiri Emily dan mendekatkan bulunya pada Emily agar gadis itu mengelusnya. Merasakan itu, Emily langsung saja mengelus bulu hewan tersebut.Itu sukses membuat mereka semua terkejut
“Awalnya aku tiba-tiba berada di tempat yang serba putih dan indah, aku kira itu surga. Eh ternyata bukan. Nah jiwa gadis ini yaitu Emily datang ke aku dan minta tolong sama aku untuk membalaskan dendamnya pada orang-orang yang telah membenci dia itu. Awalnya keluarga dari gadis ini tidak menyukai gadis ini sama sekali bahkan saat gadis ini kecelakaan tidak ada yang menjenguk dia di rumah sakit. Mungkin hanya pembantu di rumahnya saja yang menyukai gadis ini,” papar Emily“Kamu sudah membalaskan dendam gadis itu?” tanya Rifaldi.“Belum. Aku tunggu sampai waktu yang sangat pas,” jawab Emily.“Asal kalian tahu, ternyata masalah ini bermulai dari dua orang saja tapi ribet banget,” papar Carissa.“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Azara.Emily membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. Aletta sendiri tidak rela melepaskan sang anak dari pelukannya tetapi untuk saat ini ia biarkan nanti tidak
Pagi telah tiba. Keluarga Willimas serta Martinez sedang sarapan bersama, hanya dentingan sendok dan garpu terdengar di meja makan. Tidak ada yang membuka suara sedikit pun karena itu sudah tradisi dari dua keluarga tersebut bahwa ‘Jangan pernah berbicara saat di meja makan.’Tradisi itu sudah sangat lama dan diterapkan kembali. Beberapa menit kemudian, barulah dua keluarga tersebut selesai sarapan. Setelah itu, dua keluarga itu berada di ruang keluarga yang sangat besar itu, di sana terdapat kedua orang tua Maxim serta Azara siapa lagi jika bukan Bella Berliana Williams dan Kendra Alaskar Willams. Semalam mereka tidak ada saat ketiga gadis itu datang. “Kenapa baru memberi tahu kami, Kei?”“Menunggu waktu yang pas, Opa.” papar Emily melihat Kendra.“Kalian tidak sekolah?” tanya Bella.Ketiga gadis itu menggelengkan kepala. “Tanpa sekolah pun, kami sudah pintar.” Perkataan itu membuat mer
Tiga bulan telah berlalu, sesuai yang dikatakan Emily bahwa gadis itu akan memberi tahu pada mereka dan gadis itu telah memberi tahu pada mereka satu bulan yang lalu. Awalnya mereka tidak percaya, tetapi setelah Emily membuktikan akhirnya barulah mereka percaya. Sedangakan William dengan yang lain termasuk Darel dan kedua temannya itu sangat pusing mencari keberadaan ketiga gadis tersebut, yang hilang begitu saja tanpa memberi tahu pada mereka semua walaupun itu hanya pesan.Itu adalah bagian rencana Emily, ia memang sengaja tidak memberi tahu pada mereka semua. Nanti ia akan muncul, sebentar lagi ketiga gadis itu akan muncul dan sebentar lagi kehancuran akan tiba.Ketiga gadis itu telah menyusun dengan baik dan sempurna rencana mereka semua bahkan dibantu oleh keenam pria tampan itu. Mereka tidak akan membiarkan Keisya a.k.a Emily mengerjakan itu semua walaupun dibantu oleh kedua gadis tersebut, tetapi mereka tetap ingin membantu. M
Setelah mengatakan itu, Emily membenarkan posisinya lalu tersenyum smrik pada Alex. Sedangkan pria tampan itu bisa melihat senyum smrik milik Emily. Langsung saja ia berdiri dan menatap tajam ke arah Emily. “Apa maksud lo?”Sontak itu, membuat teman Alex yang lain juga ikut berdiri dan menatap bingung ke arah Emily serta Alex secara bergantian. Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Alex melainkan ia menghitung.“1”“2”“3”Mendengar itu, Alex dibuat tambah bingung serta kesal. Apa maksud dari perkataan gadis itu, siapa yang akan datang sekarang.“4”“5”Di hitungan kelima, terdengar suara teriakan dari depan sekolah dan membuat mereka semua melihat ke arah teriakan tersebut. “WOII GRAVENTAS KELUAR LO!”Alex melihat kembali pada Emily, sementara gadis itu tersenyum smrik. “Selamat kedatangan tamu Graventas. Ini baru permulaan belum akh
40 menit telah berlalu, tetapi kedua genster tersebut masih saja saling menyerang satu sama lain. Tidak ada yang ingin mengalah ataupun menyerah di antara mereka bahkan bel sekolah sudah bunyi sedari tadi dan itu membuat para siswa-siswi ingin pulang ke rumah masing-masing, tetapi bagaimana cara mereka pulang jika kedua gangster tersebut masih saja saling menyerang.Ketiga gadis itu masih saja menonton pertarungan kedua gangster itu. Sementara Darel dan kedua temannya masih melihat pertarungan kedua gangster dari rooftop sekolah. “Emily dan yang lain di mana?”“Mereka sudah pasti pulang,” jawab Angkasa.“Semoga saja sudah pulang,” papar Darel.Di sisi lain, ketiga gadis itu benar-benar sudah bosan melihat mereka semua. “Mereka kapan selesai sih. Bosan gue lihat mereka, tidak ada gitu yang mau mengalah.”Emily berdiri dari duduknya dan diikuti oleh kedua gadis itu. Felicia menahan lengan Emily. “
Perkataan itu, membuat Gerry terkejut. Dari mana gadis ini mengetahui nama itu dan ia tidak pernah bertemu dengan gadis depannya ini. Ini adalah pertama kali ia bertemu dengan gadis ini. “Dari mana lo tahu nama itu? gue tidak pernah lihat lo sebelumnya.”“Lo memang tidak pernah lihat gue sebelumnya,” papar Emily.“Terus dari mana lo mengetahui nama itu?” tanya Gerry.“Bukan nama itu saja yang gue tahu bahkan semua tentang lo gue tahu dari lahir sampai sekarang.” Gerry menggenggam kerah baju Emily. Tentu saja itu membuat yang lain khawatir, sementara Emily tersenyum smrik melihat itu.“Apa maksud lo? gue tidak penah buat masalah dengan lo,” pekik Gerry.“Santai.” Emily melepaskan genggaman Gerry dari kerah bajunya lalu membenarkan bajunya yang sedikit kusut.Gadis itu kembali melihat ke arah Gerry. “Lo memang tidak pernah buat mas