Terlihat tiga orang depan laptop, mereka bertiga mengeluarkan senyum smrik masing-masing yang tentunya itu akan menakutkan bagi orang yang melihatnya. Mereka bertiga tengah menonton sesuatu hal yang sangat menyenangkan bagi mereka.
“Bagaimana jika mereka semua mengetahui ini,” tutur salah satu orang tersebut.
“Yang pasti akan sangat marah,” papar salah satu orang tersebut.
“Mereka semua sangat bodoh,” ungkap salah satu orang.
“Benar. Begitu mudahnya mereka semua percaya,” pungkas salah satu orang.
“Ini akan sangat seru nanti, gue semakin tidak sabar waktu itu datang,” ucap salah satu orang.
“Sebentar lagi,” papar salah satu orang tersebut.
Mereka bertiga masih memandangi sesuatu di depan mereka, mereka bertiga terlihat sangat senang melihat itu semua. Mereka tidak sabar ketika semua orang melihat ini dan tidak sabar melihat ekspresi wajah ‘mereka’<
“Masih ingat dengan perkataan gue kemarin, Tuan Xavier?” tanya Emily. “Ya. Lo bilang Keisya mengalami transmigrasi,” balas Xavier. “Bingo. Apa kalian telah menemukan bukti itu?” papar Emily. “Kami tidak menemukan bukti apa pun itu dan kami juga tidak bisa menemukan informasi siapa lo sebenarnya,” tutur Xavier. “Keisya mengalami transmigrasi ke tubuh seorang gadis. Tidak ada yang menyukai gadis itu bahkan keluarganya sendiri membenci gadis itu, sehingga Keisya membantu gadis itu untuk membalaskan dendam pada mereka semua yang telah melakukan itu semua. Saat ini Kei
“Jadi bagaimana, apa pemikiran kalian semua tentang ucapan gadis itu kemarin?” tanya Davin.“Yang gue pikirkan kemarin bahwa gadis itu adalah Keisya,” jawab Calvino.“Kenapa bisa lo berpikiran seperti itu?” tanya Alvado.“Gue sependapat dengan Vino,” ucap Xavier.“Bagaimana dengan lo, Xander?” tanya Davin.“Gue sependapat dengan mereka berdua. Ingat kalimat terakhir yang dikatakan gadis itu,” ucap Xander.“Ada seseorang yang membantu gadis itu selama ini,” ucap Elvino tiba-tiba.Sontak itu, membuat mereka semua melihat ke arah Elvino dengan tatapan bingung. “Maksud lo apa?”“Siapa yang lo maksud?” tanya Xander.“Felicia,” jawab Elvino.“Felicia yang membantu gadis itu selama ini?” tanya Davin.Elvino menganggukkan kepala. “Jadi yang bertarung dengan kita kemarin itu?&rdqu
“Keisya? dia di taman belakang,” balas siswi tersebut.“Di mana itu?” tanya Carissa.“Lo tinggal lurus saja dari sini, nanti belok kanan,” jelas siswi itu.“Oke thanks,” pungkas Carissa.Carissa langsung saja menuju taman belakang sesuai apa yang dikatakan oleh siswi tadi. Tak lama, ia telah sampai di taman belakang dan melihat seorang gadis duduk di sana dengan sebuah buku di tangannya. Langsung saja menepuk pundak gadis itu, sedangkan gadis itu menoleh ke arah belakang dan menatap bingung ke arah Carissa.
Emily kembali menyantap baksonya dan tidak mempedulikkan Carissa yang menatap tajam ke arah penjuru kantin. Carissa kembali mendengar kalimat yang membuat ia semakin marah. “Apa dia teman Emily dan Felicia?”“Teman? berarti dia jalang juga dong,”“Hahaha. Teman Emily tidak ada yang baik-baik, semuanya jalang.”Berbagai hinaan dan tawa terdengar di pendengaran Carissa dan yang lain, tetapi hanya Carissa yang sangat marah mendengar itu. “WOII DIAM!”Sontak itu, membuat penjuru kantin semua diam seribu bahasa. “Tutup mulut lo semua! sekali lagi gue dengar lo semua bicara seperti itu apalagi pada Emily dan Felicia, gue akan jahit mulut lo itu satu persatu.”“Ah gue jahit langsung aja ya tuh mulut,” sambung Carissa.Mendengar itu, membuat mereka semua menutup mulut masing-masing dengan satu tangan, keringit dingin mulai bercucuran dari pelipis mereka masing-masing bahkan Dare
Sesuai perkataan Emily pada dua gadis itu, Felicia baru saja sampai di rumah Emily. Ia telah memberi tahu bahwa dirinya telah sampai dan sedang menunggu depan rumah. Tak lama terdengar suara tepakan kaki, ia melihat dua gadis cantik telah berada di depannya. “Ayo.”Ketiga gadis itu langsung saja masuk ke dalam mobil Felicia. Beberapa menit kemudian, mobil milik Felicia baru saja sampai di tempat tujuan. Kedua gadis tersebut melihat di mana mereka berhenti, setelah melihat itu kedua gadis tersebut menoleh ke arah Emily.“Kenapa kita ke rumah?” tanya Felicia.“Gue sudah bilang kemarin bahwa kita percepat saja,” jawab E
Emily menganggukkan kepala. Melihat itu, membuat mereka kembali terkejut. “Itu tidak mungkin. Jelas-jelas kami semua melihat dengan mata kepala sendiri kalau tubuh Keisya sudah di kubur.”“Ya memang tubuh Keisya sudah dikubur tapi jiwa Keisya sekarang berada di tubuh seorang gadis yang memiliki dendam pada seseorang dan Keisya tengah membantu gadis tersebut membalas dendam dan aku adalah Keisya Amora Williams.” Mereka terdiam sejenak mendengar itu, baru saja Aletta kembali bersuara, tiba-tiba saja ada seekor hewan peliharaan yang menghampiri Emily dan mendekatkan bulunya pada Emily agar gadis itu mengelusnya. Merasakan itu, Emily langsung saja mengelus bulu hewan tersebut.Itu sukses membuat mereka semua terkejut
“Awalnya aku tiba-tiba berada di tempat yang serba putih dan indah, aku kira itu surga. Eh ternyata bukan. Nah jiwa gadis ini yaitu Emily datang ke aku dan minta tolong sama aku untuk membalaskan dendamnya pada orang-orang yang telah membenci dia itu. Awalnya keluarga dari gadis ini tidak menyukai gadis ini sama sekali bahkan saat gadis ini kecelakaan tidak ada yang menjenguk dia di rumah sakit. Mungkin hanya pembantu di rumahnya saja yang menyukai gadis ini,” papar Emily“Kamu sudah membalaskan dendam gadis itu?” tanya Rifaldi.“Belum. Aku tunggu sampai waktu yang sangat pas,” jawab Emily.“Asal kalian tahu, ternyata masalah ini bermulai dari dua orang saja tapi ribet banget,” papar Carissa.“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Azara.Emily membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. Aletta sendiri tidak rela melepaskan sang anak dari pelukannya tetapi untuk saat ini ia biarkan nanti tidak
Pagi telah tiba. Keluarga Willimas serta Martinez sedang sarapan bersama, hanya dentingan sendok dan garpu terdengar di meja makan. Tidak ada yang membuka suara sedikit pun karena itu sudah tradisi dari dua keluarga tersebut bahwa ‘Jangan pernah berbicara saat di meja makan.’Tradisi itu sudah sangat lama dan diterapkan kembali. Beberapa menit kemudian, barulah dua keluarga tersebut selesai sarapan. Setelah itu, dua keluarga itu berada di ruang keluarga yang sangat besar itu, di sana terdapat kedua orang tua Maxim serta Azara siapa lagi jika bukan Bella Berliana Williams dan Kendra Alaskar Willams. Semalam mereka tidak ada saat ketiga gadis itu datang. “Kenapa baru memberi tahu kami, Kei?”“Menunggu waktu yang pas, Opa.” papar Emily melihat Kendra.“Kalian tidak sekolah?” tanya Bella.Ketiga gadis itu menggelengkan kepala. “Tanpa sekolah pun, kami sudah pintar.” Perkataan itu membuat mer