Marcia yang sudah kehabisan tenaga hanya bisa pasrah dengan apa yang telah terjadi pada dirinya dan kemudian memejamkan matanya perlahan dengan setetes air matanya yang terjatuh membasahi pipinya.
Killian bahagia luar biasa karena berhasil membuat Marcia menjadi miliknya. Memandangi Marcia yang telah terlelap, kemudian Killian menarik miliknya keluar dari Marcia lalu melangkah ke kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.
Tidak lupa, Killian membasahi handuk kecil dengan air hangat dan membersihkan paha dan milik Marcia yang belepotan cairan mereka. Kemudian menyelimuti tubuh polos Marcia hingga sebatas dada dan mengusap rambut Marcia dengan tatapan teduh penuh cinta.
***
Hari Minggu pagi biasanya di lalui Killian dengan bangun siang dan bermalas-malasan. Tetapi Hari Minggu ini, Killian bangun pagi dengan tubuh yang sangat segar dan perasaan yang ringan dan bahagia luar biasa.
Sejak jam lima subuh,
“Bagaimana keadaannya dokter?” tanya Killian pada dr.Tama, dokter keluarga Tjahyadinata.“Luka ditangan Nona Marcia sudah di bersihkan dan di obati, gantilah perbannya secara berkala. Selain luka di tangannya tidak ada luka luar serius. Hanya saja, jika mengamati kondisi Nona Marcia sepertinya anda harus membawanya konsultasi dengan psikiater atau psikolog Killian.”“Sebenarnya ini bukan bidang saya. Tapi kondisi Nona Marcia sangat mengkhawatirkan” lanjut dr. Tama membuat hati Killian mencelos.Killian sangat tau penyebab Marcia seperti itu. Dan hal itu semakin membuat hatinya nyeri.Setelah Marcia histeris sampai tidak sadarkan diri dan langsung dipindahkan ke kamarnya yang terletak di sebelah kamar Killian. Dokter Tama yang sudah di panggil Bi Ida tiba dan langsung memeriksa Marcia.Killian sangat cemas dengan keadaan Marcia yang tidak pernah kehilangan kontrol
Marcia terbangun dari tidurnya dan mendapati Killian di sisinya sedang duduk dan tertidur sambil menggenggam tangannya. Marcia langsung melepaskan tangannya perlahan. Ia tidak bisa berdekatan dengan Killian lagi sekarang. Semuanya telah berubah dalam semalam. ‘Aku tidak bisa lagi didekatnya.’ Batin Marcia sambil menatap Killian yang tertidur dengan nanar. Matanya berkaca-kaca dan setetes airmata membasahi pipinya yang pucat dan tirus. Selama seminggu ini, Marcia berusaha menulikan telinganya. Ia berusaha memikirkan nasibnya. Masa depannya sudah hancur. Marcia merasa sangat bersalah kepada Keenan, tunangannya. ‘Keenan’ batin Marcia Mengingat pria itu membuat Marcia semakin tergugu. ‘Aku sudah kotor. Sudah nggak pantas lagi untukmu Nan’ batin Marcia dengan pilu ‘Maafkan aku. Tidak bisa menjaga diriku’ *** Selama seminggu ini Marcia
“Jangan pergi Darl…Please” mohon Killian kepada Marcia sambil memegang kedua lengan Marcia menghadap padanya. Marcia bergeming. Hening “Please Darl” “Kita bisa bicarakan ini baik-baik kan?” Tetap hening. Marcia hanya diam tidak bergerak “Gimana dengan ayah dan ibu? Kamu tau mereka sangat menyayangimu kan? Mereka pasti sedih kalau kamu memilih tinggal di apartemen” bujuk Killian lagi. “Kalau ayah dan ibu pulang, aku akan bicara dengan mereka.” “Aku ingin menikahimu” lanjut Killian lagi. Mendengar kalimat terakhir Killian membuat Marcia langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Killian tajam tanpa senyum. “Apa maksud Kakak?” “Menikah?” “Aku masih 20 tahun Kak. Masih belum siap berumah tangga, apalagi berkeluarga. Lagipula, aku sudah bertunangan dengan Keenan” tukas Marcia sambil menatap lurus dengan tegas pada Killian. “Nggak Darl, kita harus menikah. Bagaim
Siang itu, Shizuka diam-diam menghubungi Thomas selaku wali Marcia yang sekarang dan memberitahukan keadaan Marcia dan apa yang telah di alaminya. Membuat Thomas yang masih berada di Oslo hampir terkena serangan jantung di tempatnya. Akhirnya Thomas dan Ellena memutuskan untuk memperpendek masa liburan mereka dan langsung kembali ke Jakarta pagi itu juga waktu Oslo. *** BUUUKKKKKK!!! BUUKKK!!! Sebuah hantaman bersarang dengan telak di rahang kiri Killian membuatnya terhuyung. Kemudian tanpa ampun sebuah hantaman bersarang lagi di rahang kanan Killian membuatnya terjatuh dan terduduk di sofa ruang kerja keluarga Tjahyadinata. “BRENGSEKK!!” Teriak Thomas dengan wajah memerah dan urat-urat yang sudah menonjol di pelipisnya. Lalu di hajarnya lagi Killian yang memang tidak melawan ayahnya. “Bangun bajingan!!” di tariknya kerah kemeja Killian membuat Killian terbangun dari sofa dan
“Kau..” “Cari siapa Pak?” lanjut orang itu lagi. “Orang yang tinggal di unit ini kemana Bu?” Mengabaikan pertanyaan dari wanita tersebut, Killian bertanya balik. “Oh, kalau Non Shizuka jam segini sedang di kantor, Pak. Kalau Non Marcia sedang ke kampus” Info Bu Nani yang ternyata asisten rumah tangga Shizuka. “Begitukah? Kapan Marcia kembali?” tanya Killian lagi “Maaf tapi bapak siapa ya?” Bu Nani ikutan bertanya balik pada Killian menatap curiga pria tampan di depannya ini. ‘Buat apa nyari para enengku coba. Untung ganteng gini kalo ‘gak udah tak teriakin sepay lu kebanyakan nanya huh’ batin Bu Nani sambil melirik Killian dari atas sampai bawah bolak balik lalu tiba-tiba memonyongkan bibirnya. Killian yang melihat Bu Nani tiba-tiba meliriknya curiga dan memonyongkan bibirnya langsung bergidik geli. Sadar kalau ia keliatan mencurigakan bagi si ibu di depannya ini. “Ah iya. Maaf saya lupa memperkenal
“Ada apa?” sapa seseorang di seberang sana dengan datar.“Aku melihat wanita yang kamu cari”Pria itu langsung berdiri dari duduknya. “Kamu dimana?” tanya pria itu lagi.“Hmm…gimana kalau kita bersenang-senang dulu malam ini” wanita di seberang sana berbicara di ponselnya sambil memandang Marcia dan Ellena yang sedang tertawa bersama sambil mengetukan jari telunjuk dan jari tengahnya bergantian di atas mejanya.“Amira! Kalau kamu ‘gak tau apa-apa lebih baik diam. Jangan bermain denganku!” ketus Keenan sambil meninggikan intonasi suaranya di seberang sana.“Aku punya beberapa informasi untukmu.” Masih dengan santai Amira mencoba bernego dengan Keenan. Siapa tau dia lagi mujur.Pasalnya kemarin nggak sengaja Amira mendengar Keenan marah di ruangannya di kantor. Begitu dia mengintip ke ruangan Keenan, pria yang di cintainya itu sedang mengelus waj
“Selamat untuk wisudamu” sambil menyerahkan buket bunga peony pink kepada Marcia. Membuat senyum gadis itu perlahan memudar dan tubuhnya membeku ditempatnya. “Keenan..” bisik gadis itu lirih. Marcia terdiam. Keenan yang melihat reaksi Marcia yang tidak seperti biasanya akan senang jika di kasih bunga peony jadi makin curiga. “Baby…ada apa denganmu hmm?” di raihnya pundak dan di usapnya anak rambut Marcia yang tertiup angin yang melintasi wajahnya. “Ahh ak-aku gakpapa Nan. Ehem.” Marcia berdeham untuk menetralkan suaranya yang bergetar. Padahal Marcia belum siap bertemu Keenan. “Terima kasih bunganya. Sangat cantik” bisik Marcia sambil mencium buket bunga di tangannya. “Om, Tante. Apa kabar?” sapa Keenan sopan sambil menyalami Thomas dan Ellena “Kami baik Nan” Thomas tersenyum menyalami Keenan “Bicaralah dengan Marcia. Kami akan tunggu di café itu” lanjut Thomas dan menunjuk sebuah café yang t
Ellena yang melihat Marcia berjalan ke arahnya sambil menangis segera keluar café dan langsung meraih Marcia ke dalam pelukannya. “Sayang…ayo” ajak Ellena sambil menuntun putrinya ke arah mobil mereka yang terparkir di depan. Thomas bergegas menyusul kedua wanita tersayangnya dan membukakan pintu mobil bagian belakang. Killian yang mengamati dari kejauhan hanya bisa melihat pemandangan itu dengan hati sesak karena melihat gadisnya menangis dalam pelukan ibunya. Ia tidak berani menampakkan diri di depan Marcia. Karena sejak Killian tau Marcia tinggal dengan Shizuka, Ia mengutus asistennya, Agung untuk mengawasi Marcia dari jauh. Dan di ketahui jika Marcia berkonsultasi dengan psikiater seminggu sekali sejak keluar dari rumah. Dan hal tersebut membuat Killian semakin merasa berdosa terhadap Marcia. Setidaknya sekarang Killian merasa sedikit lega karena Marcia tidak sendirian. Ada Thomas dan Ellena yang menemani dan juga Shizuka.