“Kau..”
“Cari siapa Pak?” lanjut orang itu lagi.
“Orang yang tinggal di unit ini kemana Bu?” Mengabaikan pertanyaan dari wanita tersebut, Killian bertanya balik.
“Oh, kalau Non Shizuka jam segini sedang di kantor, Pak. Kalau Non Marcia sedang ke kampus” Info Bu Nani yang ternyata asisten rumah tangga Shizuka.
“Begitukah? Kapan Marcia kembali?” tanya Killian lagi
“Maaf tapi bapak siapa ya?” Bu Nani ikutan bertanya balik pada Killian menatap curiga pria tampan di depannya ini.
‘Buat apa nyari para enengku coba. Untung ganteng gini kalo ‘gak udah tak teriakin sepay lu kebanyakan nanya huh’ batin Bu Nani sambil melirik Killian dari atas sampai bawah bolak balik lalu tiba-tiba memonyongkan bibirnya.
Killian yang melihat Bu Nani tiba-tiba meliriknya curiga dan memonyongkan bibirnya langsung bergidik geli. Sadar kalau ia keliatan mencurigakan bagi si ibu di depannya ini.
“Ah iya. Maaf saya lupa memperkenal
“Ada apa?” sapa seseorang di seberang sana dengan datar.“Aku melihat wanita yang kamu cari”Pria itu langsung berdiri dari duduknya. “Kamu dimana?” tanya pria itu lagi.“Hmm…gimana kalau kita bersenang-senang dulu malam ini” wanita di seberang sana berbicara di ponselnya sambil memandang Marcia dan Ellena yang sedang tertawa bersama sambil mengetukan jari telunjuk dan jari tengahnya bergantian di atas mejanya.“Amira! Kalau kamu ‘gak tau apa-apa lebih baik diam. Jangan bermain denganku!” ketus Keenan sambil meninggikan intonasi suaranya di seberang sana.“Aku punya beberapa informasi untukmu.” Masih dengan santai Amira mencoba bernego dengan Keenan. Siapa tau dia lagi mujur.Pasalnya kemarin nggak sengaja Amira mendengar Keenan marah di ruangannya di kantor. Begitu dia mengintip ke ruangan Keenan, pria yang di cintainya itu sedang mengelus waj
“Selamat untuk wisudamu” sambil menyerahkan buket bunga peony pink kepada Marcia. Membuat senyum gadis itu perlahan memudar dan tubuhnya membeku ditempatnya. “Keenan..” bisik gadis itu lirih. Marcia terdiam. Keenan yang melihat reaksi Marcia yang tidak seperti biasanya akan senang jika di kasih bunga peony jadi makin curiga. “Baby…ada apa denganmu hmm?” di raihnya pundak dan di usapnya anak rambut Marcia yang tertiup angin yang melintasi wajahnya. “Ahh ak-aku gakpapa Nan. Ehem.” Marcia berdeham untuk menetralkan suaranya yang bergetar. Padahal Marcia belum siap bertemu Keenan. “Terima kasih bunganya. Sangat cantik” bisik Marcia sambil mencium buket bunga di tangannya. “Om, Tante. Apa kabar?” sapa Keenan sopan sambil menyalami Thomas dan Ellena “Kami baik Nan” Thomas tersenyum menyalami Keenan “Bicaralah dengan Marcia. Kami akan tunggu di café itu” lanjut Thomas dan menunjuk sebuah café yang t
Ellena yang melihat Marcia berjalan ke arahnya sambil menangis segera keluar café dan langsung meraih Marcia ke dalam pelukannya. “Sayang…ayo” ajak Ellena sambil menuntun putrinya ke arah mobil mereka yang terparkir di depan. Thomas bergegas menyusul kedua wanita tersayangnya dan membukakan pintu mobil bagian belakang. Killian yang mengamati dari kejauhan hanya bisa melihat pemandangan itu dengan hati sesak karena melihat gadisnya menangis dalam pelukan ibunya. Ia tidak berani menampakkan diri di depan Marcia. Karena sejak Killian tau Marcia tinggal dengan Shizuka, Ia mengutus asistennya, Agung untuk mengawasi Marcia dari jauh. Dan di ketahui jika Marcia berkonsultasi dengan psikiater seminggu sekali sejak keluar dari rumah. Dan hal tersebut membuat Killian semakin merasa berdosa terhadap Marcia. Setidaknya sekarang Killian merasa sedikit lega karena Marcia tidak sendirian. Ada Thomas dan Ellena yang menemani dan juga Shizuka.
“Pak Keenan, nanti sore kita berangkat ke Surabaya bersama dua orang dari Tim Marketing. Untuk segala keperluan di sana dan akomodasi sudah di konfirmasi ke pihak hotel. Dan tadi pagi, pihak Auto Spectra juga sudah memberikan konfirmasi kehadiran. ” Keenan yang sedang memeriksa laporan penjualan di meja kerja di ruangannya langsung mendongak menatap asistennya dengan wajah datar. “Jadi, pihak Auto Spectra sudah setuju dengan nilai pembelian spare partnya? Tidak ada negosiasi harga lagikan?” tanya Keenan. Sambil menutup laporan yang telah selesai di periksanya dan memberikan laporan tersebut kepada asistennya. “Tidak ada Pak. Malam ini kita akan tanda tangan kontrak kerja sama dengan mereka di JW Club” “Gimana dengan Ten Accessories? Jadi order dengan kita?” tanya Keenan lagi “Besok rencananya Amira dan Bagus dari Tim Marketing akan follow up lagi kelanjutan meeting minggu lalu” “Ok. Kamu urus semuanya.” &nb
Begitu pintu tertutup rapat dengan kunci otomatis, Keenan langsung menghimpit tubuh Amira ke dinding yang terdapat di sebelah pintu membuat Amira yang masih berusaha melepaskan high heels nya kaget atas serangan Keenan yang tiba-tiba itu. Keenan yang sedang sangat bergairah akibat obat perangsang yang di berikan Amira langsung mencumbu bibir Amira dengan penuh nafsu, tubuhnya yang tinggi memeluk erat tubuh Amira membuat payudara Amira hampir menyembul keluar akibat himpitan dada bidang Keenan. “Ahhh Keenan..” desah Amira sambil tersenyum memejamkan matanya dan semakin memiringkan kepalanya memberikan Keenan akses tak terbatas saat pria itu mulai mencumbu rahangnya, perlahan turun ke lehernya, melepas tali spaghetti dress Amira lalu mulai mengecup bahunya yang telanjang membuat Amira semakin tersenyum lebar. Kaki kanan Amira mulai melingkar di pinggang Keenan, mini dressnya sudah terangkat naik hingga ke pinggang, dress bagian atasny
Marcia berdiri membeku menatap pria di hadapannya dengan wajah pucat pasi. Perlahan tubuhnya mulai gemetar dan keringat dingin mulai timbul. Setelah pergulatan batin yang menguras energinya, dan mondar mandir selama satu jam di depan mobilnya di basement apartemen, Killian yang sudah sangat merindukan Marcia nekat mendatangi unit apartemen yang di tinggali gadis itu. Killian tersenyum semringah ketika mendapati Marcia yang membuka pintunya sambil tersenyum ceria padanya. Tetapi… “Darl!” Killian yang melihat reaksi Marcia langsung dengan sigap menangkap tubuh Marcia yang oleng hampir terjatuh. Sadar dirinya sedang dalam pelukan Killian membuat Marcia berusaha melepaskan diri dari Killian. “Lepas!” tangan Marcia menghentakkan Killian yang berusaha memeluknya. Mendengar keributan di depan, Shizuka keluar dari kamarnya dan terperangah dengan kedatangan Killian. “Ada apa ini!” Shizuka tergesa mendatangi Ki
Dua minggu berlalu sejak Killian bertemu Marcia. Dan sejak itu hubungan keduanya mulai membaik. Minimal Marcia sudah bisa bertemu dengan Killian tanpa kehadiran Shizuka untuk menemaninya. Keluar dari ruang meeting, ponsel Killian langsung bergetar di saku celananya. “Halo” sapa Killian tanpa melihat lagi nama si penelpon “Akhirnya kamu angkat juga telpon dariku Beb” suara seorang wanita di seberang sana. Killian langsung berhenti berjalan. Di lihatnya nama si penelpon dan matanya langsung membulat kaget. ‘Shit. Bisa-bisanya aku main angkat aja’ maki Killian dalam hati. “Ada apa?” tanya Killian sambil melanjutkan perjalanan ke ruangan nya. “Aku kangen Beb. Kita ketemu ya?” suara manja itu mulai membujuk “Aku sibuk. Lagian kita kan udah putus lama. Ngapain sih masih nyari aku” ketus Killian “Bebyyyyyyy jangan ngomong gitu dong. Kita hanya break sementara. Nggak pernah putus! Titik” suara manja itu mulai men
“Kamu nggak bisa giniin aku Beb!” Teriakan Amira menggema di ruangan kantor Keenan.Siang ini Keenan sedang pusing memeriksa laporan penjualan yang merosot tajam dari cabang Makassar ketika Amira mendadak masuk keruangannya bagai angin ribut dan menutup pintu ruangannya dengan kasar membuat Linda, Asisten Keenan ketakutan karena sebelumnya boss nya sudah berpesan agar tidak di ganggu.Mendonggakkan kepalanya Keenan menatap Amira dengan dingin dan duduk santai menyenderkan punggungnya di kursi kerjanya.Setelah memberi tanda kepada Linda agar keluar dari ruangannya, Keenan mendesah pelan.“Apa maksudmu” dengan tenang Keenan bertanya sambil memainkan pena di tangannya.“Kenapa kamu gak bales chat aku? Kamu juga gak angkat telponku!” kesal Amira menghentakkan kakinya berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.“Haruskah?”Amira terperangah mendengar pertanyaan Keenan yang kelewat tenang itu. M