Share

Curhat

Author: Mayht
last update Last Updated: 2021-07-24 22:33:54

"Dia itu duda, Fin. Duda tanpa anak" ujar Ariana. Dia menginap di kosanku.

"Ah serius lo? Tau dari mana?" tanyaku tak percaya pada Ariana.

"Ya elah semua penghuni kampus juga tahu kali, kecuali elu kayanya"

"Ia, tah? Apa karna aku udah terlanjur bete sama dia kali, ya?”

“Maybe”

“Trus istrinya kemana?"

"Nah itu dia, sampai sekarang belum ada yang tau mantan istrinya siapa. Dia baru 2 tahun disini dan waktu dia pindah kesini juga dia udah jadi duda makanya ga banyak yang tau tentang hal yang privasi seperti itu"

"Ooo jadi dia baru 2 tahun disini. Trus trus ada gosip-gosip apa lagi tentang dia?"

"Hmm...wait...wait...wait...Lo suka, yah, sama dia?" tanya Ariana sambil mengunyah keripik singkong yang kami beli di supermarket tadi sore.

“Suka? Sebel sih lebih tepatnya”

“Sebel bisa kadi suka loh ujung-ujungnya”

“Gila mana mungkinlah. Gue masih kecil, Nana”

“Trus emang anak kecil ga boleh suka-sukaan gitu?”

“Ya, ga sama dosen juga kali”

“Itu kan menurut, lo. Coba deh menurut hati lo yang paling dalam, gimana?”

“Kenapa jadi bahas itu, sih, Na. Kan aku Cuma nanya doang”

“Ya, karna ekspresi lo saat cerita tadi tuh bukan eskpresi seorang mahasiswa yang lagi sebel sama dosennya”

“Trus ekspresi apaan dong?”

“Kaya ekspresi apa yah namanya? Susah ngejelasinnya. Pokoknya bukan kaya lagi sebel, deh”

“Hah, tau ah. Jutek gitu masa aku bisa suka sama dia”

“Makanya waktu masih sekolah usahain pacaran walau cuma sekali doang. Biar kalau udah gede gini ga bingung-bingung lagi”

“Iya, deh yang ratunya pacaran”

Ariana tertawa geli. Sedari SMP dia sudah sering berpacaran. Aku biasanya jadi tameng atau jadi kotak pos untuk pacar-pacarnya. Orang tuanya sama ketatnya dengan orang tuaku. Bedanya dia lebih berani memberontak dan aku lebih memilih jalan aman.

“Kalau lo salaman sama seseorang dan tangannya dia terasa hangat, maksudku hangatnya tuh beda. Di dada lo itu kaya langsung berdebar-debar gitu. Itu bisa ga di jadiin ciri-ciri suka?”

“Nah, itu dia” Ariana menjentikkan jarinya di depan hidungku “Berdebar-debar”

“Berdebar-debar?”

“Salah satu simtom utamanya”

“Berdebar-debar?”

“Iya. Trus apa lagi. Coba ceritakan lebih detil lagi”

“Kembang api?”

“Kembang api?”

“Aku ga tau itu kedipan atau apa ya waktu di perpus, tapi kedipannya itu bikin kepalaku jadi kaya ada pesta kembang api tahun baruan gitu”

“Aku ga ngerti maksudmu, tapi udah pasti itu juga salah satunya”

“Tapi itu waktu aku pertama kali ketemu dia. Masa udah jatuh cinta aja?”

“Damn it. Seriusan waktu pertamakali ketemu?”

“Iya. Di perpustakan”

“Wow....”

“Wow?”

“First love at first sight”

“What? No way . Ga, mungkinlah secepat itu”

“Uuuuu,,,,semakin anda menolak kenyataan itu maka semakin nyatalah perasaan anda nantinya saudara Muffin”

Aku terdiam, Ariana tertawa menang.

"Hmm...Kayanya, sih" bola mataku berputar menanggapi pernyataan yang aneh itu. Aku juga tidak tahu akan perasaanku. Kuakui belakangan ini dia selalu terselip di pikiran saat-saat menjelang tidur, saat akan mandi, makan, belajar, saat buku mata kuliahnya menyempil dari rak buku, ketika melihat sapu tangannya yang mendekam di laci tempat tidur, saat akan berangkat ke kampus, saat memasuki kampus apalagi saat mata kuliahnya akan di mulai sampai selesai bahkan saat sudah kembali lagi kekosan. Apa hal-hal itu sudah bisa menjamin bahwa aku menyukainya? Apa itu sudah cukup untuk bisa dibilang suka? Apa itu tidak terlalu sepele dan sedikit?

“Cieee...akhiirrrrnyaaaa” Ariana memelukku kencang sekali sampai nafasku sesak dan memintanya melepaskan pelukan dan gelitikan-gelitikannya.

“Mama Diana harus tahu ini”

“Heh, awas ya kalau sampai mamaku tau” Ariana terbiasa memanggil bunda dengan namanya. Bunda yang meminta karna Ariana suka sekali dengan nama Bundaku yang sama dengan nama idolanya, Princess Diana.

“Mama Diana harus tahu ini, Muffin”

“Soto satu kali seminggu?”

“Plus Ice cream Sundae”

“Deal”

“Deal”

Dia pun tertawa licik melepas jabatan tanganku. Aku mencubit lengannya membuatnya berhenti tertawa. Kami pun saling balas membalas cubitan.

***

"Berarti lu harus siap bersaing dengan berjubel-jubel wanita di luar sana. Terutama Miss Grace"’

Aku tersedak. Ariana segera mengambil tisu dan air mineral dari nampan lalu memberikannya padaku. Setelah deal-dealan tadi dia langsung menuntut membelikan Sundae lalu memaksaku makan di tempat, di salah satu restoran makanan cepat saji terkenal se Indonesia bahkan dunia.

"Miss grace?"

“Yup”

“Teman semejaku pernah cerita kalau di kampus kita gossipnya ada sesama dosen yang pacaran. Apa itu mereka berdua?”

“Betulll”

“Aku kok, ga tau ya”

“Dia duda aja lo ga tau. Padahal udah berapa bulan ini kita masuk kuliah”

“Iya, sih”

“Makanya rileks dikitlah, Fin. Jangan terlalu fokus belajar. Nikmati dunia ini”

Jauh di dalam hatiku bisa merasakan kegetiran dalam kalimat Ariana itu. Mungkin saja sebenarnya itu dia tujukan bukan hanya padaku tapi pada dirinya sendiri juga. Dia mencoba menghibur dirinya sendiri.

“Pasti lo juga ga tau kan kalau dia itu populer banget. Khususnya di fakultas Psikologi ya. Di fakultas lain ga tau deh”

“Kalau di fakultasku kayanya populer karna jutek, deh”

“Kalau di fakultasku, waah kalangan cewe-cewe, mah, suka genit-genitan ke dia kalau lagi nyamperin Miss Grace”

“Nyamperin?”

"Ia nyamperin. Gosip-gosipnya ni, yah, katanya mereka itu lagi PDKT. Lo emang ga pernah liat mereka sering pulang bareng? Trus ke perpus bareng, ke kantin bareng. Akh pokoknya kalau ada waktu kosong pasti bareng-bareng. Dan satu lagi, mereka memang pindah dari Universitas yang berbeda tapi pindah bareng di tanggal dan tahun yang sama kesini. Jadi yah, boleh dibilang gosip mereka PDKT itu sekitar 80% bisa dipercayalah"

"Lu ga lagi becanda, kan, na? Ia sih, aku pernah beberapa kali lihat mereka pulang bareng naik mobilnya si Mr. Brewok. Tapi yah, bukan cuma Miss grace. Bu Nilam juga sering. Pulang bertiga juga sering katanya. Soalnya kata bu Nilam rumah mereka bertiga arahnya sama. Trus waktu aku tidur di perpus juga, kan, mereka bareng, tuh”

"Tuh kamu tahu. Ya, aku ga kenal siapa bu Nilam itu. Yang pasti di fakultasku karna Miss Grace itu salah satu dosen kami jadi cerita-cerita kaya gitu tuh udah kesebar banget. Mobilnya si Brewokmu itu aja kami udah sampai hapal. Sorry, Fin gue bukannya mau menghalang-halangi perasaan lo. Gue nyeritain itu emang sesuai seperti apa yang gue dengar, tapi kalo soal benar atau engga, aku ga bisa jawab. Gimana kalo lo tanya langsung sama mereka?" ucap Ariana asal sambil terus menyendok Ice Cream ke mulutnya.

“Ngaco, wuu...” Kujitak kepalanya.

“Ahahahaha”

“Habisin, tuh ice cream. Kita pulang aja, deh. Udah ga mood”

“Ckckck berarti bener dugaan gue. Lo bukan Cuma sekedar ngefans doang”

“Ngefans? Ga bakalan mungkinlah gue ngefans sama dosen galak kaya gitu”

“Berarti suka?”

“Nehi-nehi”

“Cinta?”

“Na, kita pulang aja deh. Lo lama-lama makin ngaco”

Kembali dia tertawa. Entah sudah berapakali dia menertawaiku. Di satu sisi aku malu dengan betapa ketinggalannya pengalamanku jika dibandingkan dengannya. Tapi di sisi lain aku lega karna Ariana masih bisa tertawa lepas seperti itu.

"Ck! Padahal kalau gue memang benar-benar suka dia, berarti ini pertama kalinya gue suka seriusan sama cowo, Na"

Ariana menghentikan kunyahannya dan merangkulku. Kami berdiri di pinggir jalan menunggu taksi online yang akan mengantar kami pulang datang.

"Lagian kenapa sih kamu suka sama si duda berjambang itu? Seleramu payah. Gue aja males ngeliat dia. Mukanya jutek gitu kaya yang lo bilang"

"Biarin! Lagian emang kita bisa nentuin gitu kita suka sama siapa?”

“Ya, bisalah. Kecuali kalau jatuh cintanya tiba-tiba atau pandangan pertama kaya lo. Susah nentuinnya emang” Ariana tertawa lagi.

“Aishhh. Ga percaya”

"Yee dikasih tahu malah ngeyel. Lagian dia itu dosen, bro. Kalau pun seandainya dia juga suka samamu ga bakalan deh kalian bisa bersama. Bisa-bisa kalian dikeluarkan dari kampus, mau lo di DO. Kan, peraturan kampus, dosen sama mahasiswa di larang pacaran setelah insiden “Carnaval”. Tau, kan insiden itu?”

"Ia, tau. Yang Dosen pacaran sama mahasiswa trus nilainya di bagus-bagusin, kan?”

“Betul. Syukurlah kalau yang itu kamu tau”

“Heh gini-gini sedikit banyaknya kau tetap tahu kok legenda-legenda kampus”

“Tpai dosen lu sendiri engga tahu”

“Ishhh Nanaaa” kucubit lengan Ariana dan dia tidak henti-hentinya tertawa.

“Trus gimana dong?"

"Gini deh, Fin...” Taksi online yang kami pesan datang memotong pembicaraan kami. Kami bergegas masuk karna udara malam semakin dingin. Di mobil Ariana menyambung kembali ucapannya yang terpotong.

“Semoga perasaan lo itu cuma sementara, Fin. Itu karna kalau serius, udah pasti ga bakalan kesampaian. Gue bukannya ga mau mendukung, loh"

Aku mengangguk mengerti.

"Selain saingan terberatmu si Miss Grace, ya seperti yang aku bilang tadi, dia itu dosen dan lo mahasiswa. Kalau pun seandainya si Brewok itu membalas perasaan lo, udah pasti harus ada yang berkorban"

Aku mengangguk lagi.

"Lo yang keluar dari kampus atau si Brewok. Kecuali kalian tadinya beda universitas kalau itu, mah ga ada yang melarang. Gitu"

“Setuju” wajah sedihku membuat Ariana memelukku lagi. Kali ini lebih lembut. Walaupun terkadang dia seperti orang lain yang tidak kukenal karna masalah-masalah yang dihadapinya, dia tetap saja Ariana yang kukenal dulu yang bila aku kebingungan terhadap sesuatu, dia pasti orang pertama tempatku bertanya. Dia juga orang yang sejauh ini paling kompeten bila menjelaskan sesuatu. Berdiskusi dengannya adalah hal yang paling menyenangkan. Mungkin itu yang membuat kami tetap dekat meski sudah jarang bertemu.

Setelah membahas si Mr. brewok kami pun membahas hal-hal lainnya. Mulai dari yang serius sampai yang ngalor ngidul. Dari cita-cita, impian sampai tentang tetangga rumahnya yang suka sekali menyetel musik kencang-kencang. Satu hal yang aku sadari, Ariana yang walau pun memiliki masalah dalam kehidupan keluarganya tapi dia tetap fokus dan konsen terhadap cita-citanya. Sedari dulu dia memang selalu bisa bersikap dewasa. Berbeda denganku yang sangat kekanak-kanakan. Tapi karena perbedaan itulah kami selalu bisa akrab. Dulu kami sudah seperti anak kembar yang kemana-mana selalu bersama. Sedari dulu juga aku sangat ingin bisa sedewasa dia dalam menghadapi apapun.

Hal lainnya yang baru kusadari saat aku sudah sampai di kamar kosanku, bahasa kami sudah benar-benar bercampur. Aku, kamu, lo, gue. Astaga kami sudah benar-benar menghayati hidup di Jakarta ini. Ini mungkin akan dianggap sebagai tanda seseorang yang mulai lupa dengan 'kulitnya' seperti kata pepatah itu tapi sebenarnya aku bisa menyanggah dengan menyatakan bahwa ini justru adalah tanda awal bahwa aku dan Ariana sudah mulai menunjukkan keberhasilan kami beradaptasi dengan lingkungan baru kami. Ini perlu di apresiasi juga. Anak-anak muda yang baru saja ikut bercebur ke dalam alur dunia yang sesungguhnya ini sudah mulai menunjukkan keberhasilan-keberhasilan kecil.

***

Related chapters

  • I Love You, Mr. Brewok   Simtom Jatuh Cinta

    Ada panggilan masuk dari bu Nilam saat aku mengantar Ariana ke pagar kosan. Dia menginap di kosanku lagi setelah kami pergi ke Dufan kemarin. Untung saja Ojek online Ariana sudah menunggu sedari tadi dan tidak perlu menunggu lama aku pun mengangkat panggilan itu. Oh ia aku dan bu Nilam sudah saling mengenal karena sering bolak-balik ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas. Bu Nilam ternyata orang yang ramah dan sangat asyik diajak ngobrol. Semua topik-topik pembicaraan bisa dia ikuti. Dari pembahasan yang sudah ketinggalan jaman hingga yang up to date. Kami berbincang hanya sekali-sekali dan tidak membahas hal-hal privasi. Dari bu Nilam juga aku berkenalan dengan Miss Gracelia Handoko, wanita yang lebih mirip artis dari pada jadi penghuni kampus, juga yang dikabarkan sedang PDKT dengan si Mr. Brewok tentunya. Saat tau dia adalah dosen Bahasa Inggris di fakultas Psikologi aku sempat benar-benar kagum padanya. Tapi, setelah mendengar cerita Ariana, rasa kagumku berkurang begitu saja. Sig

    Last Updated : 2021-07-29
  • I Love You, Mr. Brewok   POV : Janji

    "Ck!! Ayolah, Fer. Dia itu mahasiswimu. Bahkan belum genap 20 tahun" batin dan otak Ferdi saling beradu pendapat membuat dirinya hanya terpaku. Sementara tangannya mengendalikan setir mobil. Dia tidak menyangka pelukan yang tidak disengaja di perpustakaan tadi bisa mengacaukannya. Dia hanya ingi mencoba akrab dengan Muffin setelah beberapakali pertemuan mereka tidak mulus. Mahasiswinya itu selalu menunjukkan ketidaknyamanan setiap kali mereka bertemu. Dia hanya ingin mencoba menetralkan kembali semuanya. Pelukan itu melebihi ekspektasi. "Fer, kamu kenapa?" tanya Grace pada Ferdian. Bukannya menajwab dia hanya diam tetap berusaha fokus menyetir di tengah-tengah kegaduhan nalarnya. "Fer kenapa sih kok dari tadi diam aja? Lagi mikirin apa, sih?" Grace semakin mendesak, tapi tetap saja ferdi diam dan lebih memilih menyimpan semua fikirannya. Grace yang sudah mengerti bagaimana watak pria disampingnya itu pun berhenti bertanya. Grace membuang wajah kesal keluar jendela mobil. "Grace..."

    Last Updated : 2021-08-01
  • I Love You, Mr. Brewok   PKM Modus

    Hari-hari dikampus pun semakin indah setelah insiden romantis pelukan yang tidak sengaja itu. Angan-anganku berubah untuk bisa selalu bertemu dengannya setiap kali melangkahkan kaki di lingkungan kampus. Terkadang aku nekat untuk hanya sekedar lewat didepan ruangannya, tentunya setelah mempersiapkan alasan-alasan yang konkrit bila bertemu seseorang atau bahkan bila kebetulan bertemu dengannya saat melakukan aksi itu. Aku tau ini semua salah juga berlebihan. Aku tau dengan mengejarnya seperti ini takkan mengubah kata-kata DO di urutan-urutan efek cinta ini. Tapi kata hatikulah yang selalu mendorongku. Bila hampir semua orang membenci hari Senin, aku justru sebaliknya, hari Senin adalah hari favoriteku. Kalau saja semua hari berubah menjadi hari Senin pasti aku sangat-sangat bahagia. Kenapa? Karena di hari Senin tepatnya mata kuliah jam kedua adalah mata kuliahnya Pak Ferdi. Bila seluruh mahasiswa membenci dosen yang disiplin juga dosen yang tak pernah absen, itu tidak berlaku padaku. M

    Last Updated : 2021-08-09
  • I Love You, Mr. Brewok   Kesempatan Kedua

    “Ck! Apa yang harus kukakukan bila dia benar-benar datang kesini? PKM? Kuharap itu hanya alasan. Kuharap kau tidak melakukannya dan kuharap pelukan yang tidak sengaja itu tidak mempengaruhimu. Kalau kau benar-benar terpengaruh, aku takut. Takut itu akan melukaimu. Tidak ada alasan untuk memberimu kesempatan di hatiku ini. Selain itu aku tidak yakin apa kau bisa menerima....” Trrt...trrrt....trrttrrt Getaran handphone membuyarkan lamunan Ferdian. Dia bangkit dari tempat tidurnya mengambil hanpdhone di atas meja rias putih. "Halo Fer, ini aku Grace. Aku ganti nomor. Besok aku akan mampir ke rumahmu. Aku lagi belajar masak resep masakan yang baru. Aku mau kau orang yang pertama yang mencicipinya. Ok. Bye" sambungan telepon diputus tanpa meminta persetujuan dari Ferdi. Ferdi hanya bisa tersenyum atas tingkahnya itu. Kalau sudah sangat bersemangat, dia tidak akan pernah mau kompromi dengan hal-hal lain. Itulah Grace. Wajah semangat Grace selalu bisa menaikkan mood Ferdian. Dari dulu samp

    Last Updated : 2021-08-11
  • I Love You, Mr. Brewok   Penolakan Halus

    Ting...tong...ting...tong.... Ini sudah ketiga kalinya aku membunyikan bel. "Selamat pagi pak, saya Muffin mahasiswa bimbingan bapak, saya datang karena ingin mendiskusikan PKM yang kemarin pak" teriakku dari luar pagar kayu setinggi bahu. Aku sampai harus berjinjit agar bisa leluasa melihat kedalam. Ting...tong...ting...tong.... Kupencet lagi bel berbentuk kubus berwarna coklat antik di tiang penopang pintu pagar. Lagi-lagi tidak ada jawaban. Jangan-jangan si Mr. Brewok itu tidak ada dirumah. Trus kemana? Ke kampus tidak mungkin. Ini kan hari Sabtu. Aku sudah cek jadwalnya. hari ini dia tidak ada jadwal mengajar, rapat dan lain-lain. Dia benar-benar free. Seharusnya. Atau jangan-jangan dia masih tidur? Kulihat jam tanganku. Astaganaga, ini kan masih jam setengah tujuh. OMG!!! Aku pun membalikkan badan berjingkat pelan-pelan. Aku harus segera pergi dari sini sebelum suara bel dan teriakanku tadi membuatnya terbangun. Bisa kubayangkan bila itu terjadi sudah pasti akan kena semprot

    Last Updated : 2021-08-13
  • I Love You, Mr. Brewok   Muffin

    Pagi ini udara berhembus dingin meski sudah mendekati jam 7. Biasanya udara Jakarta sudah mulai menghangat. Langit yang seharusnya cerah malah berwarna gelap seakan hendak menakut-nakuti para pejuang pagi. Dari jendela ruangannya, Ferdian memandang kampus yang masih sepi. Atmosfir gelap dari perpaduan langit mendung dan udara dingin menambah dramatis sepinya kampus. Ferdian menaikkan suhu AC dari minimal ke 20 derajat Celsius. Dia lupa membawa jaket. Padahal biasanya selalu disimpan di mobil atau dibawa ke ruangan lalu digantung di salah satu tembok berpaku. Untunglah hari ini dia memakai kemeja lengan panjang. Bersama isi kepalanya Ferdian menyenderkan punggung ke kursi eksekutif hitam, kedua lengan rileks di atas lengan kursi dan wajahnya menengadah menyongsong memori kemarin. Ada dua orang saat ini bergantian hadir di dalam benaknya. Mantan istrinya dan mahasiswi bimbingannya. Mereka berdua menunjukkan sesuatu yang Ferdian sebenarnya tidak ingin menyadari itu. Sabtu pagi lalu, Gra

    Last Updated : 2021-08-15
  • I Love You, Mr. Brewok   Tarik Ulur

    Drrt....drrtt...drrt... Handphone bergetar membangunkanku. Nomor bunda terpampang di layar. "Halo bunda?" "Selamat pagi sayang. Suaramu berat sekali, kau baru bangun?" "Ia bunda, aku baru bangun. Ada apa bunda? Perasaan baru kemarin kita ngobrol” "Ah...tidak ada apa-apa, perasaan bunda sedikit gelisah. Apa kau baik-baik saja disana sayang?" Aku terdiam sejenak. Apa bunda merasakan tangisanku tadi malam? Semalaman aku memang menangis. Menangisi kebodohanku di pendopo rumah pak Ferdian. "Baik-baik aja kok bunda, ga usah khawatir" kutambahkan sedikit bumbu nada ceria mengelabui bunda. Aku tak ingin membuat bunda khawatir. "Syukurlah kamu baik-baik saja sayang. Apa uangmu masih cukup?" "Masih kok bundaku sayang" "Ya sudah kalau begitu. Kamu ada kuliah hari ini?" "Ada. Masuk pagi pulang sore lagi. Ada kerja kelompok hufth...." "Looh kok mengeluh begitu? Semangat dong, putri bunda, kan, yang paling pintar dan paling semangat" "Hehehe...makasih ya bundaku, mmuach..." "Hmm...Ga t

    Last Updated : 2021-08-20
  • I Love You, Mr. Brewok   2 sisi

    Ferdi menahan senyum saat pesan Muffin masuk ke handphonenya. Alamat kengkap ditambah penjelasan rinci memenuhi pesan itu. Dalam hati dia bertanya-tanya apakah ini terlalu cepat. Dalam hati juga dia berkata, tidak apa-apa. Tidak apa-apa, jalani saja. Nanti saya tunggu di lobby mall sj Pesan itu terkirim diiringi senyum jail. Sebenarnya itu ada baiknya juga mengingat akan sangat mencook sekali jika langsung menjemput kekosan Muffin. Jika ada orang yang mengenali mobilnya, tentu saja itu akan menimbulkan masalah besar. Handphonenya kembali bergetar panjang pertanda panggilan masuk. Nomor tidak di kenal tertulis di layar. “Halo?” “Pak, masa saya kesana sendiri” “Muffin?” “Saya ga mau, bapak jemput saya aja. Jauh soalnya” “Ini Muffin?” “Iya, pak. Ini nomor saya yang lain. Nomor yang biasa dipakai ga ada pulsanya. Jadinya pake yang ini” “Dasar kamu. Saya kira siapa. Nomor saya yang ini jangan kamu kasih tahu sama siapa pun. Karna ini nomor pribadi saya” “Emang kenapa kalau saya k

    Last Updated : 2021-08-23

Latest chapter

  • I Love You, Mr. Brewok   Pertanyaan Aneh Di Parkiran Mall

    “Kalau besok-besok bapak berubah pikiran, masih bisa, loh, pak” ucapku pada pak Ferdian. Dia sedang sibuk mencari kunci motor di tas hitamnya. Setelah selesai membahas banyak hal termasuk tugas-tugasku di kampus, mas Ian pamit pulang duluan karena masih ada janji dengan mbak Hara. Kami berdua masih tinggal sebentar di kafe lalu akhirnya memutuskan untuk pulang setelah pak Ferdian sudah mulai terlalu dalam menjelaskan tugasku. Dia bahkan membuatkanku PPT. “Muffin...kamu lihat kunci motor tidak?” tanyanya tidak menghiraukan ucapanku. Aku hanya menggelengkan kepala. “Sepertinya ketinggalan di kafe. Kamu mau tunggu di sini saja. Biar aku yang kesana. Kamu pakai kipas portabel ini kalau kepanasan. Tadi baru kubeli buat kamu. Aku sering lihat kamu kepanasan kalau habis lari ke sana kemari sambill bawa-bawa makethmu” ucapnya manis sambil memberikan kipas juga permen karet. Ingin kupeluk saja rasanya pria ini tapi dia sudah keburu pergi setelah memberantakkan poniku. Melihat bagaimana ra

  • I Love You, Mr. Brewok   Sepakat Melalui Bahasa Cinta

    Bahasa-bahasa cinta tidak akan jadi penghalang untuk berita apapun, baik dan buruk ketika akan disampaikan pada kekasih. Bahasa-bahasa cinta ada dalam setiap nada dan ritme dari dua pasang insan yang tulus saling mencinta. Bahasa-bahasa cinta jadi jembatan diskusi tentang masa depan. Ferdian mencoba mencari cara mendapatkan bahasa-bahasa yang tepat untuk mengutarakan rencana masa depannya kepada Muffin. Dia sampai harus meminta bantuan mas Ian menemani agar penjelasan apapun nanti yang dia berikan, tidak melenceng, tidak membuat masalah semakin runyam. “Fer, udah tenang aja. Muffin itu termasuk dewasa untuk seumurannya. Cara berpikirnya sudah mulai matang” “Aku tau, mas” “Nah, ya udah. Apa yang kau gelisahkan? Itu kopimu sampai dingin. Seruput dulu” mas Ian menyodorkan gelas kopi Ferdian, memaksanya meminum kopi hitam kental. Ferdian menerimanya setengah hati sambil terus memeriksa pintu masuk kedai kopi modern kesukaan anak-anak muda Jakarta. Mall sore itu tidak terlalu ramai di h

  • I Love You, Mr. Brewok   Not Enough

    “Grace, ini semua sudah tidak bisa diselamatkan lagi” “Aku masih belum rela, bu Nilam” Bu Nilam menghempaskan nafas sabar sambil mengelus rambut Grace yang sedang menangis di pangkuannya. Di ruang tamu rumah bu Nilam, Grace menangis tersedu-sedu. “Beberapa dosen dan mahasiswa sudah mulai curiga, bu. Kalau sampai hubungan mereka benar-benar terpublish, aku semakin tidak siap untuk berpisah dengan Ferdian” “Apa Ferdian benar-benar sudah memikirkan keputusannya itu?” Grace mengangguk, bangkit duduk berlinang air mata. “Ferdian akan mengalah” “Dia benar-benar mengatakan itu?” “Dia akan mengejar impiannya lagi. Jadi Arsitek. Dia akan meninggalkanku sendirian, bu” Grace menumpahkan lagi tangisnya di pangkuan bu Nilam. “Kenapa baru sekarang kamu mengakui semua ini, Grace? Dulu kamu selalu mengeluh ini itu tentang Ferdian, saya sampai bingung sendiri hubungan kalian itu sebenarnya apa. Saya bukannya memihak mereka, tapi Ferdian juga berhak menentukan kebahagiaannya sendiri begitu juga

  • I Love You, Mr. Brewok   HE IS MY MAN!

    Langit mendung menggelayut. Jalanan sepi. Hanya ada aku dan Miss Grace berdiri sejajar di depan halte busway tempat biasa aku dan Mr. Brewok bertemu. Lewat bu Nilam, tiga hari setelah Promise Ring, Miss Grace bermaksud ingin bertemu denganku. Berdua saja. Aku tidak tahu apa yang akan kami bicarakan disini, tapi aku tahu pasti Mr. Brewok sedang mengintai dari kejauhan sana. Mobilnya itu sangat ketara meski dari jarak jauh. Meski Miss Grace meminta agar Mr. Brewok tidak diberitahu mengenai pertemuan ini , aku yakin bu Nilam tidak akan tahan menyimpan informasi ini darinya. Angin sore melewati kami berkali-kali, dihempas orang-orang yang sesekali berlalu-lalang. Sudah 30 menit berlalu, belum ada pembicaraan apapun setelah sapaan selamat sore yang sama-sama kami ucapkan tadi. AKu mulai merasa dia sedang mengulur-ulur waktu. Awalnya aku kikuk berada di samping miss Grace, menebak-nebak dan mengira-ngira kapan ini semua akan dimulai. Sudah pasti Promise Ring akan masuk ke dalam pembahasan i

  • I Love You, Mr. Brewok   Promise Ring

    “Surprise...!!!” Ariana, Bu Nilam, Mas Ian dan Mbak Hara meneriakkan Surprise begitu penutup mataku dibuka. Mereka memakai Kemeja putih dan celana cream, sama seperti yang aku dan Mr. Brewok pakai. Bedanya mereka memakai topi kerucut ulang tahun dan pernak-pernik warna-warni lainnya, meniupkan terompet kertas. Lagu Selamat Ulang Tahun terdengar dari speaker dari meja bulat kecil yang menempel di tiang sisi kanan di iringi suara mereka menyanyikan lagu yang sama. Sempat mematung sebentar, lalu akhirnya aku ikut tertawa, memandang bahagia mereka satu persatu, bernyanyi sambil tepuk tangan memeriahkan suasana. Mr. Brewok memeluk pinggangku ketika wajah bahagiaku meminta penjelasan “Happy Birthday sayang” bisiknya “Maaf surprisenya baru sekarang” ucapnya lagi memberikan buket bunga berwarna pink salem. Glitter dan pita-pita indah menghiasi. Aroma bunga asli menambah semerbak keindahan pria yang menjadi kekasihku di mataku. Kupeluk dia memancing suara teriakan mereka riuh bercampur denga

  • I Love You, Mr. Brewok   Menikah?

    “Memangnya kamu punya target menikah di umur berapa?” “Umur 30?” “....” “....” “Ok” “Ahahahahaha...Got you...” Muffin bergelayut di tangan dan bahu Ferdian di bawah langit sore Taman Situ Lembang. “Dasar kamu...” Ferdian balas mengelus rambut Muffin. Angin sejuk, air mancur dan landaian rumput hijau di depan mereka tampak seperti taman di pegunungan dingin. Lautan manusia-manusia tidak terlihat oleh kemesraan itu. Duduk di kursi kayu berwarna-warni di antara begitu banyak orang, mereka berusaha untuk terlihat biasa saja meski di dalam hati ada rasa takut kalau-kalau ada yang mengenali. Muffin sangat bosan ketika Ferdian mengajak jalan ke Mall lagi. Setelah permasalahan mereka selesai dengan pelukan itu, hubungan Muffin dan Ferdian semakin erat. Hampir setiap hari menyempatkan waktu untuk bertemu. Mall selalu menjadi tujuan utama mereka. Lebih simple dan praktis, semuanya ada di dalam, lebih aman juga, ucap Ferdian ketika Muffin bertanya kenapa pergi ke Mall. Memang sesekali me

  • I Love You, Mr. Brewok   Kacanya Gelap

    Hawa kampus dingin membuat orang-orang menggigil. Hujan tadi malam masih meninggalkan jejak-jejak basah di tanah, daun, bangku taman, bunga-bunga sampai angin pun masih terasa basah. Hari pertama Semester Genap dimulai. Nafas hangat Ferdian berembun begitu bertemu angin dingin. Badan tegapnya bersabar menunggu di kursi taman tempat biasa Muffin duduk menghabiskan waktu sendirian. Beberapa bulan lalu, begitu dia mengetahui Muffin sangat sering duduk di bangku taman itu, Ferdian sampai merubah rute perjalanan ke parkiran atau dari parkiran hanya demi bisa melewati taman. Di saat perasaannya belum jelas mengarah kemana, tapi keinginannya untuk melihat Muffin meski hanya sekilas begitu kuat mendorongnya untuk melangkahkan kaki memutar arah yang lumayan jauh. Dulu dia juga masih merasa bersalah dengan perasaannya sendiri hingga langkahnya terkesan tergesa-gesa dan sembunyi-sembunyi. Saat ini bukan hanya rasa bersalah, ada rindu, marah, kecewa dan rasa cinta yang semakin berkembang. Bercam

  • I Love You, Mr. Brewok   Diri Yang Sebenar-benarnya Mencintai

    Kembali ke hari ke-tiga liburan mereka di Jogja, Ferdian semakin benar-benar tidak sabar ingin menunjukkan seluruh isi Jogja pada Muffin. Di dalam mobil yang melaju pelan di jalanan sempit dan sedikit berbatu menuju Pantai Samas, dia tersenyum geli melihat Muffin tertidur pulas di samping kursi pengemudi. Sesekali kepala Muffin bergeser ke kanan dan ke kiri karena guncangan mobil di atas jalan yang tidak rata. Ferdian mengambil jalan pintas agar cepat sampai ke pantai mengingat masih banyak tempat yang akan dia dan Muffin kunjungi. Ferdian berubah menjadi seperti anak kecil yang sangat antusias ketika menceritakan semua rencana-rencananya lalu menyuruh Muffin untuk duduk tenang dan tidur saja biar dia yang mempersiapkan semuanya untuk perjalanan ke depannya. Selain itu, di pagi yang masih gelap, mereka juga ingin mengejar sunrise. Ferdian ingin sekali menunjukkan betapa bagus dan indahnya matahari yang biasanya panas membara, muncul dengan jubah emas di kelilingi sihir menakjubkan da

  • I Love You, Mr. Brewok   Mas Ferdian

    “Coba sekali lagi, Ffin” “Ini udah ke 10 kalinya, mas” “Duh...coba lagi, deh. Siapa tahu dia keluar sebentar buat ngadem trus handphonenya ditinggal” “Mas Panjiii...Mr. Brewok tuh kalau udah emosi kaya gini, udah nggak bisa diapa-apain lagi. Dia tuh punya Ice Wall, tau nggak? Jadi kalau lagi keadaan kaya gini, dia pasti berubah jadi Ice Wall, susah buat dicairkan. Biarin aja cair sendiri” Muffin bangkit dari tempat tidur menghidupkan sakelar lampu tumblr kecil yang mengelilingi maketh rumah impiannya di atas meja belajar. Maketh itu akhirnya dia bawa ke rumah dan tidak lagi dipajang di kamar kosnya. Dia ingin maketh itu aman dan tentram berada di kamar di rumahnya. Maketh rumah impiannya yang di dalamnya ada miniatur dirinya dan Ferdian berdiri di teras rumah di kelilingi miniatur rumput hijau, saling tersenyum berpegangan tangan, masihlah belum sempurna. Masih ada beberapa hal yang perlu dilengkapi, ada beberapa bagian juga yang masih perlu di desain ulang. Bila atapnya di buka, te

DMCA.com Protection Status