Kring
Bunyi jam beker membangunkan Selyn yang sedang tertidur pulas di atas kasurnya. Ia menatap sekilas jam beker tersebut lalu duduk bersandar di punggung kasur.
"Mari kita mandi dan bersiap siap untuk berangkat menuju kantor gak boleh telat karna ini hari pertama. Semoga semuanya lancar tanpa halangan apa pun," ucapnya penuh semangat.
Selyn pun bergegas gegas mandi dan bersiap siap, hari ini adalah hari pertamanya bekerja di sebuah perusahaan. Ia di terima menjadi sekertaris CEO di perusahaan tersebut, gajinya juga lumayan besar. Jadi tak salah kalau Selyn menerimanya, kedua orang tuanya juga setuju kalau dia bekerja di perusahaan itu jadi aman lah.
Selesai bersiap siap Selyn turun kebawah untuk sarapan bersama papa, dan mamanya. Saat sampai di meja makan dapat Selyn lihat kedua orang tuanya sudah duduk cantik disana.
"Pagi pa ma," sapa Selyn.
"Pagi juga, gimana? Udah siap untuk hari pertama kamu kerja?" Tanya Eri mama Selyn.
"Udah dong ma," jawab Selyn dengan senyuman.
"Yaudah duduk sini kita sarapan," ucap Billy Papa Selyn.
Selyn mengangguk lalu segera duduk bersama orang tuanya untuk melakukan sarapan pagi. Saat mereka sarapan hanya ada suara sendok dan garbu yang terdengar.
Beberapa menit kemudian mereka selesai melakukan sarapan, dan pergi melakukan kegiatannya masing masing. Papa Billy pergi ke perusahaan, Selyn pergi berangkat menuju perusahaan tempatnya bekerja, dan Mama Eri berangkat menuju butik miliknya.
"Ke H'Z Company ya Pak," ucap Selyn pada sopir taksi yang ia naiki.
"Baik Nona," sopir taksi itu mengangguk paham.
Selyn pun duduk tenang di kursi penumpang, ia memainkan ponselnya untuk mengisi perjalanannya.
Selang beberapa menit ia sampai di depan gerbang gedung perusahaan yang ia tuju yaitu perusahaan H'Z Company. Ia segera turun dari taksi, tak lupa juga membayarnya.
Setelah itu ia segera melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung tersebut, saat ia berada di dalam terlihatlah para karyawan karyawan yang sedang berseliweran. Ia mencengkram erat pegangan tas yang ia bawa, sungguh ini keadaan yang paling tidak ia sukain bertemu banyak orang dan harus berkenalan dengan mereka.
Tapi mengesampingkan rasa itu Selyn pun melangkah menuju resepsionis untuk bertanya dimana ruangan Mr. Fero orang yang menerimanya sebagai sekertaris CEO disini berada.
"Permisi," ucap Selyn.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Resepsionis itu yang bername tag Hilda Reynolds.
"Saya ingin bertemu dengan Mr. Fero," jawab Selyn.
"Wah apa lo sekertaris baru CEO yang baru direkrut?" Tanya Hilda dengan gaya bicara yang berubah.
"Iya," jawab Selyn singkat.
"Wah ternyata lo cantik juga ya, oh ya gak perlu formal kalo sama gw ok," Hilda menatap Selyn penuh antusias.
"Oh oke," Selyn menggaruk tengkuknya yang tiba tiba terasa gatal.
"Kalo gitu ayo gw anterin ke ruangan Fero," ajak Hilda.
Selyn sedikit bingung kenapa Hilda tak memakai embel embel Mr saat memanggil Fero padahal kan dia asisten pribadi CEO.
"Jangan bingung, gw sama Fero pacaran jadi wajarlah kalau gw manggil setan satu itu kek gitu," ujar Hilda seakan tau apa yang dipikirkan oleh Selyn.
"Ooo kirain," Selyn mengangguk paham.
Hilda pun mengantarkan Selyn ke ruangan milik sang kekasih yang menjabat sebagai asisten pribadi CEO.
"Eh tapi emang Mr. Fero udah dateng?" Tanya Selyn.
"Aman dia udah dateng pagi pagi banget pacar gw mah rajin, gak kayak bossnya yang telat mulu. Tapi dia kan boss jadi suka suka dia ya kan?" Hilda balik bertanya pada Selyn.
"Gak tau," Selyn menggeleng tak tau.
"Kok kita bisa akrab ya?" Hilda bertanya tanya.
Selyn menatap Hilda tak percaya, hey apa apaan ini kenapa dia masih bertanya kenapa mereka bisa akrab. Padahal dari tadi dia yang terus terusan ngajak ngobrol, kok jadi dia yang bertanya tanya kenapa mereka bisa akrab.
"Hey tenang beb gw cuma bercanda, tatapan lu kayak mau makan gw aja," Hilda menenangkan Selyn yang sepertinya akan menceramahi dirinya.
Selyn memijat pelipisnya pusing, baru kali ini dia di buat pusing sama orang padahal biasanya dia yang bikin pusing orang karena kelakuannya yang aneh.
"Dah sampe," Hilda berhenti di depan ruangan yang berada di lantai 53 gedung ini.
"Kuy masuk," tanpa ketuk pintu Hilda memasuki ruangan itu.
"ANJING MAKAN SETAN," umpat orang yang ada di dalam sana.
"Hilda udah berapa kali dibilangin kalo masuk ketuk pintu dulu," peringat laki laki yang tadi mengumpat.
"Peace beb," Hilda mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.
"Oh ya ini sekertaris yang kamu maksud itu kan? Benerkan aku gak salah orang?" Tanya Hilda memastikan.
"Selyn Margaretha Veenira benar?" Tanya Fero memastikan.
"Iya benar," jawab Selyn.
"Oke ikut gw, dan Hilda sayangku balik kerja ya kalo Vano tahu kamu disini bisa di bogem aku," Fero menatap Hilda.
"Iya iya ini juga mau balik kok, oh ya Selyn ntar pas jam makan siang gw jemput kita makan bareng okey," setelah mengucapkan itu Hilda pun keluar dari ruangan Fero.
Emang dia tau ruangan gw dimana? Selyn bertanya tanya dalam hati.
"Tenang dia tau kok ruangan lo dimana, soalnya dari dulu sampai sekarang ruangan sekertaris CEO masih sama dan dilantai yang sama," ucap Fero seakan tau isi pikiran Selyn.
Semua orang yang ada di perusahaan ini cenayang kali ya kok bisa tau apa yang gw pikirin batin Selyn bingung.
"Yaudah yuk gw anter ke ruangannya temen gw yang gila itu, dan ya kalo lagi berduan dan gak ada karyawan karyawan yang lain kecuali Hilda lo gak usah formal ama gw anggep aja kita temenan dah lama paham," Fero menjelaskan panjang lebar.
Selyn mengangguk dan setelah itu mereka pun menuju lantai 55 dimana ruangan CEO dan sekertarisnya berada. Lantai itu memang di desain khusus untuk dua ruangan saja yaitu ruangan CEO, dan ruangan sekertarisnya.
Tok tok tok
Fero mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan"CEO H'Z COMPANY." Terdengar suara berat seorang laki laki yang dapat ditebak itu siapa mempersilahkan mereka berdua masuk.
"Van ini sekertaris yang lo minta, dia satu satunya yang bisa mendapat nilai sempurna dalam semua tes jadi gw pilih dia jadi sekertaris lo," jelas Fero pada laki laki yang sekarang duduk memunggungi mereka.
"Matre gak?" Tanyanya membuat Selyn mendelik tak terima.
"Maaf Mr saya tak seperti itu," jawab Selyn yang tak terima.
Diam diam laki laki yang bernama Vano itu tersenyum miring, sungguh diluar dugaannya. Ia kira sekertaris barunya itu akan diam saja saat dia mengatakan itu seperti sekertaris sekertaris sebelumnya yang ia rekrut.
"Ahahahaha tenang nona Selyn Mr.Vano hanya bercanda," Fero memenangkan.
Vano goblok umpat Fero dalam hati.
"Fero keluar," titah Vano.
Fero menatap teman sekaligus bossnya itu dengan mata memincing curiga, apa yang sedang direncanakan oleh laki laki jelmaan gunung es itu. "Jangan aneh aneh ya Van, anak orang ini," peringat Fero.
"Kalo inget," ucap Vano enteng tanpa beban.
"Gw keluar, Selyn kalo dia macem macem bogem aja gak papa lo jago silat kan," Fero menatap Selyn.
Selyn mengangguk dia juga memikirkan akan menghajar laki laki bernama Vano itu kalau dia macam macam.
"Kalo gitu gw keluar," segera Fero keluar dari ruangan itu menyisakan Selyn dan Vano berdua.
"Jadi apa kau siap untuk bekerja menjadi sekertaris ku?" Tanya Vano saat Fero sudah keluar."Siap Mr," jawab Selyn."FARO JANGAN NGUPING," teriak Vano saat tau ada yang sedang menguping di balik pintu."Eh enggak gw gak nguping kok cuma lagi ngecek pintu soalnya pas gw buka tadi bunyi kretek gitu," elak Fero gelagapan saat dia ketauan menguping pembicaraan temannya itu."Pergi, atau gw pindahin Hilda ke cabang perusahaan yang lain," ancam Vano."IYA GW PERGI BEY," Fero segera berlari pergi sebelum ancaman Vano menjadi kenyataan."Pengganggu," guman Vano lirih sangat lirih sampai Selyn tak dapat mendengarnya."Okey lanjut," Vano berbalik menghadap Selyn.DegJantung Selyn berdisko saat melihat wajah rupawan Vano yang terpampang jelas di depannya. Ia sempat terpana melihat wajah tampan itu, namun buru buru ia menepiskan hal itu dan mengingat ingat kalau disini dia hanya bekerja bukan untuk yang lain lain."Ken
"Sepi," keluh Hilda saat tiba di pantry."Mungkin pada kekantin," ucap Selyn sambil mengambil sebuah cangkir kopi."Sel coba cari disitu ada mie instan gak gw laper nih," pinta Hilda."Kalo lo laper ke kantin aja Hil gak usah nemenin gw gak papa kok," ucap Selyn yang kasian melihat hilda kelaparan."Gw pengen nemenin lo disini aja," tolak Hilda.Selyn hanya tersenyum singkat kemudian mencari apa yang diminta oleh Hilda tadi, yaitu mie instan."Ada nih banyak," Selyn menunjukkan berbagai macam mie instan pada Hilda."Buatin gw Sel yang kuah aja,
Sialan ini yang bayar gw gitu Fero merutuki Vano yang seenaknya meninggalkannya dengan makanan yang belum dibayar. ***Selyn duduk di balkon kamarnya, ia sedang memandangi langit malam yang sekarang dipenuhi dengan bintang bintang. Pandangannya jatuh pada satu bintang yang sangat terang, ia tersenyum memandangnya."Jadi pengen nyanyi," guman Selyn pelan.Ia masuk kedalam kamarnya dan mengambil sebuah gitar yang ada di atas lemarinya. Dengan susah payah ia mengambil gitar itu, jujur dia itu pendek jadi wajar kalau dia kesusahan untuk mengambil gitar itu.Setelah mendapatk
Selyn menunggu di ruang rapat sambil melihat sekelilingnya. Pikirannya juga bertanya tanya ada hubungan apa Vano dengan orang tadi.Ada banyak sekali yang ingin ia tanyakan tapi ia sadar dia bukan siapa-siapa. Jadi lebih baik jangan bertanya apa pun, untuk menjaga keselamatan hidupnya.Selyn menoleh saat beberapa orang masuk kedalam ruangan meeting, bodyguard yang tadi mengantarkannya menyapa mereka. Selyn juga ikut menyapa mereka, dan di balas senyuman oleh mereka."Eros apa kau tau dimana Mr Vano dan Mr. Fero?" Tanya Selyn pada bodyguard yang berdiri di sebelahnya yang ia ketahui bernama Eros."Mungkin masih berbincang bincang di luar nona," jawab Eros.Selyn mengangguk a
Vano menatap malas Selyn lalu berkata, "Saya nanya serius lo, jadi jangan bercanda." "Loh emang saya tadi jawabnya gak serius ya Mr?" Tanya Selyn. 'Sabar Vano dia anak orang' batin Vano. "Terserah kamu lah." Vano berdiri ingin keluar dari ruangan Selyn. "Hey saya cuma bercanda kok Mr, nih tadi saya beli dua satu buat di ruangan ini yang satu sebenarnya buat di taruh di kamar saya. Tapi karena Mr mau yaudah buat Mr aja." Selyn menyodorkan sebuah jam pasir pada Vano. Vano memandang jam pasir itu dan Selyn bergantian, seperti itu terus sampai beberapa detik. Sampai akhirnya Vano menerima jam pasir tersebut dan tersenyum manis, "Saya terima, jangan di ambil lagi karena saya udah suka." Setelah mengucapkan itu Vano keluar dari ruangan Selyn, meninggalkan Selyn yang sekarang masih terdiam karena melihat senyum Vano barusan. 'Kalo kay
Vano menatap malas Selyn lalu berkata, "Saya nanya serius lo, jadi jangan bercanda." "Loh emang saya tadi jawabnya gak serius ya Mr?" Tanya Selyn. 'Sabar Vano dia anak orang' batin Vano. "Terserah kamu lah." Vano berdiri ingin keluar dari ruangan Selyn. "Hey saya cuma bercanda kok Mr, nih tadi saya beli dua satu buat di ruangan ini yang satu sebenarnya buat di taruh di kamar saya. Tapi karena Mr mau yaudah buat Mr aja." Selyn menyodorkan sebuah jam pasir pada Vano. Vano memandang jam pasir itu dan Selyn bergantian, seperti itu terus sampai beberapa detik. Sampai akhirnya Vano menerima jam pasir tersebut dan tersenyum manis, "Saya terima, jangan di ambil lagi karena saya udah suka." Setelah mengucapkan itu Vano keluar dari ruangan Selyn, meninggalkan Selyn yang sekarang masih terdiam karena melihat senyum Vano barusan. 'Kalo kay
Selyn menunggu di ruang rapat sambil melihat sekelilingnya. Pikirannya juga bertanya tanya ada hubungan apa Vano dengan orang tadi.Ada banyak sekali yang ingin ia tanyakan tapi ia sadar dia bukan siapa-siapa. Jadi lebih baik jangan bertanya apa pun, untuk menjaga keselamatan hidupnya.Selyn menoleh saat beberapa orang masuk kedalam ruangan meeting, bodyguard yang tadi mengantarkannya menyapa mereka. Selyn juga ikut menyapa mereka, dan di balas senyuman oleh mereka."Eros apa kau tau dimana Mr Vano dan Mr. Fero?" Tanya Selyn pada bodyguard yang berdiri di sebelahnya yang ia ketahui bernama Eros."Mungkin masih berbincang bincang di luar nona," jawab Eros.Selyn mengangguk a
Sialan ini yang bayar gw gitu Fero merutuki Vano yang seenaknya meninggalkannya dengan makanan yang belum dibayar. ***Selyn duduk di balkon kamarnya, ia sedang memandangi langit malam yang sekarang dipenuhi dengan bintang bintang. Pandangannya jatuh pada satu bintang yang sangat terang, ia tersenyum memandangnya."Jadi pengen nyanyi," guman Selyn pelan.Ia masuk kedalam kamarnya dan mengambil sebuah gitar yang ada di atas lemarinya. Dengan susah payah ia mengambil gitar itu, jujur dia itu pendek jadi wajar kalau dia kesusahan untuk mengambil gitar itu.Setelah mendapatk
"Sepi," keluh Hilda saat tiba di pantry."Mungkin pada kekantin," ucap Selyn sambil mengambil sebuah cangkir kopi."Sel coba cari disitu ada mie instan gak gw laper nih," pinta Hilda."Kalo lo laper ke kantin aja Hil gak usah nemenin gw gak papa kok," ucap Selyn yang kasian melihat hilda kelaparan."Gw pengen nemenin lo disini aja," tolak Hilda.Selyn hanya tersenyum singkat kemudian mencari apa yang diminta oleh Hilda tadi, yaitu mie instan."Ada nih banyak," Selyn menunjukkan berbagai macam mie instan pada Hilda."Buatin gw Sel yang kuah aja,
"Jadi apa kau siap untuk bekerja menjadi sekertaris ku?" Tanya Vano saat Fero sudah keluar."Siap Mr," jawab Selyn."FARO JANGAN NGUPING," teriak Vano saat tau ada yang sedang menguping di balik pintu."Eh enggak gw gak nguping kok cuma lagi ngecek pintu soalnya pas gw buka tadi bunyi kretek gitu," elak Fero gelagapan saat dia ketauan menguping pembicaraan temannya itu."Pergi, atau gw pindahin Hilda ke cabang perusahaan yang lain," ancam Vano."IYA GW PERGI BEY," Fero segera berlari pergi sebelum ancaman Vano menjadi kenyataan."Pengganggu," guman Vano lirih sangat lirih sampai Selyn tak dapat mendengarnya."Okey lanjut," Vano berbalik menghadap Selyn.DegJantung Selyn berdisko saat melihat wajah rupawan Vano yang terpampang jelas di depannya. Ia sempat terpana melihat wajah tampan itu, namun buru buru ia menepiskan hal itu dan mengingat ingat kalau disini dia hanya bekerja bukan untuk yang lain lain."Ken
KringBunyi jam beker membangunkan Selyn yang sedang tertidur pulas di atas kasurnya. Ia menatap sekilas jam beker tersebut lalu duduk bersandar di punggung kasur."Mari kita mandi dan bersiap siap untuk berangkat menuju kantor gak boleh telat karna ini hari pertama. Semoga semuanya lancar tanpa halangan apa pun," ucapnya penuh semangat.Selyn pun bergegas gegas mandi dan bersiap siap, hari ini adalah hari pertamanya bekerja di sebuah perusahaan. Ia di terima menjadi sekertaris CEO di perusahaan tersebut, gajinya juga lumayan besar. Jadi tak salah kalau Selyn menerimanya, kedua orang tuanya juga setuju kalau dia bekerja di perusahaan itu jadi aman lah.Selesai bersiap siap Selyn turun kebawah untuk sarapan bersama papa, dan mamanya. Saat sampai di meja makan dapat Selyn lihat kedua orang tuanya sudah duduk cantik disana."Pagi pa ma," sapa Selyn."Pagi