Sialan ini yang bayar gw gitu Fero merutuki Vano yang seenaknya meninggalkannya dengan makanan yang belum dibayar.
***
Selyn duduk di balkon kamarnya, ia sedang memandangi langit malam yang sekarang dipenuhi dengan bintang bintang. Pandangannya jatuh pada satu bintang yang sangat terang, ia tersenyum memandangnya.
"Jadi pengen nyanyi," guman Selyn pelan.
Ia masuk kedalam kamarnya dan mengambil sebuah gitar yang ada di atas lemarinya. Dengan susah payah ia mengambil gitar itu, jujur dia itu pendek jadi wajar kalau dia kesusahan untuk mengambil gitar itu.
Setelah mendapatkan gitar tersebut ia kembali ke balkon dan duduk kembali, ia mencari posisi yang nyaman untuk dirinya duduk. Selyn memetik gitarnya sambil bernyanyi, saking asiknya bernyanyi sampai dia tak menyadari kalau ini sudah larut malam.
"Udah malem gw mau tidur selamat malam dunia," Selyn masuk ke dalam kamar dan menaruh gitarnya di sofa.
"Selamat malam semua," ucapnya lalu menarik selimut dan terbawa kealam mimpi.
***
Pukul 07.00 Selyn sudah siap dengan berbagai berkas berkas ditangannya, hari ini akan ada rapat bersama dengan perusahaan C'A Company di perusahaan C'A Company. Kemarin setelah pulang dari cafe dia sudah di beritahu oleh Fero, dan kata Fero Vano tidak akan ikut. Sebagai gantinya Vano menunjuk Selyn untuk menggantikannya.
Drrrttttttttttt Drrrttttttttttt
Ponsel Selyn berdering Selyn yang, Selyn yang sedang mengecek ngecek berkas yang ada di tangannya segera meninggalkan berkas itu dan mengangkat panggilan itu. Ngomong ngomong Selyn sekarang lagi naik taksi ya.
"Pagi," sapa Selyn.
"Kau ada dimana sekarang?" Tanya orang diujung sana.
Kening Selyn mengerut, ia melihat layar ponselnya. Nomor tak dikenal siapa orang ini? Tapi kenapa Selyn merasa pernah mendengar suaranya, tapi dimana.
"Apa kau mendadak tuli nona Selyn?" Tanya orang di sebrang sana sambil mendengus.
"Apa aku mengenalmu tuan?" Tanya Selyn.
Orang di sebrang sana berdecak kesal mendengar pertanyaan konyol yang Selyn lontarkan. "Kau ingin ku pecat karena tak mengenal siapa aku HAH," Selyn langsung terdiam mendengar perkataan orang itu.
"Apa ini Mr. Vano?" Selyn bertanya memastikan.
"Bukan aku Zevano Xavi Hernandez," ucap orang di sebrang sana dengan nada kesal.
Selyn memejamkan mata dengan batin yang terus merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia tak mengenali siapa orang yang menelfonnya itu, tapi ini juga salah Vano karena tak memberitahu kan siapa dia di awal tadi.
"Maaf Mr nomor anda tak dikenal tadi di ponsel saya jadi saya tak tau siapa anda," Selyn cengengesan.
"Kau ada dimana sekarang?" Tanya Vano.
"Aku sedang dalam perjalanan menuju perusahaan C'A Company Mr," jawab Selyn.
"Jemput aku di jalan Matahari dekat mall pusat," titahnya.
"Bukannya Mr tak ikut rapat?" Tanya Selyn.
"Aku berubah pikiran aku akan ikut, sudahlah jangan banyak tanya cepat jemput aku," Vano mengakhiri panggilan itu.
"Pak ke jalan Matahari dekat mall pusat dulu saya harus menjemput boss saya," ucap Selyn pada supir taksi yang Selyn naiki.
Dia mengangguk, Selyn kembali mengecek berkas berkas yang dia bawa dan juga beberapa file yang ada di laptopnya.
Sampai di jalan yang di beri tau Vano, Selyn turun untuk mencari dimana keberadaan Vano. Ia juga menyuruh supir taksi itu untuk menunggu sebentar selama ia mencari Vano.
"Mana sih, gak mungkin kan dia cosplay jadi semut," Selyn celingukan mencari Vano.
Tiba tiba ada seseorang yang tanpa izin menariknya masuk kedalam taksi, dia juga menyuruh supir taksi itu untuk melajukan taksinya segera.
"Hey maaf tuan kenapa kau me--" Selyn yang hendak marah marah mengurungkan niatnya karena melihat siapa yang telah menariknya.
"Kenapa?" Vano menaikkan satu alisnya, ya orang itu adalah Vano.
"Tidak jadi," Selyn duduk menghadap ke depan tanpa berani menoleh ke arah Vano.
Vano menggendikkan bahu acuh lalu menoleh kebelakang untuk melihat apa orang orang itu masih mengejarnya atau tidak. Ia bernafas lega saat orang orang itu tidak memberikan tanda tanda kalau masih mengejarnya.
"Kau sudah siapkan berkas berkas dan juga file file yang Fero minta?" Tanya Vano.
"Sudah," jawab Selyn singkat.
"Berikan padaku aku akan mengeceknya," Selyn memberikan berkas dan juga laptopnya pada Vano.
"Satu satu saja jangan semuanya," kesal Vano.
"Mr tadi tak bilang kalau hanya minta satu," Selyn menatap Vano sengit.
Entah kenapa dia jadi seperti ini, mungkin dia masih kesal karena di tarik paksa oleh Vano tadi.
"Ck menyebalkan," guman Vano.
"Hey Mr maaf ya kau itu yang menyebalkan bukan aku, seenaknya tarik tarik tangan orang," sinis Selyn.
"Hey kau dasar sekertaris durhaka," Vano menatap sinis Selyn.
"Sudahlah tuan mengalah lah kau akan tetap kalah dengan wanita, karena pada dasarnya wanita selalu benar," celetuk Pak supir taksi.
"Tapi aku kan tak berbuat salah apa pun," Vano berguman lirih.
Selyn yang mendengar gumanan lirih bos-nya itu mendelik tak terima, gak salah bagaimana? Jelas jelas tadi dia menariknya tanpa izin dia kira gak kaget apa ditarik tarik kek gitu.
Sabar Selyn ini ujian batin Selyn mencoba sabar.
Setelah itu hening sampai mereka tiba di gedung perusahaan C'A Company. Selyn menatap heran sang bos yang seperti ogah ogahan masuk kedalam perusahaan ini.
"Loh kok lo ikut," bingung Fero yang melihat Vano masuk bersama Selyn.
"Panjang storynya," ucap Vano malas.
"Gimana bisa ketemu?" Tanya Fero pada Selyn.
"Tadi Mr. Vano Nelfon," jawab Selyn.
"Terus nyuruh lo jemput dia?" Tanya Fero memastikan apa yang ia pikirkan.
Melihat Selyn yang mengangguk membuat Fero menatap Vano dengan senyum jahilnya. Vano yang melihat senyum itu menaikkan satu alisnya, seolah bertanya apa?
"Lo kan bisa telfon gw kenapa malah terfon Selyn?" Tanya Fero dengan alis yang di naik turun.
"Yang terpikir di otak gw cuma dia," Vano menunjuk Selyn.
"Wah udah mulai mikirin Selyn ya," Fero mencolek bahu Vano.
"Gak," Vano mendelik tak terima.
"Lo dateng ternyata gw kira enggak, setelah rapat ikut gw," seorang pria tiba tiba datang di belakang Selyn dang mengucapkan gak itu.
Selyn, dan Vano membalikkan badannya untuk berhadapan dengan orang yang tadi mengucapkan kalimat barusan. Selyn melirik Vano yang wajahnya kini berubah 180⁰ menjadi sangat datar, bahkan sangat sangat datar.
Selyn melirik Fero yang kini berada di sebelahnya, Fero menyuruh beberapa bodyguard untuk membawa Selyn ke ruang rapat. Karena dia tak ingin Selyn menjadi korban dari ini semua.
"Mari nona Selyn ikut saya," ajak salah satu bodyguard yang di bawa oleh Fero.
Selyn mengangguk lalu melangkah mengikuti langkah dari bodyguard itu, ia tak mau membantah karena dia tau ini bukan urusannya.
"Apa dia sekertaris baru mu?" Tanya orang tadi yang di ketahui bernama Alden orang yang kemarin menghubungi Selyn.
"Siappun dia itu bukan urusanmu Alden," Fero menatap Alden tajam.
"Memang itu bukan urusanku, urusanku adalah membawanya pulang," Alden menunjuk Vano yang sedari tadi hanya diam dengan wajah datarnya.
"Dan urusan kami disini bukan untuk itu, kami disini hanya untuk rapat bukan hal yang lainnya jadi mohon pengertiannya TUAN ALDEN FERNANDEZ," peringat Fero dengan penekanan di akhir kalimatnya.
"Ku rasa ini sudah cukup tuan tuan, kita harus segera melaksanakan rapat," seorang wanita yang tidak lain adalah sekertaris Alden menengahi.
"Mari Mr. Fero, mari Mr. Vano kita menuju ke ruang rapat," wanita itu mempersilahkan Vano dan Fero untuk melangkah duluan.
"Mari Mr. Alden, singkirkan dulu urusan pribadi anda kita harus profesional," peringat sang sekretaris.
Alden memejamkan matanya lalu menganggukan kepalanya, ia melangkah menuju ruang rapat diikuti oleh sang sekertaris.
"Kapan ini berakhir?" Wanita itu berguman lirih.
Selyn menunggu di ruang rapat sambil melihat sekelilingnya. Pikirannya juga bertanya tanya ada hubungan apa Vano dengan orang tadi.Ada banyak sekali yang ingin ia tanyakan tapi ia sadar dia bukan siapa-siapa. Jadi lebih baik jangan bertanya apa pun, untuk menjaga keselamatan hidupnya.Selyn menoleh saat beberapa orang masuk kedalam ruangan meeting, bodyguard yang tadi mengantarkannya menyapa mereka. Selyn juga ikut menyapa mereka, dan di balas senyuman oleh mereka."Eros apa kau tau dimana Mr Vano dan Mr. Fero?" Tanya Selyn pada bodyguard yang berdiri di sebelahnya yang ia ketahui bernama Eros."Mungkin masih berbincang bincang di luar nona," jawab Eros.Selyn mengangguk a
Vano menatap malas Selyn lalu berkata, "Saya nanya serius lo, jadi jangan bercanda." "Loh emang saya tadi jawabnya gak serius ya Mr?" Tanya Selyn. 'Sabar Vano dia anak orang' batin Vano. "Terserah kamu lah." Vano berdiri ingin keluar dari ruangan Selyn. "Hey saya cuma bercanda kok Mr, nih tadi saya beli dua satu buat di ruangan ini yang satu sebenarnya buat di taruh di kamar saya. Tapi karena Mr mau yaudah buat Mr aja." Selyn menyodorkan sebuah jam pasir pada Vano. Vano memandang jam pasir itu dan Selyn bergantian, seperti itu terus sampai beberapa detik. Sampai akhirnya Vano menerima jam pasir tersebut dan tersenyum manis, "Saya terima, jangan di ambil lagi karena saya udah suka." Setelah mengucapkan itu Vano keluar dari ruangan Selyn, meninggalkan Selyn yang sekarang masih terdiam karena melihat senyum Vano barusan. 'Kalo kay
KringBunyi jam beker membangunkan Selyn yang sedang tertidur pulas di atas kasurnya. Ia menatap sekilas jam beker tersebut lalu duduk bersandar di punggung kasur."Mari kita mandi dan bersiap siap untuk berangkat menuju kantor gak boleh telat karna ini hari pertama. Semoga semuanya lancar tanpa halangan apa pun," ucapnya penuh semangat.Selyn pun bergegas gegas mandi dan bersiap siap, hari ini adalah hari pertamanya bekerja di sebuah perusahaan. Ia di terima menjadi sekertaris CEO di perusahaan tersebut, gajinya juga lumayan besar. Jadi tak salah kalau Selyn menerimanya, kedua orang tuanya juga setuju kalau dia bekerja di perusahaan itu jadi aman lah.Selesai bersiap siap Selyn turun kebawah untuk sarapan bersama papa, dan mamanya. Saat sampai di meja makan dapat Selyn lihat kedua orang tuanya sudah duduk cantik disana."Pagi pa ma," sapa Selyn."Pagi
"Jadi apa kau siap untuk bekerja menjadi sekertaris ku?" Tanya Vano saat Fero sudah keluar."Siap Mr," jawab Selyn."FARO JANGAN NGUPING," teriak Vano saat tau ada yang sedang menguping di balik pintu."Eh enggak gw gak nguping kok cuma lagi ngecek pintu soalnya pas gw buka tadi bunyi kretek gitu," elak Fero gelagapan saat dia ketauan menguping pembicaraan temannya itu."Pergi, atau gw pindahin Hilda ke cabang perusahaan yang lain," ancam Vano."IYA GW PERGI BEY," Fero segera berlari pergi sebelum ancaman Vano menjadi kenyataan."Pengganggu," guman Vano lirih sangat lirih sampai Selyn tak dapat mendengarnya."Okey lanjut," Vano berbalik menghadap Selyn.DegJantung Selyn berdisko saat melihat wajah rupawan Vano yang terpampang jelas di depannya. Ia sempat terpana melihat wajah tampan itu, namun buru buru ia menepiskan hal itu dan mengingat ingat kalau disini dia hanya bekerja bukan untuk yang lain lain."Ken
"Sepi," keluh Hilda saat tiba di pantry."Mungkin pada kekantin," ucap Selyn sambil mengambil sebuah cangkir kopi."Sel coba cari disitu ada mie instan gak gw laper nih," pinta Hilda."Kalo lo laper ke kantin aja Hil gak usah nemenin gw gak papa kok," ucap Selyn yang kasian melihat hilda kelaparan."Gw pengen nemenin lo disini aja," tolak Hilda.Selyn hanya tersenyum singkat kemudian mencari apa yang diminta oleh Hilda tadi, yaitu mie instan."Ada nih banyak," Selyn menunjukkan berbagai macam mie instan pada Hilda."Buatin gw Sel yang kuah aja,
Vano menatap malas Selyn lalu berkata, "Saya nanya serius lo, jadi jangan bercanda." "Loh emang saya tadi jawabnya gak serius ya Mr?" Tanya Selyn. 'Sabar Vano dia anak orang' batin Vano. "Terserah kamu lah." Vano berdiri ingin keluar dari ruangan Selyn. "Hey saya cuma bercanda kok Mr, nih tadi saya beli dua satu buat di ruangan ini yang satu sebenarnya buat di taruh di kamar saya. Tapi karena Mr mau yaudah buat Mr aja." Selyn menyodorkan sebuah jam pasir pada Vano. Vano memandang jam pasir itu dan Selyn bergantian, seperti itu terus sampai beberapa detik. Sampai akhirnya Vano menerima jam pasir tersebut dan tersenyum manis, "Saya terima, jangan di ambil lagi karena saya udah suka." Setelah mengucapkan itu Vano keluar dari ruangan Selyn, meninggalkan Selyn yang sekarang masih terdiam karena melihat senyum Vano barusan. 'Kalo kay
Selyn menunggu di ruang rapat sambil melihat sekelilingnya. Pikirannya juga bertanya tanya ada hubungan apa Vano dengan orang tadi.Ada banyak sekali yang ingin ia tanyakan tapi ia sadar dia bukan siapa-siapa. Jadi lebih baik jangan bertanya apa pun, untuk menjaga keselamatan hidupnya.Selyn menoleh saat beberapa orang masuk kedalam ruangan meeting, bodyguard yang tadi mengantarkannya menyapa mereka. Selyn juga ikut menyapa mereka, dan di balas senyuman oleh mereka."Eros apa kau tau dimana Mr Vano dan Mr. Fero?" Tanya Selyn pada bodyguard yang berdiri di sebelahnya yang ia ketahui bernama Eros."Mungkin masih berbincang bincang di luar nona," jawab Eros.Selyn mengangguk a
Sialan ini yang bayar gw gitu Fero merutuki Vano yang seenaknya meninggalkannya dengan makanan yang belum dibayar. ***Selyn duduk di balkon kamarnya, ia sedang memandangi langit malam yang sekarang dipenuhi dengan bintang bintang. Pandangannya jatuh pada satu bintang yang sangat terang, ia tersenyum memandangnya."Jadi pengen nyanyi," guman Selyn pelan.Ia masuk kedalam kamarnya dan mengambil sebuah gitar yang ada di atas lemarinya. Dengan susah payah ia mengambil gitar itu, jujur dia itu pendek jadi wajar kalau dia kesusahan untuk mengambil gitar itu.Setelah mendapatk
"Sepi," keluh Hilda saat tiba di pantry."Mungkin pada kekantin," ucap Selyn sambil mengambil sebuah cangkir kopi."Sel coba cari disitu ada mie instan gak gw laper nih," pinta Hilda."Kalo lo laper ke kantin aja Hil gak usah nemenin gw gak papa kok," ucap Selyn yang kasian melihat hilda kelaparan."Gw pengen nemenin lo disini aja," tolak Hilda.Selyn hanya tersenyum singkat kemudian mencari apa yang diminta oleh Hilda tadi, yaitu mie instan."Ada nih banyak," Selyn menunjukkan berbagai macam mie instan pada Hilda."Buatin gw Sel yang kuah aja,
"Jadi apa kau siap untuk bekerja menjadi sekertaris ku?" Tanya Vano saat Fero sudah keluar."Siap Mr," jawab Selyn."FARO JANGAN NGUPING," teriak Vano saat tau ada yang sedang menguping di balik pintu."Eh enggak gw gak nguping kok cuma lagi ngecek pintu soalnya pas gw buka tadi bunyi kretek gitu," elak Fero gelagapan saat dia ketauan menguping pembicaraan temannya itu."Pergi, atau gw pindahin Hilda ke cabang perusahaan yang lain," ancam Vano."IYA GW PERGI BEY," Fero segera berlari pergi sebelum ancaman Vano menjadi kenyataan."Pengganggu," guman Vano lirih sangat lirih sampai Selyn tak dapat mendengarnya."Okey lanjut," Vano berbalik menghadap Selyn.DegJantung Selyn berdisko saat melihat wajah rupawan Vano yang terpampang jelas di depannya. Ia sempat terpana melihat wajah tampan itu, namun buru buru ia menepiskan hal itu dan mengingat ingat kalau disini dia hanya bekerja bukan untuk yang lain lain."Ken
KringBunyi jam beker membangunkan Selyn yang sedang tertidur pulas di atas kasurnya. Ia menatap sekilas jam beker tersebut lalu duduk bersandar di punggung kasur."Mari kita mandi dan bersiap siap untuk berangkat menuju kantor gak boleh telat karna ini hari pertama. Semoga semuanya lancar tanpa halangan apa pun," ucapnya penuh semangat.Selyn pun bergegas gegas mandi dan bersiap siap, hari ini adalah hari pertamanya bekerja di sebuah perusahaan. Ia di terima menjadi sekertaris CEO di perusahaan tersebut, gajinya juga lumayan besar. Jadi tak salah kalau Selyn menerimanya, kedua orang tuanya juga setuju kalau dia bekerja di perusahaan itu jadi aman lah.Selesai bersiap siap Selyn turun kebawah untuk sarapan bersama papa, dan mamanya. Saat sampai di meja makan dapat Selyn lihat kedua orang tuanya sudah duduk cantik disana."Pagi pa ma," sapa Selyn."Pagi