Share

Bab 4.

Penulis: Trinagi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 20:18:51

"Markonah? Hahaha." Jenny tertawa terpingkal-pingkal saat mendengar Sidik menyebut namaku.

 

"Masak sepupuku yang cantik begini diberi nama Markonah sih? Sedih aku tu!" Jenny masih saja terpingkal-pingkal menertawakan diri ini.

 

"Mungkin karena kamu itu nampak kampungan kali ya?" Jenny semakin kuat tertawa membuat Sidik keheranan.

 

"Maaf, apa ada yang salah?" Lelaki berambut cepak itu menatap heran kepada kami berdua.

 

"Nama sepupu saya bukan Markonah," jawab Jenny disambut tatapan intimidasi dari lelaki bermata hazel itu.

 

"Oh ya? Maaf saya gak tau. Jadi namanya bukan Markonah ya? Bodohnya saya bisa ditipu oleh wanita cantik," jawabnya dengan muka merah menahan malu. Tidak lama kemudian sarapan yang dia pesan sudah berada di mejanya. Nampak betul anak itu sangat kelaparan, dia memakan sangat lahap bagaikan setahun tidak melihat makanan. 

 

"Tidak jadi dijemput sama suami kamu, Markonah?" tanya Sidik membuat aku jadi serba salah. Nampaknya dia sengaja membuat aku malu di depan sepupuku. Kurasa lelaki itu berniat membongkar semua kebohonganku tadi pagi.

 

"Suami?" tanya Jenny. Sepupu tidak ada akhlak itu pura-pura bodoh padahal dia juga ingin membongkar semua kebohonganku.

 

"Iya. Suami!" jawab Sidik penuh penekanan.

 

"Suami dari mana? Dari Hongkong." Kusikut tangan wanita yang berstatus sepupu tetapi wanita dua puluh lima tahun itu seperti tidak mengerti bahasa isyarat yang aku berikan. Dia malah nyerocos bagaikan kereta api yang entah kapan berhentinya.

 

"Maksudnya?" tanya Sidik dengan menautkan kedua alisnya.

 

"Sini kubilangin ya abu zubaidah ya? Sepupu aku yang satu ini belum menikah. Jangankan menikah, pacarnya saja entah kemana rimbanya! Hilang ditelan bumi!" Nyesal aku minta jemput sama si jenong ini. Betul. Kalau kutahu akan begini jadinya, bagus aku naik ojek aja. Biar saja aku dibawa kemana pun sama tukang ojek inginkan. Aku pasrah. Diculikpun aku tidak peduli daripada dipermalukan seperti ini.

 

"Kasian sekali nasib Markonah!" Aku tahu itu sebuah kata sindiran yang diucapkan lelaki yang konon katanya mirip abu ubaidah. Abu ubaidah lah konon. Dimataku dia itu tidak mirip sedikitpun dengan lelaki yang sedang digandrungi para cewek-cewek saat ini. Dimataku dia lebih mirip abu gosok. Betul, aku tidak bohong deh.

 

"Iya. Kasian sekali!" ucap Jenong sendu. Dia itu tidak lebih sebagai kompor saja. Mendengar dia berbicara membuat kepalaku semakin panas meletup-letup. Bagaimana tidak. Semua yang aku ucapkan tadi, dipatahkan oleh wanita yang kuanggap sebagai kakakku sendiri. Aku hanya bisa diam menikmati segala sindiran pedas dari lelaki yang telah menolongku dari seorang penjambret. 

 

"Saya Sidik. Ngomong-ngomong siapa nama kamu?" tanya lelaki berwajah tampan itu seraya berdiri dari duduknya dan mendekati Jenny, dia mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan. Ya perkenalan dengan Jenny tepatnya. Dia sudah kapok berkenalan denganku karena sudah aku bohongi.

 

"Saya Jenny." Wanita yang berstatus sepupu itu menyambut uluran tangan Sidik dan juga dia menyebutkan namanya.

 

"Nama yang bagus!" jawab Sidik seraya menatap tajam ke arahku.

 

"Perkenalkan kawan saya, Iqbal." Lelaki berpostur atletis itu ikut memperkenalkan kawan yang tidak beda jauh gantengnya dengan dia.

 

Setelah saling berkenalan, Sidik juga menanyakan alamat rumah pada Jenny. Dan mereka saling berkenalan dan mengabaikan diri ini. Dimata mereka aku seperti hantu yang tidak kelihatan, itu terbukti mereka bertiga tidak mengajak aku untuk berbicara. Mereka bertiga begitu akrab bagaikan sahabat lama yang baru saja berjumpa.

 

"Nanti, kapan-kapan aku boleh bertamu ke rumah kamu, kan?" tanya Sidik saat hendak pergi meninggalkan aku yang masih terbengong dikursi warung makan yang kami singgahi untuk sarapan tadi.

 

"Silahkan. Silahkan. Tetapi aku menumpang di rumah Mayra. Aku ini sepupu dia!" Tunjuk Jenny seakan aku ini manusia paling sombong karena tidak menawarkan mereka untuk singgah ke rumahku.

 

"Mayra?" tanya lelaki berjaket hitam itu penasaran.

 

"Iya. sepupu aku ini namanya Mayra bukan Markonah!" Mata Sidik menatap tajam ke arahku seakan ingin menanyakan kebohongan-kebohongan yang aku ucapkan tadi pagi.

 

"Maafkan saya!" jawabku tertunduk. Eh tapi, kenapa pula aku harus meminta maaf sama lelaki berotak ngeres itu ya. Ada apa dengan diri ini? Apa aku sudah mulai jatuh hati padanya? Tidak tidak. Itu tidak boleh terjadi. Lagi pula belum tentu Sidik menyukai aku kan? Bisa jadi dia itu sedang menyukai sepupuku, Jenny.

 

"Bukan Markonah?" tanyanya mengintimidasi.

 

"Kamu itu sudah kena tipu sama adekku deh. Jaman sekarang sudah modern dan mana ada lagi nama orang seperti itu. Tapi lucu juga ya nama Markonah. Jadi panggilannya siapa? Marko!" Jenny berbicara seakan tidak ada beban dalam hidupnya. Lancar jaya seperti jalan tol.

 

"Bagus juga," Mereka bertiga tergelak menertawakan diri ini. Sementara aku? Mungkin kalau ada cermin akan nampak jelas wajahku memerah karena menahan malu. Mereka bertiga menertawakan diri ini seperti sedang menonton stand up comedy.

 

"Saya baru pindah tugas kemari. Jadi masih bingung dengan situasi dan kondisi daerah sekitar sini! Tidak ada salahnya kan, jika saya mencari banyak-banyak teman disini. Bila perlu dari teman menjadi saudara!" beber Sidik dengan wajah serius.

 

"Oh ya? Emang kamu kerja apa disini?" tanya Jenni. Wanita berkerudung maruun itu selalu mau tahu urusan orang. Tidak ada informasi yang terlewatkan bagi wanita dua puluh lima tahun itu.

 

"Bagian keamanan!" jawab Sidik dan dijawab anggukan oleh sahabatnya Iqbal.

 

"Oh, kamu Satpam ya?" 

 

"Iya ya!" Sidik menganggukkan kepala dengan kuat untuk meyakinkan lawan bicaranya.

 

"Tetanggaku ada juga Satpam. Dia bekerja sebagai Satpam Bank Indonesia. Nanti kalau kamu ke rumah aku, pasti aku kenalin sama dia, deh!" Janji Jenny padahal Sidik dan Iqbal tidak memintanya.

 

"Oke. Kami mau pulang dulu ya! Insya Allah kapan ada waktu pasti aku datang ke rumahmu. Kamu gak keberatan kan?" tanya Sidik memastikan.

 

"Enggak keberatan kok. Kalau mau datang. Ya datang aja."

 

"Nanti suamimu marah. Kayak mbak sebelah!" Sindir Sidik dengan tatapan jenakanya. Terlihat dia mengejek aku karena jangankan menikah malahan pacarku entah kemana rimbanya. Itu semua informasi dari Jenni siwanita tengil yang tidak ada akhlak itu. Kalau tidak karena menahan malu, sudah kuremas mulutnya. 

 

"Tenang saja. Kami masih jomblo kok. Jomblo ngenes malah!" Tawa Jenni. Entah dimananya yang lucu. Dimataku dia itu menertawakan dirinya sendiri. Dasar Jenny tidak tahu malu. Dia sama saja menjatuhkan harga dirinya sendiri. Umur sudah seperempat abad tapi jalan pikiran masih kalah sama anak PAUD.

 

"Kasihan!" 

 

"Kalian berdua kayaknya berjodoh ya? Sama-sama cerewet bin bawel!" celutukku kesal.

 

"Gak apa-apa cerewet. Daripada jadi pembohong. Bagusan mana?" Sindir Sidik mengintimidasi.

 

"Buat apa jujur-jujur sekali dengan orang yang baru kita kenal? Apa ada gunanya? Bisa jadi kan orang yang kita kenal merupakan sindikat perdagangan manusia!" sindirku membuat Sidik terdiam. Namun tidak lama kemudian dia ikut menimpali.

 

"Masak orang seganteng ini terlibat sindikat sih. Mana mungkin!" ujarnya sombong.

 

"Emang orang ganteng itu gak ada yang jahat?" Eh giman-gimana! Berarti aku mengakui lelaki berotak jorok itu ganteng? Tidak tidak. Aku tidak mau dia jadi besar kepala.

 

"Berarti kamu mengakui kalau aku ini ganteng, ya? Jangan-jangan kamu sudah mulai jatuh cinta sama Aku!"

 

Uhukk

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 5

    "Kamu itu ada kurang kurangnya aku lihat!" Protesku pada Jenny setelah Sidik dan kawannya pergi meninggalkan kami berdua."Maksud kamu apa sih?" tanya Jenny dengan tatapan kurang bersahabat. Memang gadis penyuka warna pink ini tidak bisa dinasehati, dia merasa harganya dirinya jatuh kalau dinasehati sama yang lebih muda dari dia.Kurasa saraf di kepala anak ini memang rada konslet. Tidak sadar sudah berbuat kesalahan."Buat apa sih kamu jujur banget sama Sidik tadi? Baru kenal saja bagaikan sahabat lama. Apa kamu tidak takut memberikan alamat sementara kita baru kenal sama dia? Bagaimana kalau mereka itu penjahat atau komplotan perampok yang sedang mencari target? Jaman sekarang, mana ada manusia yang baik, Nong ... Nong. Bego mu jangan kau borong sendiri. Kamu bagi-bagi sana!" Kesal aku melihat sepupuku yang satu ini tidak ada pintar-pintarnya. Padahal di sekolah dulu dia selalu mendapat rangking satu. "Kamu itu terlalu banyak nonton film detektif makanya begini. Makanya kalau mau

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 6

    "Apa, Bu? Lamaran? Siapa yang mau dilamar? Kak Jenny?" tanyaku seraya bangkit dari tidur.Nyawaku belum terkumpul sempurna, sudah dikagetkan dengan berita yang membuat jantungku melompat bagaikan mendengarkan dangdut koplo."Kamulah, mau siapa lagi? Mana mungkin Jenny! Kamu tau sendiri kan, calon dia sedang melanjutkan sekolahnya." jawab ibu sewot. Eh tunggu tunggu. Kenapa kak Jenny tidak pernah bercerita tentang calon suaminya yang sedang melaksanakan pendidikan? Kenapa ibu malah yang lebih tahu dibandingkan aku? Kesannya kak Jenny menutupi siapa calonnya dari aku. Apa jangan-jangan kak Jenny telah berselingkuh dengan mas Arkan? Tidak bisa dibiarin kalau begini."Siapa calon kak Jenny, Bu? Mayra kok gak pernah tau? Seakan-akan dia menutupi dari Mayra?" tanyaku penuh selidik. Siapa yang tidak curiga melihat gelagat mereka seakan ada yang disembunyikan."Adalah. Mau tau aja," jawaban ibu membuat aku semakin curiga."Atau jangan-jangan mas Arkan?" tanyaku blak-blakan. Untuk apa ditutup

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 7

    "Gak mungkin. Ayah sangat kenal dengan calon suami kamu, Nak." Ayah masih juga membela calon menantu yang menurutnya lelaki baik."Kenal bukan berarti Ayah tau segalanya tentang dia, 'kan? Banyak lelaki baik, tau-tau berselingkuh dibelakang istrinya? Kalau sempat dia ninggalin Mayra bagaimana?" tanyaku penuh penekanan. Menikah itu bukan seperti memakai baju. Bisa gonta ganti sesuka hati. Dan diri ini berjanji dalam hati, menikah cukup sekali saja. Makanya tidak sembarangan dalam mengambil keputusan."Tenang saja! Kalau dia selingkuh, bilang sama ibu. Nanti ibu potong punya dia, kita iris-iris terus kita tauco, baru suapin ke mulutnya," Sadis sekali ibuku. Aku melihat mulut beliau mengeras seakan sedang mengiris anunya calon suamiku."Ibu ngomong apa sih? Kalau mengajarin anak itu yang benar. Jangan asal bicara," nasehat ayah. "Habisnya Ibu geram, Yah." jawab ibu seraya memilin bajunya dengan mata dikedip-kedipkan seperti orang cacingan. "Parcaya sama Ayah. Calon suami kamu menantu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 8

    "Ayah yakin dia itu yang akan menjadi calon suami Mayra?" tanyaku memastikan."Iya, ganteng kan?" timpal ibu tanpa memikirkan perasaan ayah. Memang apa kurangnya ayahku, beliau ganteng juga sih, walau sekarang perut beliau sedikit buncit. Namun, tidak mengurangi kegantengan lelaki lima puluh tiga tahun itu."Allahu Akbar!" teriakku histeris. Duniaku rasanya berhenti berputar saat mengetahui jika Sidik yang akan menjadi imamku seumur hidup."Kamu kenapa, Mey?" Ayah tiba-tiba memegang tubuh ini. Dikiranya aku akan jatuh pingsan padahal aku kaget saja karena lelaki yang sangat aku benci itu malah akan menjadi suamiku."Ayah batalin saja lamaran itu. Mayra gak mau menikah dengan dia!" Teriakku histeris lagi."Kenapa dengan nak Sidiq sayang? Dia lelaki baik dan juga taat beribadah!" tanya ayah penasaran."Lelaki baik ayah bilang? Dia itu lelaki berotak kotor yang suka mencari kesempatan dalam kesempitan. Ayah tidak tau kan, kalau Mayra hampir saja dilecehkan dalam bus sama dia!" "Kamu sal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 9

    Hari ini aku diperintahkan oleh ibu dan ayah untuk mengurus SKCK ke kantor polisi berdua dengan Sidik. Pergi berdua saja dengan lelaki dua puluh tujuh tahun itu membuatku bergidik ngeri. Masih terbayang dalam ingatan saat dia pura-pura tidur dibahuku. Walaupun dia bilang itu semua karena tidak sengaja, tapi aku tetap tidak akan mempercayainya."Ayo!" Ajaknya setelah kami berpamitan pada ibu dan ayah. Dia berusaha menggandeng tangan ini tapi segera aku menepisnya. "Kamu duluan aja biar aku belakangan. Ada yang mau aku ambil didalam!" ucapku berbohong. Lelaki itu sangat patuh, apa yang aku perintah dia lakukan. Apakah dia tipe pria penyayang istri? Entahlah. Tapi lama-lama aku kasihan juga melihatnya.Tanpa menunggu lama, Sidik bergegas menuju motor yang diparkir diluar pagar rumah. Aku pura-pura masuk kedalam dan bergegas keluar lagi.'Kan tadi aku bilang sama Sidik ada yang mau kuambil didalam padahal malas aja bergandengan dengannya."Ayo naik. Nanti terlambat!" Pria berambut cepak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 10

    "May, tunggu dulu," teriak mas Arkan sembari menarik pelan tangan ini saat kami berpapasan dimini market dekat taman kota."Maaf, jangan ganggu saya!" Aku menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari genggamannya."May, ada yang mau aku bicarakan," ujar lelaki berkemeja navy itu dengan tatapan sendu.Tatapan itu yang aku rindukan selama ini, tapi sayang sudah menjadi milik orang. Mas Arkan telah mengkhianati tulus cintaku.Betul juga apa yang dikatakan ibu, sampai kiamat pun mas Arkan tidak akan melamarku. Dan ternyata ini jawabannya. Mas Arkan telah menikah dengan gadis pilihan orang tuanya."Mau bicarakan apa lagi? Saya gak ada waktu!""Minta waktumu sebentar, May. Mas jelaskan semua!" "Apa yang mau Mas jelaskan? Bagi Mayra semua itu sudah jelas. Mas sudah menikah kan? Jangan ganggu Mayra lagi. Mayra tidak mau disebut sebagai pengganggu suami orang! Jelek-jelek begini, Mayra tidak menerima bekas orang!"Mendengar ucapanku seketika saja wajah mas Arkan berubah merah padam, mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 11

    "Sejak kapan kamu menjadi gend*k tentara itu, May?" Pertanyaan Arkan berhasil membuatku emosi. Enak saja dia mengatakan aku simpanan. Diri ini tidak serendah itu, gini-gini aku masih punya harga diri. "Jangan kurang ajar kamu sama calon istriku," bentak Siddiq. Terlihat dia mengepal kuat tangannya sehingga buku-buku jari nampak memutih. Belum pernah aku melihat abu ubaidahku marah seperti ini."Diam kau, aku tidak ngomong sama kamu ya!" Mas Arkan menunjuk mata abu ubaidahku dengan telunjuk kirinya. Spontan lelaki bermata coklat itu emosi tetapi dia berusaha menahannya."Kasian kamu, Dek. Baru beberapa bulan Mas tinggal pergi, malah jadi wanita panggilan. Jadi perempuan kok gak ada harga diri!" Mulut mas Arkan seakan tidak berhenti berkicau, tak kusangka lelaki yang pernah merajai hati ini mulutnya pedes bagaikan cabe set*n level 100. Hinaan demi hinaan terus saja dia luncurkan untukku. "Kamu siapa. Berani-beraninya menghina calon istriku, hah?" Lelaki berkaos putih itu mencengkera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 12

    "Lebay! Tentara cengeng!" ejekku seraya memoyongkan bibir kearahnya. Segera aku mengambil helm yang diberikan mas Sidik. Tidak mau berlama-lama, nanti dikira aku minta dia yang pakein. Tau sendiri kan, bagaimana gede rasanya lelaki yang bakal jadi imamku itu."Tapi ganteng kan?" tanya Siddik penuh rasa percaya diri.Nah kan. Betul aku bilang, nih laki kepedean tingkat dewa."Kalau aku bilang kamu ganteng itu namanya fitnah, sersan Sidik! Dan kamu tau kan, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Termasuk dosa besar! Dan aku tidak mau masuk neraka hanya karena mengatakan kamu ganteng! Ibuku selalu bilang, jaga lidah dan ucapan!" selorohku dengan menatap mas Sidik tanpa dosa. Bukan tanpa dosa tepatnya. Tetapi wajah yang penuh gelimangan keringat eh."Baru kamu aja loh cewek yang mengatakan aku tidak ganteng! Makanya aku suka sama kamu! Kamu tidak silau pangkat dan jabatan apalagi silau dengan wajah tampan seperti aku!" Lagi-lagi mas Sidik memuji dirinya sendiri.Aku akui sih dia itu lela

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 15

    Kami sampai dirumah bercat hijau yang terlihat sederhana. Halaman tidak terlalu luas tetapi sangat asri dipandang mata. Tidak ada sedikitpun tanah yang kosong, semua diisi dengan tanaman sayuran hijau dan aneka bunga yang berwarna warni.'Rajin juga mas Sidik menanam sayuran dan juga bunga.' batinku."Ayo masuk," ujar mas Siddik sesaat setelah membuka pintu.Rumah sederhana itu nampaknya nyaman. Walau terkesan tidak mewah tetapi nampaknya aku betah tinggal disini. Semoga tetangga juga bisa menerimaku. Diatas pintu tertulis nama Serka Siddik Pamungkas, sepertinya setiap rumah diberikan nama sesuai dengan nama pemiliknya."Ayo masuk, kok bengong sih," "Iya." Aku ikut menggeret koper berisi baju dan tas berisi bekal makanan untuk beberapa hari kedepan yang diberikan ibu. Kata ibu beliau takut aku kerepotan memasak karena baru saja sampai. Lagipula tempat baru, masih bingung mau belanja dimana dan apa yang mau dimasak.Ibu sungguh pengertian sehingga untuk beberapa hari ke depan anaknya

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 14

    "Cuma sentuh hidung aja udah dibilang genit," keluh mas Siddik seraya menarik kembali tangannya."Gak boleh juga. Belum halal!" ujarku dengan mata mendelik."Iya ya. Jangan judes begitu kenapa sih! Baru dipegang aja galak amat!" ujar mas Siddik seraya menyeruput es kelapanya dengan pandangan tetap menatapku, membuat aku salah tingkah."Bukan judes! Emang seharusnya begitu kan? Biasanya anak muda sekarang masih pacaran mesranya melebihi pasangan suami istri. Panggilan ayang ... bebeb. Tapi kalau sudah menikah apalagi sudah punya anak, istri salah sedikit saja sudah dimaki-maki, segala isi kebun binatang disebutnya!" protesku.Aku tidak mau mempunyai pasangan model begitu. Pasti menderita seumur hidup. Membina rumah tangga seharusnya tenang dan bahagia walaupun hanya makan nasi dengan garam."Mas berharap rumah tangga kita kelak jangan sampai seperti itu. Mas gak janji tapi akan Mas buktikan," janji mas Siddik.Kadang aku berfikir, lelaki seganteng mas Siddik kenap mau menikahi wanita s

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 13

    "Mas, lamaran ini dibatalin aja," ujarku pada mas Siddiq sehari setelah keluarganya datang ke rumah untuk melamar."Kenapa dibatalin?" Mas Siddik menoleh menatapku. Rasanya jantung ini seakan berhenti berdetak melihat tatapannya menusuk kedalam relung hati."Batalin ajalah. Saya gak mau menikah dengan Mas." Aku tidak tahu alasan apalagi yang akan aku utarakan pada lelaki bermata coklat itu."Kenapa tiba-tiba berubah pikiran sih? Apa kamu sudah balikan sama Arkan?" Lagi-lagi dia membawa nama mantan pacarku. Arkan? Lelaki macam apa yang mau merusak masa depan pacarnya dan beruntung aku tidak sempat dihancuri olehnya."Mas jangan bawa-bawa nama dia. Lelaki itu sudah menikah. Saya gak akan mungkin mau menjalin hubungan dengan suami orang! Jelek-jelek begini saya masih punya harga diri," jelasku panjang lebar. "Jadi?" "Saya wanita tidak pantas untuk Mas. Cari saja wanita lain yang lebih pantas." jawabku berbohong. Jelas aku sakit hati saat dia mengatakan aku janjian menginap dihotel den

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 12

    "Lebay! Tentara cengeng!" ejekku seraya memoyongkan bibir kearahnya. Segera aku mengambil helm yang diberikan mas Sidik. Tidak mau berlama-lama, nanti dikira aku minta dia yang pakein. Tau sendiri kan, bagaimana gede rasanya lelaki yang bakal jadi imamku itu."Tapi ganteng kan?" tanya Siddik penuh rasa percaya diri.Nah kan. Betul aku bilang, nih laki kepedean tingkat dewa."Kalau aku bilang kamu ganteng itu namanya fitnah, sersan Sidik! Dan kamu tau kan, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Termasuk dosa besar! Dan aku tidak mau masuk neraka hanya karena mengatakan kamu ganteng! Ibuku selalu bilang, jaga lidah dan ucapan!" selorohku dengan menatap mas Sidik tanpa dosa. Bukan tanpa dosa tepatnya. Tetapi wajah yang penuh gelimangan keringat eh."Baru kamu aja loh cewek yang mengatakan aku tidak ganteng! Makanya aku suka sama kamu! Kamu tidak silau pangkat dan jabatan apalagi silau dengan wajah tampan seperti aku!" Lagi-lagi mas Sidik memuji dirinya sendiri.Aku akui sih dia itu lela

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 11

    "Sejak kapan kamu menjadi gend*k tentara itu, May?" Pertanyaan Arkan berhasil membuatku emosi. Enak saja dia mengatakan aku simpanan. Diri ini tidak serendah itu, gini-gini aku masih punya harga diri. "Jangan kurang ajar kamu sama calon istriku," bentak Siddiq. Terlihat dia mengepal kuat tangannya sehingga buku-buku jari nampak memutih. Belum pernah aku melihat abu ubaidahku marah seperti ini."Diam kau, aku tidak ngomong sama kamu ya!" Mas Arkan menunjuk mata abu ubaidahku dengan telunjuk kirinya. Spontan lelaki bermata coklat itu emosi tetapi dia berusaha menahannya."Kasian kamu, Dek. Baru beberapa bulan Mas tinggal pergi, malah jadi wanita panggilan. Jadi perempuan kok gak ada harga diri!" Mulut mas Arkan seakan tidak berhenti berkicau, tak kusangka lelaki yang pernah merajai hati ini mulutnya pedes bagaikan cabe set*n level 100. Hinaan demi hinaan terus saja dia luncurkan untukku. "Kamu siapa. Berani-beraninya menghina calon istriku, hah?" Lelaki berkaos putih itu mencengkera

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 10

    "May, tunggu dulu," teriak mas Arkan sembari menarik pelan tangan ini saat kami berpapasan dimini market dekat taman kota."Maaf, jangan ganggu saya!" Aku menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari genggamannya."May, ada yang mau aku bicarakan," ujar lelaki berkemeja navy itu dengan tatapan sendu.Tatapan itu yang aku rindukan selama ini, tapi sayang sudah menjadi milik orang. Mas Arkan telah mengkhianati tulus cintaku.Betul juga apa yang dikatakan ibu, sampai kiamat pun mas Arkan tidak akan melamarku. Dan ternyata ini jawabannya. Mas Arkan telah menikah dengan gadis pilihan orang tuanya."Mau bicarakan apa lagi? Saya gak ada waktu!""Minta waktumu sebentar, May. Mas jelaskan semua!" "Apa yang mau Mas jelaskan? Bagi Mayra semua itu sudah jelas. Mas sudah menikah kan? Jangan ganggu Mayra lagi. Mayra tidak mau disebut sebagai pengganggu suami orang! Jelek-jelek begini, Mayra tidak menerima bekas orang!"Mendengar ucapanku seketika saja wajah mas Arkan berubah merah padam, mungkin

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 9

    Hari ini aku diperintahkan oleh ibu dan ayah untuk mengurus SKCK ke kantor polisi berdua dengan Sidik. Pergi berdua saja dengan lelaki dua puluh tujuh tahun itu membuatku bergidik ngeri. Masih terbayang dalam ingatan saat dia pura-pura tidur dibahuku. Walaupun dia bilang itu semua karena tidak sengaja, tapi aku tetap tidak akan mempercayainya."Ayo!" Ajaknya setelah kami berpamitan pada ibu dan ayah. Dia berusaha menggandeng tangan ini tapi segera aku menepisnya. "Kamu duluan aja biar aku belakangan. Ada yang mau aku ambil didalam!" ucapku berbohong. Lelaki itu sangat patuh, apa yang aku perintah dia lakukan. Apakah dia tipe pria penyayang istri? Entahlah. Tapi lama-lama aku kasihan juga melihatnya.Tanpa menunggu lama, Sidik bergegas menuju motor yang diparkir diluar pagar rumah. Aku pura-pura masuk kedalam dan bergegas keluar lagi.'Kan tadi aku bilang sama Sidik ada yang mau kuambil didalam padahal malas aja bergandengan dengannya."Ayo naik. Nanti terlambat!" Pria berambut cepak

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 8

    "Ayah yakin dia itu yang akan menjadi calon suami Mayra?" tanyaku memastikan."Iya, ganteng kan?" timpal ibu tanpa memikirkan perasaan ayah. Memang apa kurangnya ayahku, beliau ganteng juga sih, walau sekarang perut beliau sedikit buncit. Namun, tidak mengurangi kegantengan lelaki lima puluh tiga tahun itu."Allahu Akbar!" teriakku histeris. Duniaku rasanya berhenti berputar saat mengetahui jika Sidik yang akan menjadi imamku seumur hidup."Kamu kenapa, Mey?" Ayah tiba-tiba memegang tubuh ini. Dikiranya aku akan jatuh pingsan padahal aku kaget saja karena lelaki yang sangat aku benci itu malah akan menjadi suamiku."Ayah batalin saja lamaran itu. Mayra gak mau menikah dengan dia!" Teriakku histeris lagi."Kenapa dengan nak Sidiq sayang? Dia lelaki baik dan juga taat beribadah!" tanya ayah penasaran."Lelaki baik ayah bilang? Dia itu lelaki berotak kotor yang suka mencari kesempatan dalam kesempitan. Ayah tidak tau kan, kalau Mayra hampir saja dilecehkan dalam bus sama dia!" "Kamu sal

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 7

    "Gak mungkin. Ayah sangat kenal dengan calon suami kamu, Nak." Ayah masih juga membela calon menantu yang menurutnya lelaki baik."Kenal bukan berarti Ayah tau segalanya tentang dia, 'kan? Banyak lelaki baik, tau-tau berselingkuh dibelakang istrinya? Kalau sempat dia ninggalin Mayra bagaimana?" tanyaku penuh penekanan. Menikah itu bukan seperti memakai baju. Bisa gonta ganti sesuka hati. Dan diri ini berjanji dalam hati, menikah cukup sekali saja. Makanya tidak sembarangan dalam mengambil keputusan."Tenang saja! Kalau dia selingkuh, bilang sama ibu. Nanti ibu potong punya dia, kita iris-iris terus kita tauco, baru suapin ke mulutnya," Sadis sekali ibuku. Aku melihat mulut beliau mengeras seakan sedang mengiris anunya calon suamiku."Ibu ngomong apa sih? Kalau mengajarin anak itu yang benar. Jangan asal bicara," nasehat ayah. "Habisnya Ibu geram, Yah." jawab ibu seraya memilin bajunya dengan mata dikedip-kedipkan seperti orang cacingan. "Parcaya sama Ayah. Calon suami kamu menantu p

DMCA.com Protection Status