Share

Bab 5

Author: Trinagi
last update Last Updated: 2023-12-28 20:20:14

"Kamu itu ada kurang kurangnya aku lihat!" Protesku pada Jenny setelah Sidik dan kawannya pergi meninggalkan kami berdua.

 

"Maksud kamu apa sih?" tanya Jenny dengan tatapan kurang bersahabat. Memang gadis penyuka warna pink ini tidak bisa dinasehati, dia merasa harganya dirinya jatuh kalau dinasehati sama yang lebih muda dari dia.

Kurasa saraf di kepala anak ini memang rada konslet. Tidak sadar sudah berbuat kesalahan.

 

"Buat apa sih kamu jujur banget sama Sidik tadi? Baru kenal saja bagaikan sahabat lama. Apa kamu tidak takut memberikan alamat sementara kita baru kenal sama dia? Bagaimana kalau mereka itu penjahat atau komplotan perampok yang sedang mencari target? Jaman sekarang, mana ada manusia yang baik, Nong ... Nong. Bego mu jangan kau borong sendiri. Kamu bagi-bagi sana!" Kesal aku melihat sepupuku yang satu ini tidak ada pintar-pintarnya.  Padahal di sekolah dulu dia selalu mendapat rangking satu. 

 

"Kamu itu terlalu banyak nonton film detektif makanya begini. Makanya kalau mau nonton itu drama percintaan," ujarnya membela diri.

 

"Nong, Sekarang kita bukan hidup dalam dunia sintetron. Yang kita hadapi manusia dunia nyata. Kamu gak kapok-kapoknya ya?" Sekarang aku yang memukul kuat pundaknya sehingga membuat dia maju selangkah kedepan.

 

"Kenapa sih kamu curigaan saja."

 

"Kamu ya ... tidak bisa belajar dari kesalahan. Gak kapok!" teriakku kesal seraya berjalan ke meja kasir untuk membayar makanan yang kami santap berdua tadi.

 

"Kapok kenapa? Seingatku, Aku gak pernah berbuat yang aneh-aneh, deh," tanyanya lagi. Nampaknya anak itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian yang menimpanya beberapa bulan yang lalu.

 

"Coba kamu ingat-ingat lagi." Aku mengembalikan kembali ingatan sepupuku ke masa lalu. Dimana hampir saja dirampas kehormatannya oleh pria yang baru saja dikenalnya.

 

"Bu, berapa semua?" tanyaku pada si ibu penjual sarapan. 

 

"Sudah dibayar sama bapak yang tadi," jawab wanita bertubuh gempal itu dengan menyunggingkan senyum manisnnya. 

Mungkin maksud ibu tersebut, Sidik atau Iqbal. Tapi kenapa mereka tidak bilang bilang telah membayar makanan kami? Kalau aku mengetahuinya pasti akan aku tolak mentah-mentah. 

 

"Maksud ibu, lelaki yang duduk disebelah kami tadi?" tanyaku memastikan dan dijawab dengan anggukan oleh si ibu bertubuh gempal tersebut.

 

"Tuh kan? Kamu suka suudzon aja sama orang. Padahal Sidik itu baik tetapi kamu tuduh dia jahat. Sindikat lah. Kalau dia sindikat gak akan mungkin dia mau membayar makan kita yang tidak sedikit itu." Memang ya Jenong ini, baru saja dikasih uang tiga puluh ribu saja udah klepek-klepek. Bagaimana jika dikasih ratusan ribu? Mungkin semua akan diserahkan. Ah ... murah sekali harga diri kakak sepupuku yang satu ini.

 

"Kamu pikir, penjahat itu gak mau berkorban uang. Jenong ... jenong. Cuma tiga puluh ribu loh. Uang segitu bagi mereka sangat kecil. Dia dapat lebih banyak dari jual tubuh kamu, tau!" ujarku mengintimidasi. Anak itu terlalu lugu dan polos. 

 

Plak.

 

Jenni memukul bahuku kasar. Hilang sudah kata halus untuk wanita dua puluh lima tahun itu.

 

"Kamu gak ingat dengan kenalan kamu dua bulan yang lalu? Yang katanya polisi. Kamu hampir dilecehkan sama dia kan? Sekarang kamu mau diperlakukan lagi seperti itu?" tanyaku kesal dan Jenny terdiam seribu bahasa. Syukurlah akhirnya dia menyadari kesalahannya.

 

"Kamu masih ingat Yumna?" tanyaku mencoba mengingatkan kembali ingatan sepupu yang sok kecantikan tapi suka lupa ingatan jika melihat cowok ganteng.

 

"Kenapa dia?"

 

"Dia kena tipu berapa puluh juta dari lelaki yang baru dikenalnya juga. Lelaki sekarang hanya bermodalkan ganteng udah bisa menguras dompet perempuan-perempuan bodoh macam kamu!" ujarku. Jenny begitu marah karena aku mengatakan dia itu bodoh, kenapa dia tidak menerimanya sementara kenyataannya begitu, kan?

 

Sepanjang perjalanan pulang kami berdua diam seribu bahasa. Tidak ada yang perlu dibahas lagi, kami sibuk dengan pikiran masing-masing.

Setengah jam perjalanan, akhirnya sampai juga dirumah tempat aku menghabiskan masa kecil bersama Jenni dan kedua orang tuaku.

 

"Assalamualaikum," sapaku. Tidak berapa lama ibu keluar dengan masih mengenakan mukenah. Nampaknya beliau baru selesai mengerjakan solat sunat dhuha.

 

"Wa alaikum salam. Kenapa baru sampai jam segini. Apa kalian sudah sarapan?" tanya ibu saat aku dan kak Jenny mengulurkan tangan hendak menyalaminya.

 

"Udah tadi makan diwarung!" jawabku malu-malu disambut tatapan mendelik dari wanita yang telah melahirkanku ke dunia ini.

 

"Kalian ya! Berapa kali sudah ibu bilang. Kalian itu anak gadis, tidak pantas makan diwarung!" Nasehat ibu lagi. Biasalah orang zaman dulu, terlalu banyak pantangan untuk seorang anak gadis. Jangan makan diwarung, takut dikira oleh para lelaki kami perempuan ini malas bangun pagi. Mereka takut kalau berumah tangga jadi malas memasak sarapan untuk anggota keluarga. 

 

Nanti tidak ada laki-laki yang mau menikahimu. Bulshit. Kenapa wanita harus dituntut begini begitu? Sementara lelaki bebas melakukan apa saja!

 

Seperti saat ini, sudah tahu aku baru pulang berpergian bagaimana bisa masak sarapan. Coba berfikir secara logika deh. Menyebalkan banget hidupku kan?

 

"Namanya dalam perjalanan jauh, Bu. Mayra lapar dari semalam sore belum makan!" rajukku kesal. Aku langsung masuk ke kamar hendak tidur karena semalaman tidak bisa tidur di dalam bus.

 

Sesampai dipintu kamar, aku memutar tubuh ini melihat ibu masih berdiri diruang tamu dengan pandangan kearahku.

 

"Bu, Mayra tidur dulu ya? Ngantuk berat semalaman gak tidur dalam bus,"  ujarku saat seraya menutup mulut yang sedang menguap dengan satu tangan.

 

"Iya. Mandi dulu biar segar," titah wanita berdaster bunga matahari itu dan aku menjawab dengan anggukan.

 

Setelah membersihkan diri, segera aku tidur. Diri ini tidak ingat berapa jam tertidur. Saat aku bangun sudah masuk waktu ashar.

 

Gegas aku ke kamar mandi untuk melaksanakan kewajiban empat rakaat, kusambung dengan zikir dan istighfar. 

 

***

 

Enam bulan sudah aku menjadi pengangguran. Selama enam bulan juga mas Arkan tidak ada kabar berita. Nomor ponsel yang biasa menghubungiku juga tidak aktif lagi. Entah kemana perginya lelaki yang telah menawan hati ini selama lima tahun lamanya.

 

Selama dirumah ibu dikampung, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan menonton drama korea. Akibat sering begadang, bangun pagi sering jam 9 pagi kadang jam sepuluh.

 

"Mayra, ya Allah anak gadis belum bangun jam segini, nanti rejekimu dipatok ayam," ibu menarik selimutku dan melempar kesembarang tempat.

 

"Ya, Bu. Mayra sudah bangun tadi tapi tidur lagi," jawabku seraya mengucek mata.

 

"Baru pun jam sembilan ibu sudah bilang siang! Gak bisa lihat Mayra senang," ujarku seraya memeluk bantal guling kesayangan bermotif barbie. Boneka bantal ini hadiah dari mas Arkan disaat ulang tahunku yang ke dua puluh. 

 

"Baru jam sembilan kamu bilang belum siang? Ya Allah, Nak. Nak. Punya anak gadis kok begini amat sih. Bangun." Setelah membuka jendela juga gorden, ibu menarik tubuh ini ke kamar mandi.

 

"Ibu!" rengekku manja bagaikan anak kecil yang sedang merayu ibunya dibelikan boneka.

 

"Mandi yang bersih jangan lupa luluran."

 

"Ah ... ibu. Dirumah aja pun ngapain luluran segala. Sayang lulur Mayra. Ntar cepat habis."

 

"Udah. Jangan banyak membantah. Minggu depan kamu mau dilamar!"

 

"Hah?"

 

 

 

 

 

 

Related chapters

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 6

    "Apa, Bu? Lamaran? Siapa yang mau dilamar? Kak Jenny?" tanyaku seraya bangkit dari tidur.Nyawaku belum terkumpul sempurna, sudah dikagetkan dengan berita yang membuat jantungku melompat bagaikan mendengarkan dangdut koplo."Kamulah, mau siapa lagi? Mana mungkin Jenny! Kamu tau sendiri kan, calon dia sedang melanjutkan sekolahnya." jawab ibu sewot. Eh tunggu tunggu. Kenapa kak Jenny tidak pernah bercerita tentang calon suaminya yang sedang melaksanakan pendidikan? Kenapa ibu malah yang lebih tahu dibandingkan aku? Kesannya kak Jenny menutupi siapa calonnya dari aku. Apa jangan-jangan kak Jenny telah berselingkuh dengan mas Arkan? Tidak bisa dibiarin kalau begini."Siapa calon kak Jenny, Bu? Mayra kok gak pernah tau? Seakan-akan dia menutupi dari Mayra?" tanyaku penuh selidik. Siapa yang tidak curiga melihat gelagat mereka seakan ada yang disembunyikan."Adalah. Mau tau aja," jawaban ibu membuat aku semakin curiga."Atau jangan-jangan mas Arkan?" tanyaku blak-blakan. Untuk apa ditutup

    Last Updated : 2024-12-13
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 7

    "Gak mungkin. Ayah sangat kenal dengan calon suami kamu, Nak." Ayah masih juga membela calon menantu yang menurutnya lelaki baik."Kenal bukan berarti Ayah tau segalanya tentang dia, 'kan? Banyak lelaki baik, tau-tau berselingkuh dibelakang istrinya? Kalau sempat dia ninggalin Mayra bagaimana?" tanyaku penuh penekanan. Menikah itu bukan seperti memakai baju. Bisa gonta ganti sesuka hati. Dan diri ini berjanji dalam hati, menikah cukup sekali saja. Makanya tidak sembarangan dalam mengambil keputusan."Tenang saja! Kalau dia selingkuh, bilang sama ibu. Nanti ibu potong punya dia, kita iris-iris terus kita tauco, baru suapin ke mulutnya," Sadis sekali ibuku. Aku melihat mulut beliau mengeras seakan sedang mengiris anunya calon suamiku."Ibu ngomong apa sih? Kalau mengajarin anak itu yang benar. Jangan asal bicara," nasehat ayah. "Habisnya Ibu geram, Yah." jawab ibu seraya memilin bajunya dengan mata dikedip-kedipkan seperti orang cacingan. "Parcaya sama Ayah. Calon suami kamu menantu p

    Last Updated : 2024-12-13
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 8

    "Ayah yakin dia itu yang akan menjadi calon suami Mayra?" tanyaku memastikan."Iya, ganteng kan?" timpal ibu tanpa memikirkan perasaan ayah. Memang apa kurangnya ayahku, beliau ganteng juga sih, walau sekarang perut beliau sedikit buncit. Namun, tidak mengurangi kegantengan lelaki lima puluh tiga tahun itu."Allahu Akbar!" teriakku histeris. Duniaku rasanya berhenti berputar saat mengetahui jika Sidik yang akan menjadi imamku seumur hidup."Kamu kenapa, Mey?" Ayah tiba-tiba memegang tubuh ini. Dikiranya aku akan jatuh pingsan padahal aku kaget saja karena lelaki yang sangat aku benci itu malah akan menjadi suamiku."Ayah batalin saja lamaran itu. Mayra gak mau menikah dengan dia!" Teriakku histeris lagi."Kenapa dengan nak Sidiq sayang? Dia lelaki baik dan juga taat beribadah!" tanya ayah penasaran."Lelaki baik ayah bilang? Dia itu lelaki berotak kotor yang suka mencari kesempatan dalam kesempitan. Ayah tidak tau kan, kalau Mayra hampir saja dilecehkan dalam bus sama dia!" "Kamu sal

    Last Updated : 2024-12-13
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 9

    Hari ini aku diperintahkan oleh ibu dan ayah untuk mengurus SKCK ke kantor polisi berdua dengan Sidik. Pergi berdua saja dengan lelaki dua puluh tujuh tahun itu membuatku bergidik ngeri. Masih terbayang dalam ingatan saat dia pura-pura tidur dibahuku. Walaupun dia bilang itu semua karena tidak sengaja, tapi aku tetap tidak akan mempercayainya."Ayo!" Ajaknya setelah kami berpamitan pada ibu dan ayah. Dia berusaha menggandeng tangan ini tapi segera aku menepisnya. "Kamu duluan aja biar aku belakangan. Ada yang mau aku ambil didalam!" ucapku berbohong. Lelaki itu sangat patuh, apa yang aku perintah dia lakukan. Apakah dia tipe pria penyayang istri? Entahlah. Tapi lama-lama aku kasihan juga melihatnya.Tanpa menunggu lama, Sidik bergegas menuju motor yang diparkir diluar pagar rumah. Aku pura-pura masuk kedalam dan bergegas keluar lagi.'Kan tadi aku bilang sama Sidik ada yang mau kuambil didalam padahal malas aja bergandengan dengannya."Ayo naik. Nanti terlambat!" Pria berambut cepak

    Last Updated : 2024-12-14
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 10

    "May, tunggu dulu," teriak mas Arkan sembari menarik pelan tangan ini saat kami berpapasan dimini market dekat taman kota."Maaf, jangan ganggu saya!" Aku menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari genggamannya."May, ada yang mau aku bicarakan," ujar lelaki berkemeja navy itu dengan tatapan sendu.Tatapan itu yang aku rindukan selama ini, tapi sayang sudah menjadi milik orang. Mas Arkan telah mengkhianati tulus cintaku.Betul juga apa yang dikatakan ibu, sampai kiamat pun mas Arkan tidak akan melamarku. Dan ternyata ini jawabannya. Mas Arkan telah menikah dengan gadis pilihan orang tuanya."Mau bicarakan apa lagi? Saya gak ada waktu!""Minta waktumu sebentar, May. Mas jelaskan semua!" "Apa yang mau Mas jelaskan? Bagi Mayra semua itu sudah jelas. Mas sudah menikah kan? Jangan ganggu Mayra lagi. Mayra tidak mau disebut sebagai pengganggu suami orang! Jelek-jelek begini, Mayra tidak menerima bekas orang!"Mendengar ucapanku seketika saja wajah mas Arkan berubah merah padam, mungkin

    Last Updated : 2024-12-14
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 11

    "Sejak kapan kamu menjadi gend*k tentara itu, May?" Pertanyaan Arkan berhasil membuatku emosi. Enak saja dia mengatakan aku simpanan. Diri ini tidak serendah itu, gini-gini aku masih punya harga diri. "Jangan kurang ajar kamu sama calon istriku," bentak Siddiq. Terlihat dia mengepal kuat tangannya sehingga buku-buku jari nampak memutih. Belum pernah aku melihat abu ubaidahku marah seperti ini."Diam kau, aku tidak ngomong sama kamu ya!" Mas Arkan menunjuk mata abu ubaidahku dengan telunjuk kirinya. Spontan lelaki bermata coklat itu emosi tetapi dia berusaha menahannya."Kasian kamu, Dek. Baru beberapa bulan Mas tinggal pergi, malah jadi wanita panggilan. Jadi perempuan kok gak ada harga diri!" Mulut mas Arkan seakan tidak berhenti berkicau, tak kusangka lelaki yang pernah merajai hati ini mulutnya pedes bagaikan cabe set*n level 100. Hinaan demi hinaan terus saja dia luncurkan untukku. "Kamu siapa. Berani-beraninya menghina calon istriku, hah?" Lelaki berkaos putih itu mencengkera

    Last Updated : 2024-12-14
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 12

    "Lebay! Tentara cengeng!" ejekku seraya memoyongkan bibir kearahnya. Segera aku mengambil helm yang diberikan mas Sidik. Tidak mau berlama-lama, nanti dikira aku minta dia yang pakein. Tau sendiri kan, bagaimana gede rasanya lelaki yang bakal jadi imamku itu."Tapi ganteng kan?" tanya Siddik penuh rasa percaya diri.Nah kan. Betul aku bilang, nih laki kepedean tingkat dewa."Kalau aku bilang kamu ganteng itu namanya fitnah, sersan Sidik! Dan kamu tau kan, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Termasuk dosa besar! Dan aku tidak mau masuk neraka hanya karena mengatakan kamu ganteng! Ibuku selalu bilang, jaga lidah dan ucapan!" selorohku dengan menatap mas Sidik tanpa dosa. Bukan tanpa dosa tepatnya. Tetapi wajah yang penuh gelimangan keringat eh."Baru kamu aja loh cewek yang mengatakan aku tidak ganteng! Makanya aku suka sama kamu! Kamu tidak silau pangkat dan jabatan apalagi silau dengan wajah tampan seperti aku!" Lagi-lagi mas Sidik memuji dirinya sendiri.Aku akui sih dia itu lela

    Last Updated : 2024-12-16
  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 13

    "Mas, lamaran ini dibatalin aja," ujarku pada mas Siddiq sehari setelah keluarganya datang ke rumah untuk melamar."Kenapa dibatalin?" Mas Siddik menoleh menatapku. Rasanya jantung ini seakan berhenti berdetak melihat tatapannya menusuk kedalam relung hati."Batalin ajalah. Saya gak mau menikah dengan Mas." Aku tidak tahu alasan apalagi yang akan aku utarakan pada lelaki bermata coklat itu."Kenapa tiba-tiba berubah pikiran sih? Apa kamu sudah balikan sama Arkan?" Lagi-lagi dia membawa nama mantan pacarku. Arkan? Lelaki macam apa yang mau merusak masa depan pacarnya dan beruntung aku tidak sempat dihancuri olehnya."Mas jangan bawa-bawa nama dia. Lelaki itu sudah menikah. Saya gak akan mungkin mau menjalin hubungan dengan suami orang! Jelek-jelek begini saya masih punya harga diri," jelasku panjang lebar. "Jadi?" "Saya wanita tidak pantas untuk Mas. Cari saja wanita lain yang lebih pantas." jawabku berbohong. Jelas aku sakit hati saat dia mengatakan aku janjian menginap dihotel den

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 15

    Kami sampai dirumah bercat hijau yang terlihat sederhana. Halaman tidak terlalu luas tetapi sangat asri dipandang mata. Tidak ada sedikitpun tanah yang kosong, semua diisi dengan tanaman sayuran hijau dan aneka bunga yang berwarna warni.'Rajin juga mas Sidik menanam sayuran dan juga bunga.' batinku."Ayo masuk," ujar mas Siddik sesaat setelah membuka pintu.Rumah sederhana itu nampaknya nyaman. Walau terkesan tidak mewah tetapi nampaknya aku betah tinggal disini. Semoga tetangga juga bisa menerimaku. Diatas pintu tertulis nama Serka Siddik Pamungkas, sepertinya setiap rumah diberikan nama sesuai dengan nama pemiliknya."Ayo masuk, kok bengong sih," "Iya." Aku ikut menggeret koper berisi baju dan tas berisi bekal makanan untuk beberapa hari kedepan yang diberikan ibu. Kata ibu beliau takut aku kerepotan memasak karena baru saja sampai. Lagipula tempat baru, masih bingung mau belanja dimana dan apa yang mau dimasak.Ibu sungguh pengertian sehingga untuk beberapa hari ke depan anaknya

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 14

    "Cuma sentuh hidung aja udah dibilang genit," keluh mas Siddik seraya menarik kembali tangannya."Gak boleh juga. Belum halal!" ujarku dengan mata mendelik."Iya ya. Jangan judes begitu kenapa sih! Baru dipegang aja galak amat!" ujar mas Siddik seraya menyeruput es kelapanya dengan pandangan tetap menatapku, membuat aku salah tingkah."Bukan judes! Emang seharusnya begitu kan? Biasanya anak muda sekarang masih pacaran mesranya melebihi pasangan suami istri. Panggilan ayang ... bebeb. Tapi kalau sudah menikah apalagi sudah punya anak, istri salah sedikit saja sudah dimaki-maki, segala isi kebun binatang disebutnya!" protesku.Aku tidak mau mempunyai pasangan model begitu. Pasti menderita seumur hidup. Membina rumah tangga seharusnya tenang dan bahagia walaupun hanya makan nasi dengan garam."Mas berharap rumah tangga kita kelak jangan sampai seperti itu. Mas gak janji tapi akan Mas buktikan," janji mas Siddik.Kadang aku berfikir, lelaki seganteng mas Siddik kenap mau menikahi wanita s

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 13

    "Mas, lamaran ini dibatalin aja," ujarku pada mas Siddiq sehari setelah keluarganya datang ke rumah untuk melamar."Kenapa dibatalin?" Mas Siddik menoleh menatapku. Rasanya jantung ini seakan berhenti berdetak melihat tatapannya menusuk kedalam relung hati."Batalin ajalah. Saya gak mau menikah dengan Mas." Aku tidak tahu alasan apalagi yang akan aku utarakan pada lelaki bermata coklat itu."Kenapa tiba-tiba berubah pikiran sih? Apa kamu sudah balikan sama Arkan?" Lagi-lagi dia membawa nama mantan pacarku. Arkan? Lelaki macam apa yang mau merusak masa depan pacarnya dan beruntung aku tidak sempat dihancuri olehnya."Mas jangan bawa-bawa nama dia. Lelaki itu sudah menikah. Saya gak akan mungkin mau menjalin hubungan dengan suami orang! Jelek-jelek begini saya masih punya harga diri," jelasku panjang lebar. "Jadi?" "Saya wanita tidak pantas untuk Mas. Cari saja wanita lain yang lebih pantas." jawabku berbohong. Jelas aku sakit hati saat dia mengatakan aku janjian menginap dihotel den

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 12

    "Lebay! Tentara cengeng!" ejekku seraya memoyongkan bibir kearahnya. Segera aku mengambil helm yang diberikan mas Sidik. Tidak mau berlama-lama, nanti dikira aku minta dia yang pakein. Tau sendiri kan, bagaimana gede rasanya lelaki yang bakal jadi imamku itu."Tapi ganteng kan?" tanya Siddik penuh rasa percaya diri.Nah kan. Betul aku bilang, nih laki kepedean tingkat dewa."Kalau aku bilang kamu ganteng itu namanya fitnah, sersan Sidik! Dan kamu tau kan, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Termasuk dosa besar! Dan aku tidak mau masuk neraka hanya karena mengatakan kamu ganteng! Ibuku selalu bilang, jaga lidah dan ucapan!" selorohku dengan menatap mas Sidik tanpa dosa. Bukan tanpa dosa tepatnya. Tetapi wajah yang penuh gelimangan keringat eh."Baru kamu aja loh cewek yang mengatakan aku tidak ganteng! Makanya aku suka sama kamu! Kamu tidak silau pangkat dan jabatan apalagi silau dengan wajah tampan seperti aku!" Lagi-lagi mas Sidik memuji dirinya sendiri.Aku akui sih dia itu lela

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 11

    "Sejak kapan kamu menjadi gend*k tentara itu, May?" Pertanyaan Arkan berhasil membuatku emosi. Enak saja dia mengatakan aku simpanan. Diri ini tidak serendah itu, gini-gini aku masih punya harga diri. "Jangan kurang ajar kamu sama calon istriku," bentak Siddiq. Terlihat dia mengepal kuat tangannya sehingga buku-buku jari nampak memutih. Belum pernah aku melihat abu ubaidahku marah seperti ini."Diam kau, aku tidak ngomong sama kamu ya!" Mas Arkan menunjuk mata abu ubaidahku dengan telunjuk kirinya. Spontan lelaki bermata coklat itu emosi tetapi dia berusaha menahannya."Kasian kamu, Dek. Baru beberapa bulan Mas tinggal pergi, malah jadi wanita panggilan. Jadi perempuan kok gak ada harga diri!" Mulut mas Arkan seakan tidak berhenti berkicau, tak kusangka lelaki yang pernah merajai hati ini mulutnya pedes bagaikan cabe set*n level 100. Hinaan demi hinaan terus saja dia luncurkan untukku. "Kamu siapa. Berani-beraninya menghina calon istriku, hah?" Lelaki berkaos putih itu mencengkera

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 10

    "May, tunggu dulu," teriak mas Arkan sembari menarik pelan tangan ini saat kami berpapasan dimini market dekat taman kota."Maaf, jangan ganggu saya!" Aku menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari genggamannya."May, ada yang mau aku bicarakan," ujar lelaki berkemeja navy itu dengan tatapan sendu.Tatapan itu yang aku rindukan selama ini, tapi sayang sudah menjadi milik orang. Mas Arkan telah mengkhianati tulus cintaku.Betul juga apa yang dikatakan ibu, sampai kiamat pun mas Arkan tidak akan melamarku. Dan ternyata ini jawabannya. Mas Arkan telah menikah dengan gadis pilihan orang tuanya."Mau bicarakan apa lagi? Saya gak ada waktu!""Minta waktumu sebentar, May. Mas jelaskan semua!" "Apa yang mau Mas jelaskan? Bagi Mayra semua itu sudah jelas. Mas sudah menikah kan? Jangan ganggu Mayra lagi. Mayra tidak mau disebut sebagai pengganggu suami orang! Jelek-jelek begini, Mayra tidak menerima bekas orang!"Mendengar ucapanku seketika saja wajah mas Arkan berubah merah padam, mungkin

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 9

    Hari ini aku diperintahkan oleh ibu dan ayah untuk mengurus SKCK ke kantor polisi berdua dengan Sidik. Pergi berdua saja dengan lelaki dua puluh tujuh tahun itu membuatku bergidik ngeri. Masih terbayang dalam ingatan saat dia pura-pura tidur dibahuku. Walaupun dia bilang itu semua karena tidak sengaja, tapi aku tetap tidak akan mempercayainya."Ayo!" Ajaknya setelah kami berpamitan pada ibu dan ayah. Dia berusaha menggandeng tangan ini tapi segera aku menepisnya. "Kamu duluan aja biar aku belakangan. Ada yang mau aku ambil didalam!" ucapku berbohong. Lelaki itu sangat patuh, apa yang aku perintah dia lakukan. Apakah dia tipe pria penyayang istri? Entahlah. Tapi lama-lama aku kasihan juga melihatnya.Tanpa menunggu lama, Sidik bergegas menuju motor yang diparkir diluar pagar rumah. Aku pura-pura masuk kedalam dan bergegas keluar lagi.'Kan tadi aku bilang sama Sidik ada yang mau kuambil didalam padahal malas aja bergandengan dengannya."Ayo naik. Nanti terlambat!" Pria berambut cepak

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 8

    "Ayah yakin dia itu yang akan menjadi calon suami Mayra?" tanyaku memastikan."Iya, ganteng kan?" timpal ibu tanpa memikirkan perasaan ayah. Memang apa kurangnya ayahku, beliau ganteng juga sih, walau sekarang perut beliau sedikit buncit. Namun, tidak mengurangi kegantengan lelaki lima puluh tiga tahun itu."Allahu Akbar!" teriakku histeris. Duniaku rasanya berhenti berputar saat mengetahui jika Sidik yang akan menjadi imamku seumur hidup."Kamu kenapa, Mey?" Ayah tiba-tiba memegang tubuh ini. Dikiranya aku akan jatuh pingsan padahal aku kaget saja karena lelaki yang sangat aku benci itu malah akan menjadi suamiku."Ayah batalin saja lamaran itu. Mayra gak mau menikah dengan dia!" Teriakku histeris lagi."Kenapa dengan nak Sidiq sayang? Dia lelaki baik dan juga taat beribadah!" tanya ayah penasaran."Lelaki baik ayah bilang? Dia itu lelaki berotak kotor yang suka mencari kesempatan dalam kesempitan. Ayah tidak tau kan, kalau Mayra hampir saja dilecehkan dalam bus sama dia!" "Kamu sal

  • I LOVE YOU, SERSAN SIDDIQ   Bab 7

    "Gak mungkin. Ayah sangat kenal dengan calon suami kamu, Nak." Ayah masih juga membela calon menantu yang menurutnya lelaki baik."Kenal bukan berarti Ayah tau segalanya tentang dia, 'kan? Banyak lelaki baik, tau-tau berselingkuh dibelakang istrinya? Kalau sempat dia ninggalin Mayra bagaimana?" tanyaku penuh penekanan. Menikah itu bukan seperti memakai baju. Bisa gonta ganti sesuka hati. Dan diri ini berjanji dalam hati, menikah cukup sekali saja. Makanya tidak sembarangan dalam mengambil keputusan."Tenang saja! Kalau dia selingkuh, bilang sama ibu. Nanti ibu potong punya dia, kita iris-iris terus kita tauco, baru suapin ke mulutnya," Sadis sekali ibuku. Aku melihat mulut beliau mengeras seakan sedang mengiris anunya calon suamiku."Ibu ngomong apa sih? Kalau mengajarin anak itu yang benar. Jangan asal bicara," nasehat ayah. "Habisnya Ibu geram, Yah." jawab ibu seraya memilin bajunya dengan mata dikedip-kedipkan seperti orang cacingan. "Parcaya sama Ayah. Calon suami kamu menantu p

DMCA.com Protection Status