"Semoga sampai ditujuan Ma, Pa," ucap Rere. "Terima kasih, Sayang," balas Rina. Rina dan Wijaya akan kembali pulang hari ini. Perawat yang mereka bawa juga ikut pulang. Rina mengambil alih Rachel. "Nenek pulang, Sayang." Rina mengecup kecil kedua pipi cucunya. Dia menoleh memandang Rere. "Liburan musim ini, kalian pulang ke Indonesia.""Iya, Ma. Rere pasti akan berkunjung ke sana," jawabnya. Rina menyerahkan kembali Rachel pada ibunya. Rina beralih pada cucu pertamanya Kenan. "Ken ... apa kamu ingin jadi artis? Sedari tadi kamu asyik membuat video. Nenek dan Kakek mau pulang," ujar Rina. "Kenan lagi buat live story ini. Nenek sangat cantik dalam video ini," ucapnya. Rina terkesiap. "Nenek belum pakai baju bagus. Kalau mau live kasih tahu."Wijaya geleng-geleng kepala. "Ingat umur, Ma.""Ish ... Papa. Tidak ada batasan umur untuk terkenal," protes Rina. "Enggak ada yang ketinggalan?" tanya Aldo. "Tidak ada. Semuanya sudah siap," jawab Wijaya. "Kalau begitu, kita berangkat sek
Aldo menyusul Rere yang masuk ke rumah. Terlihat istrinya itu tengah berkutat di dapur. Aldo masuk ke kamar Rachel. Dia melihat dulu keadaan putrinya. "Masih tidur rupanya," gumam Aldo lalu keluar kamar dengan menutup pintu dengan pelan. Aldo menyusul Rere yang berada di dapur. "Aku akan pesan makanan saja. Kamu tidak perlu memasak. Aku akan membuatkanmu jamu."Rina memang sudah membeli perlengkapan jamu pasca persalinan. Rere enggan untuk meminumnya karena memang rasanya yang pahit. Tapi mertuanya itu berpesan untuk menghabiskannya. Setidaknya sampai empat puluh hari. Aldo membuatkan istrinya itu jamu. Untung saja mama Rina telah menulis satu per satu urutan dari jamu itu. Aldo mengaduknya dengan sedikit air hangat. "Nih ... habiskan," ujar Aldo seraya tangannya menyerahkan larutan jamu. Rere mengambilnya dan masih terdiam. Rasanya yang pahit di indra perasa, masih terbayang-bayang.Aldo mengeluarkan permen dari balik saku celananya. Dia membukanya. "Habiskan dengan sekali tegu
Aldo berkutat membuat sarapan di dapur. Rere masih belum keluar dari kamarnya. Begitu juga dengan Kenan.Hari ini Aldo akan pergi mencari pekerjaan. Papa Wijaya telah meromendasikan beberapa perusahaan yang menjadi rekan bisnis mereka. Aldo membuat dua gelas susu dan juga roti selai. Hari ini Kenan akan sekolah di tempat barunya. Aldo mengetuk kamar Kenan. "Ken ...."Pintu kamar terbuka. Aldo tersenyum melihat Kenan yang sudah rapi. Langsung saja Kenan menuju ruang makan tanpa bertegur sapa dengan sang daddy. Aldo hanya mengelengkan kepalanya. Dia tahu Kenan marah karena masalah semalam. Tadi malam saat keduanya makan malam. Kenan juga diam tanpa bicara. Sedang Rere lebih memilih makan di dalam kamar. Kenan duduk di kursi meja makan. Dia terdiam melihat sarapan yang telah dibuat Aldo."Pagi Kenan," sapa Aldo. "Sarapannya hanya roti dan susu saja. Kamu sarapan dulu. Hari ini Daddy akan mengantarmu ke sekolah.""Kenan pakai sepeda saja berangkatnya. Daddy tidak perlu mengantar.
Kenan datang dari sekolahnya. Dia mengerutkan dahi melihat John di depan pintu rumah. "Kenapa tidak masuk?" tanya Kenan."Aku tidak mau menganggu," jawab John. "Apa mommy bersama daddyku?" tanya Kenan."Ada Dimas di dalam," jawab John lagi. Kenan menjatuhkan sepedanya sembarangan dan membuat John terlonjak kaget. Dia berlari masuk ke dalam rumah."Hei ... kamu membuatku kaget," pekik John. Kenan perlahan masuk ke rumah. Dia mengintip dibalik pintu kamar bayi. Terlihat Dimas dan Rere tengah menimang adiknya. Kenan memutar tubuh menuju arah pintu luar. Dia enggan untuk masuk menyapa Dimas. John mengernyit karena Kenan keluar lagi."Kenapa keluar lagi?" tanya John."Sepertinya aku bakal punya dua daddy dan dua mommy," ucap Kenan."Hah." John melongo. Kenan kembali menaiki sepedanya. Dia hendak pergi kembali. "Aku pergi.""Kamu mau kemana?" tanya John."Entahlah," jawab Kenan.John kasihan kepada anak itu. Dia menatap kepergian Kenan yang kembali mengayuh sepedanya. "Semoga nasi
Paginya Dimas sudah datang ke rumah Rere. Keduanya akan sarapan bersama. Kenan keluar dari kamarnya. Dia sudah berpakaian rapi. Dimas tersenyum melihatnya. "Ken ... kita sarapan bersama. Mommymu tengah membuat sarapan untuk kita."Dimas tengah mengendong Rachel. Sepertinya dialah yang sekarang menjadi daddy bagi keduanya. Mommynya membuat sarapan dan daddy baru menjaga sang adik. "Tidak perlu. Aku sarapan di sekolah saja," jawab Ken. "Ken ... Mommy sudah siapkan sarapan untukmu," ucap Rere yang muncul dari dapur."Aku tidak ingin sarapan. Kalian lanjutkan saja," tolak Kenan. Aldo turun dari tangga samping. Ia melihat ada mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Aldo melirik ke arah jendela kaca. Ada Dimas yang datang dan mengendong putri kecilnya. Aldo menarik napas berat. Rere telah membuktikan ucapannya. Dia akan bersama dengan Dimas. Aldo masuk ke dalam rumah. "Ken ... kamu mau berangkat? Biar Daddy antar.""Baiklah," sahut Kenan. Kenan menghampiri daddynya. Aldo dan Rere s
"Harus dengan apa lagi agar kamu bisa percaya padaku? Aku sudah berubah. Aku mencintaimu," ucap Aldo. "Kamu juga mengatakan hal itu. Tapi apa buktinya? Kamu berkhianat padaku. Kamu memanfaatkanku," teriak Rere. Aldo mendekat pada Rere. Dia meraih kedua tangan Rere dan mengengamnya. "Sudahi ini semua. Apa kamu tidak lelah?" Aldo membawa Rere ke dalam pelukkannya. Air mata Rere meleleh. "Kenapa kamu begitu jahat? Apa karena video itu kamu tidak ingin bersama kekasihmu dan sekarang kamu malah ingin kembali padaku?" Rere beranggapan jika Aldo kembali padanya, hanya karena video skandal Celine dan Dion. Dan memang nyatanya Aldo tidak mau bersama Celine lagi dikarenakan video itu juga. Tapi sebenarnya Aldo sangat mencintai Rere. Dia menyadari hatinya memilih Rere sejak dulu. Dia mencintai dan dari awal Aldo sangat tertarik padanya. Itu sebabnya Aldo memaksa Rere untuk bersamanya. Rere memukul tubuh ringkih Aldo dengan kedua tangannya. Aldo menahan rasa sakit itu. Ini tidak seberapa. A
"Ryan ... kamu di sini?" tanya Rere. "Kamu kaget aku di sini? Aku baru datang dan aku tahu alamat kalian dari mama. Apa yang kamu lakukan, Re. Kamu seperti ini sama saja seperti Aldo," sergah Ryan. "Ini tidak seperti yang kamu kira," sela Dimas. Ryan memang datang untuk menyusul Aldo. Dia ingin menanyakan kembali perihal keputusan Aldo yang ingin berpisah dari Rere. Dan Ryan melihat dengan kepala matanya sendiri, jika Rere dan Dimas memang menjalin hubungan. Ryan memang langsung masuk saja tadi. Sebelumnya dia sudah menelepon Aldo. Tapi sahabat sekaligus saudara angkatnya itu mengatakan, jika dia sedang bekerja.Tadinya Ryan ingin mencoba bicara pada Rere. Dia ingin menyelamatkan kembali pernikahan keduanya. "Sudah jelas kalian tengah bermesraan." Ryan melirik Rere. "Aku tahu Aldo kasar denganmu.Tapi beri dia satu kesempatan, Re.""Aku bisa jelaskan, Ryan," kata Rere lembut."Sejak kamu meninggalkannya, hidupnya hampa. Dia seperti mayat hidup. Setiap malam dia menangis menyesali
Aldo bangun dari tidurnya. Matanya mengerjap dan melihat sisi samping tempat tidur. Sang istri sudah tidak berada lagi di tempatnya. Namun mata Aldo melirik ke arah tepi tempat tidur. Sudah ada pakaian kantor di sana. Itu artinya Rere telah menyiapkan dan kembali melakukan kewajibannya sebagai seorang istri."Terima kasih, Rere," ucap Aldo. Aldo bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dari luar kamar terdengar suara tawa dan canda. Aldo selesai membersihkan diri dan memakai pakaiannya. Dia penasaran karena dari luar seperti banyak sekali orang. Aldo keluar dari kamar. Langkah kakinya menuju ruang makan. Di sana tengah duduk Dimas, Ryan dan juga John. Kaki Aldo melangkah mendekati semuanya. Rere tengah menyiapkan sarapan pagi untuk semuanya dengan dibantu oleh pelayan. Rere tersenyum melihat Aldo sudah siap dengan setelan kantornya. "Al ... duduklah, kita sarapan bersama," kata Rere. Semuanya menoleh pada Aldo. "Selamat pagi," ucap Aldo. "Pagi, Al," ucap Ryan dan Dimas be