"Menarilah," perintah Kenan. "Kenan ... kamu tahu ak-""Aku penyewamu. Jangan banyak bicara," ucap Kenan dingin. Kenan menekan tombol musik. Dia membuka tutup botol minuman lalu menuangkan cairan merah itu ke dalam gelas. Liora naik ke atas meja. Matanya masih menatap Kenan. Dalam hati Liora bertanya-tanya. Apa Kenan juga menginginkan hal yang sama seperti pria lain? Liora membuka ikatan rambutnya. Dia harus bersikap sebagai penghibur sekarang. Karena saat ini dia bukanlah teman Kenan.Liora mulai bergerak. Menyandar pada tiang besi putih. Dia melepas coat yang dipakainya. Kenan menurunkan pandangan matanya. Dia menatap cairan merah pada gelas. Liora melempar coat itu di sofa. Dia mulai meliuk-liuk pada tiang besi itu. Berputar dengan rambutnya yang tergerai. Mengerakkan pinggungnya. Kenan menghabiskan minuman yang ada pada gelasnya. Dia membuka jas yang dia kenakan. Hawa panas menjalar di tubuhnya. Dia membuka tiga kancing kemeja lalu mengulung dua lengan kemejanya sampai ke sik
Liora melindungi matanya dari sinar mentari yang masuk dari celah hordeng. Dia terbangun karena pelayan Kenan yang membuka tirai kamar itu."Selamat pagi, Nona. Cepatlah bersiap. Tuan Kenan menunggu untuk sarapan bersama," kata pelayan wanita. "Dia menungguku?" tanya Liora. Pelayan itu mengangguk. "Iya ... pakaian Nona sudah disiapkan. Pergilah mandi."Liora mengangguk. "Baiklah ... aku akan bersiap."Pelayan itu keluar dari kamar. Liora melirik pakaian yang sudah ada di sisi kosong tempat tidur. Dia turun dari ranjang. Lalu melangkah masuk ke kamar mandi. "Apa dia sudah bangun?" tanya Kenan pada pelayan yang sudah kembali dari kamar Liora. "Sudah, Tuan. Sebentar lagi nona akan keluar," jawabnya. "Hmm." Kenan kembali membaca surat kabar yang ada di tangannya.Liora membuka pintu kamar. Pagi ini Kenan memberinya drees di bawah lutut. Liora menuju ruang makan. Tidak ada yang berubah dari terakhir kali Liora berkunjung ke rumah teman baiknya itu.Liora menelan salivanya. Rasanya dia
"Kenan ... di mana kamu?" teriak Liora."Aku di sini. Kejar aku, Liora," ledek Kenan yang sudah berada di atas anak tangga."Wah ... nantangin nih si Kenan," gumam Liora. Liora berlari menaiki anak tangga mengejar Kenan. Para pelayan yang melihat itu geleng-geleng kepala. Keduanya seperti anak kecil yang kurang bahagia. Padahal umur keduanya sudah dewasa. Kenan masuk ke kamarnya. Begitu juga dengan Liora. Pria itu melempar Lio dengan bantal. Liora tidak mau kalah. Dia juga memukul Kenan dengan guling. "Bawa kemari hidungmu. Aku akan mencubitnya hingga merah," kesal Liora."Ada singa betina mengamuk. Harus waspada," ledek Kenan seraya menghindar dari pukulan guling. Napas Liora terengah-engah. Dia lelah karena terus berlari dan memukul. Tetapi pukulan guling itu tidak terkena sedikitpun di tubuh Kenan. Liora membuang gulingnya. Dia menjatuhkan bebas tubuhnya di atas tempat tidur. Kenan tersenyum melihatnya. Dia juga menjatuhkan tubuhnya di samping Liora. Liora tersenyum. "Kena k
Kenan dan Liora sudah berada di dalam mobil. Karena tidak ingin kejadian kemarin pagi terulang kembali, Kenan memutuskan untuk pergi mengunakan mobilnya. Penampilan Liora kali ini sangat girly. Kenan saja terpesona melihatnya. Padahal dia sendiri yang memilihkan pakaian itu untuk Liora. Liora memakai long dress berbahan chiffon. Rambutnya diikat kuncir kuda. Wajahnya dirias tipis dengan lipstik merah muda di bibirnya. Kenan melirik Liora yang tengah memandang arah jalanan. Mereka berencana menuju Bondi beach. Kenan memakirkan mobilnya di tempat parkir yang tersedia ketika telah sampai di pantai. "Ayo turun," ajak Kenan.Liora turun dari dalam mobil. Ini kedua kalinya Liora menginjakkan kaki di pantai Bondi. Pertama saat berwisata bersama teman sekolahnya lalu kedua saat ini, bersama teman baiknya. "Ramai sekali pengunjungnya," ucap Liora.Kenan sudah memakai kacamata hitamnya. Dia meraih tangan Liora lalu berjalan bersama menuju pantai. "Kamu tunggu di sini Aku akan segera kemb
"Terima kasih sudah mengajakku jalan-jalan," ucap Liora. "Sama-sama. Kamu siap-siap. Besok kita pulang," kata Ken."Dokumenku sudah kamu siapkan?" tanya Liora. "Tenang saja. Kamu hanya perlu membawa tubuhmu saja," jawab Ken.Kenan dan Liora tengah duduk santai di ruang keluarga. Selepas keduanya dari jembatan Harbour itu, Kenan dan Liora belum ingin masuk ke kamar mereka. Keduanya duduk di sofa dan mengobrol kembali."Ken ... di mana aku akan tinggal di sana? Apa keluargamu akan menerimaku? Rasanya aku tidak mau ikut bersamamu, Ken. Bagaimanapun di sini adalah tempatku sejak kecil," tutur Liora."Aku sudah siapkan apartemen untukmu. Kamu bisa tinggal di sana. Lalu bekerja di perusahaanku. Di sana kamu akan lebih baik. Aku bisa menjagamu," terang Kenan. "Bagaimana dengan calon istri dan keluargamu? Mereka pasti tidak setuju kalau kamu membawaku," tanya Liora. "Jangan pikirkan itu, Liora. Turuti kata-kataku. Ikut bersamaku, maka kamu akan aman," ucap Kenan. Liora mengangguk. "Baikl
Pesawat mendarat dengan selamat. Kenan dan Liora turun sambil berpegangan tangan. Pegangannya seperti seorang kekasih yang tidak ingin wanita yang dicintainya lepas.Doni datang menjemput keduanya. Kenan memutuskan untuk pulang malam, karena dia ingin hanya Doni saja yang datang menjemput. "Selamat datang, Tuan," ucap Doni."Tidak ada yang tahu kepulanganku, kan?" tanya Kenan. "Tidak, Tuan," jawab Doni.Liora mengerutkan dahinya. Dalam hati dia bertanya-tanya. Mengapa Kenan harus diam-diam pulang tanpa memberitahukan keluarganya."Ken ... ada yang kamu sembunyikan?" tanya Liora.Kenan mengeleng. "Aku hanya tidak ingin mereka datang menjemputku pada dini hari. Aku juga ingin menunjukkan tempat tinggalmu yang baru.""Seperti itu rupanya," ujar Liora. "Kita pulang sekarang. Selamat datang di Indonesia, Liora," ucap Kenan. Liora tersenyum. "Terima kasih, Kenan."Kenan membawa Liora menuju mobil. Doni juga bertanya-tanya dalam hati. Siapa gerangan wanita yang Kenan bawa. Dia mengetahui
Liora mengerjap lalu membuka matanya perlahan. Tubuhnya susah untuk digerakkan. Liora melihat tangan kekar yang melingkah di atas perutnya. Dia menoleh ke samping. Kenan tertidur pulas dengan memeluknya. Liora menatap wajah tampan yang dalam keadaan tidur saja sangat menarik.Seperti biasanya. Kenan tidur dengan membuka pakaian atasnya. Lengan serta otot-otot perutnya sangat mengiurkan untuk dilihat. Apalagi selimut mereka telah melorot sampai di pinggang.Wajah Liora merah padam saat menatap bagian bawah Kenan. Dia mengigit bibir bawahnya. Celana yang dipakai Kenan sampai di pinggul. Betapa mengoda dan menariknya jika bagian itu sedikit lagi turun. "Kamu ingin melihatnya?" tanya Kenan yang sudah membuka mata.Liora tersentak kaget. "K-k-kamu!"Kenan mendorong Liora hingga tubuh wanita itu telentang. Kenan sudah berada di atasnya. Mata keduanya saling tatap."Kamu ingin merasakan tubuhku?" tanya Kenan."K-kenpa kamu tidur di sini?" tanya balik Lio."Ini apartemen milikku dan kamar i
"Mom ... Kenan pulang," teriaknya. "Ken ... kamu sudah kembali rupanya. Kenapa tidak memberitahu Mommy?" ujar Rere yang langsung memeluk putranya."Kenan tidak ingin merepotkan Mommy," ucapnya. "Ken ... cepat sekali pulangnya? Katanya mau sampai bulan depan," sela Aldo."Kenan sudah bertemu dengan para teman. Jadi Kenan pulang saja," ucapnya. "Besok saja kamu ke kantor. Hari ini biar Daddy saja yang ke kantor. Kamu istirahat saja," kata Aldo. Kenan mengangguk. "Iya. Daddy perginya bersama Doni saja. Dia masih ada di luar.""Baiklah, Daddy pergi dulu." Aldo menghampiri Rere lalu mendaratkan kecupan di kening dan bibir."Malu, Sayang," kata Rere."Kenan juga sudah terbiasa," ucap Aldo. Kenan memutar mata malasnya. Sudah menjadi hal biasa baginya maupun adik-adiknya melihat kemesraan Aldo dan Rere. Tetapi Kenan bahagia karena di masa tua, kedua orang tuanya semakin mesra saja."Ken ... kamu juga harus luangkan waktu untuk acara pertunangan. Sebelum itu kita sekeluarga ziarah dulu k