Mobil Kenan berhenti tepat di depan rumah sewa Liora. Dia keluar dari dalam mobil. Langkah kaki membawanya ke depan pintu. Kenan mengetuk pintu rumah temannya itu. Tok ... tok ... tok ... !Pintu dibuka oleh Liora. "Ken ... kamu di sini?"Kenan membuka kacamatanya. "Apa aku boleh masuk?""Masuklah." Liora menyingkirkan tubuhnya ke samping.Kenan masuk ke dalam rumah dan langsung duduk di sofa. Dia duduk dengan menaikkan kaki kirinya ke atas kaki kanan. "Bersiaplah. Aku ingin bersamamu seharian ini," kata Ken."Kamu ingin apa?" tanya Liora."Aku ingin bersamamu. Ayo ... kita habiskan waktu seharian ini," ajak Ken."Tapi aku harus bekerja siang nanti," kata Liora.Kenan mengembuskan napas berat. "Ini hari libur, Liora. Bersenang-senanglah sedikit. Jangan bekerja terus. Nikmati hari liburmu. Apa kamu tidak lelah dan bosan?""Bosan sih," jawab Liora."Ya sudah ... cepat berkemas. Aku akan menunggumu," ucap Ken."Baiklah ... dalam lima menit aku akan siap," kata Liora. Kenan bersiul ser
"Nona sangat cantik. Gaunnya sangat cocok di tubuh Nona," puji pegawai salon. Liora tersenyum kikuk. "Apa ini cocok untukku? Aku merasa malu sendiri. Aku belum pernah berpenampilan seperti ini.""Benar, Nona memang cantik. Tuan Kenan sangat pandai memilihkan Nona gaun," ucap pegawai salon itu. "Iya, dia sangat pandai dalam segala hal," sahut Liora."Tuan Kenan sudah menunggu Anda. Kita temui dia sekarang." Pegawai salon itu mengiringi Liora menemui Kenan.Liora melihat Kenan yang berbaring dengan bantal yang menutupi wajahnya. Tiba-tiba perasaan Liora gugup kali ini. "Kenan," panggil Liora. Kenan membuka bantal sofa yang menutupi wajahnya. Dia bangkit dari rebahannya. Kenan mengucek kedua matanya. "L-l-liora!"Liora menundukkan wajahnya. Aura malu tengah melandanya sekarang. Liora malu karena berpenampilan berbeda. Dia merasa menjadi orang lain sekarang. "Bagaimana, Tuan? Apa sesuai dengan selera Tuan?" tanya pegawai salon.Kenan mengangguk. "Iya, cantik. Sangat cantik."Sembura
Enam tahun kemudian.Seorang pria tampan baru saja turun dari pesawat. Dia melangkah sembari menyeret koper di tangannya. Wajah putih bersih. Garis rahangnya tegas. Sorot mata tajam dengan tinggi dan bentuk tubuh proporsional. "Kakak," teriak Rachel. "Rachel ... kakak kangen padamu," ucap Kenan. "Ken, Mommy juga kangen," ucap Rere yang memeluk putranya. "Nanti lagi pelukkannya. Kita pulang dulu. Kenan pasti lelah," sela Aldo. "Dad ... Kenan juga kangen sama Daddy." Kenan memeluk Aldo. "Putra Daddy sudah dewasa sekarang." Aldo membalas pelukkan sang anak seraya menepuk pundaknya."Daddy ... katanya tadi, nanti saja pelukkannya. Tapi sekarang ... malah berpelukan bareng Kak Kenan," protes Rachel. "Kan, Kakakmu dulu yang merangkul" sahut Aldo Tin ... tin ... !"Kapan mau naik mobilnya?" teriak Axel dari dalam mobil."Kami datang, Sayang," sahut Rere.Kenan baru saja tiba dari Indonesia. Dia meneruskan pendidikannya di Inggris. Sekalian Kenan di sana juga mengasah kemampuannya dal
Jas mahal melekat indah di tubuh bidang Kenan. Rambutnya disisir rapi. Wewangian disemprotkan sedikit di sekitar leher dan pergelangan tangannya. Malam ini akan diadakan pertemuan keluarga di sebuah restoran yang telah Rere pesan. Kenan keluar dari kamarnya dan berpapasan dengan sang adik Rachel. "Kakak sangat tampan," puji Rachel. Kenan tersenyum. "Kamu juga cantik, Sayang.""Pasti kak Elie langsung jatuh cinta sama Kakak," ucap Rachel."Kamu pernah bertemu dengannya?" tanya Kenan.Rachel mengangguk. "Pernah ... waktu mommy mengundang keluarga om Dimas buat makan malam.""Kamu suka dengannya?" tanya Kenan."Iya ... sepertinya dia baik," jawab Rachel. Dahi Kenan berkerut. "Koq sepertinya?"Rachel menyengir. "Aku belum dekat dengannya dan hanya satu kali bertemu."Kenan mengacak-acak rambut Elie. "Kakak pergi dulu.""Ish ... Kakak, rambutku jadi berantakan," pekik Rachel. Kenan menuruni anak tangga tanpa memperdulikan teriakan dari sang adik. Rere dan Aldo telah berangkat terlebih
"Mom, Dad ... Kenan berangkat dulu," pamitnya. "Sarapannya enggak dihabiskan dulu?" tanya Rere."Kenan sudah kenyang," jawabnya. Kenan mengecup pipi Rere dan itu membuat Aldo berdecak. "Kamu sudah dewasa, Ken. Jangan lagi mengecup pipi Mommy.""Daddy ... sama anak saja cemburu," ucap Ken.Rere memutar mata malas. Aldo masih saja posesif padanya. Kenan beralih mengecup kening Rachel lalu mengacak-acak rambut Axel. "Dia selalu merusak rambutku," kesal Axel.Kenan melangkah keluar dari rumah. Dia masuk ke mobil lalu mengendarai mobilnya menuju kantor. Kenan keluar dari dalam mobil. Dia berjalan di atas karpet merah. Seluruh karyawan tengah menyambut anak dari direktur utama perusahaan. Semua membungkukkan tubuh saat Kenan lewat di hadapan mereka. Kenan sudah disambut oleh sang asisten bernama Doni. "Selamat datang kembali, Tuan," ucap Doni. "Terima kasih," ucap Kenan.Doni memberikan micropon kepada Kenan untuk mengatakan sepatah dua patah kata sambutan. "Selamat pagi semua. Teri
Kenan sampai di rumah. Langsung saja dia menaiki anak tangga menuju kamar tidur. Kenan mengunci pintu. Lalu beranjak membuka lemari pakaian. Dia membuka laci lalu mengambil sebuah kotak. Kenan membuka kotak berwarna biru muda. Dia memgambil ponsel yang berada di sana. Kenan mencoba menghidupkannya kembali. Itu ponsel lamanya yang sudah lama tidak dia gunakan. Di ponsel itu terdapat beberapa foto kenangannya saat tinggal di Australia. Termasuk fotonya bersama teman baiknya Liora."Syukurlah ... ponselnya masih hidup." Kenan mengambil pengisi daya ponsel lalu mendiamkannya sebentar. Selagi menunggu, Kenan membersihkan diri di kamar mandi. Setelah beberapa menit. Kenan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Ken duduk di sisi petiduran. Dia meraih ponsel lama itu. Mencari nomor teman curhatnya Liora. Kenan mencoba mendial nomor itu. Tetapi tidak tersambung. "Liora pasti sudah berganti nomor baru. Sekarang sudah enam tahun berlalu. Apa kabarnya dia? Apa dia suda
"Elie ... aku berangkat. Saat sudah sampai, aku akan mengabarimu," ucap Kenan. Elie mengangguk. "Hati-hati, Ken. Semoga selamat sampai di tujuan."Elie mengantar Kenan sampai ke bandara. Hanya Elie saja yang mengantar. Rere serta Kenan sengaja hanya menyuruh Elie. Mereka ingin ada satu kenangan manis yang akan Kenan tinggalkan pada Elie.Kenan mengusap kepala Elie. "Kamu pulangnya hati-hati.""Iya ...."Kenan melambaikan tangannya. Lalu menyeret koper dan berlalu pergi. Elie berharap saat Kenan pergi ada satu kecupan manis yang calon suaminya itu berikan. Nyatanya Kenan hanya mengusap kepalanya saja. Kenan naik ke pesawat khusus yang akan membawanya ke Negeri kangguru. Dia duduk di kursi pesawat dekat jendela. Dia sudah tidak sabar untuk segera sampai. Kenan ingin bertemu teman baiknya Liora. Sekitar tujuh jam pernerbangan. Kenan sampai di Sydney. Dia keluar dari badan pesawat. Kedatangan Kenan sudah disambut oleh pelayan rumah yang selama ini bertugas menjaga dan merawat rumah Ken
Suara hingar bingar musik mengalun indah. Liora naik ke atas panggung. Meliuk-liukkan tubuh indahnya pada tiang besi penyangga. Bersama dua rekan wanita. Liora menari-nari dengan luwesnyaPara pria penikmat kesenangan itu melempar uang padanya. Mereka mengumpat, memuji serta berteriak memandang para penari itu. "Buka ... buka," teriak mereka. Saat ini Liora masih mengunakan pakaian lengkap. Pertama dia membuka topinya. Lalu pita yang mengikat rambutnya. Rambut itu kini tergerai indah dan berwarna pirang. Rambut asli Liora berwarna hitam dulunya. Wajah yang tidak pernah dipoles itu. Kini dipoles dengan make up yang sedikit tebal. Bibir kering itu, kini menjadi lembab dan mengoda berkat sentuhan lipstik di bibirnya. Liora kini berubah menjadi wanita yang membuat para pria tertarik dan bertekuk lutut di depannya. Liora membuka kaus kaki panjang yang dia kenakan. Kaki jenjang mulus itu semakin membuat para pria tergiur. Liora melemparnya dan para pria berebutan mendapatkannya. "Dia