Suara hingar bingar musik mengalun indah. Liora naik ke atas panggung. Meliuk-liukkan tubuh indahnya pada tiang besi penyangga. Bersama dua rekan wanita. Liora menari-nari dengan luwesnyaPara pria penikmat kesenangan itu melempar uang padanya. Mereka mengumpat, memuji serta berteriak memandang para penari itu. "Buka ... buka," teriak mereka. Saat ini Liora masih mengunakan pakaian lengkap. Pertama dia membuka topinya. Lalu pita yang mengikat rambutnya. Rambut itu kini tergerai indah dan berwarna pirang. Rambut asli Liora berwarna hitam dulunya. Wajah yang tidak pernah dipoles itu. Kini dipoles dengan make up yang sedikit tebal. Bibir kering itu, kini menjadi lembab dan mengoda berkat sentuhan lipstik di bibirnya. Liora kini berubah menjadi wanita yang membuat para pria tertarik dan bertekuk lutut di depannya. Liora membuka kaus kaki panjang yang dia kenakan. Kaki jenjang mulus itu semakin membuat para pria tergiur. Liora melemparnya dan para pria berebutan mendapatkannya. "Dia
Liora bergegas turun dari tangga flat rumahnya. Dia sudah terlambat untuk pergi ke cafe tempatnya bekerja. Siang hari Liora pergi bekerja paruh waktu di sebuah cafe.Dia berlari sambil melihat jam di pergelangan tangan. Liora tidak lagi punya sepeda ataupun kendaraan yang lain. Biasanya Liora menumpang lewat temannya. Atau dia bisa naik angkutan umum dan kereta bawah tanah. Liora berlari karena telat satu menit saja, gajinya akan dipotong. Cafe itu tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit dengan berjalan santai saja sudah bisa. Tapi sekarang, dia terlambat karena ketiduran. Liora mendorong pintu masuk. Napasnya tersengal-sengal karena habis berlari. Pemilik cafe melihat jam di dinding. Dia berdecak karena Liora datang tepat waktu. "Mulailah bekerja," perintah wanita gendut pemilik cafe. "Baik, Nyonya," sahut Liora. Liora mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sana. Gajinya sedikit tapi cukup untuk makan hari-hari dan keperluan lainnya. Liora menuju area dapur da
"Menarilah," perintah Kenan. "Kenan ... kamu tahu ak-""Aku penyewamu. Jangan banyak bicara," ucap Kenan dingin. Kenan menekan tombol musik. Dia membuka tutup botol minuman lalu menuangkan cairan merah itu ke dalam gelas. Liora naik ke atas meja. Matanya masih menatap Kenan. Dalam hati Liora bertanya-tanya. Apa Kenan juga menginginkan hal yang sama seperti pria lain? Liora membuka ikatan rambutnya. Dia harus bersikap sebagai penghibur sekarang. Karena saat ini dia bukanlah teman Kenan.Liora mulai bergerak. Menyandar pada tiang besi putih. Dia melepas coat yang dipakainya. Kenan menurunkan pandangan matanya. Dia menatap cairan merah pada gelas. Liora melempar coat itu di sofa. Dia mulai meliuk-liuk pada tiang besi itu. Berputar dengan rambutnya yang tergerai. Mengerakkan pinggungnya. Kenan menghabiskan minuman yang ada pada gelasnya. Dia membuka jas yang dia kenakan. Hawa panas menjalar di tubuhnya. Dia membuka tiga kancing kemeja lalu mengulung dua lengan kemejanya sampai ke sik
Liora melindungi matanya dari sinar mentari yang masuk dari celah hordeng. Dia terbangun karena pelayan Kenan yang membuka tirai kamar itu."Selamat pagi, Nona. Cepatlah bersiap. Tuan Kenan menunggu untuk sarapan bersama," kata pelayan wanita. "Dia menungguku?" tanya Liora. Pelayan itu mengangguk. "Iya ... pakaian Nona sudah disiapkan. Pergilah mandi."Liora mengangguk. "Baiklah ... aku akan bersiap."Pelayan itu keluar dari kamar. Liora melirik pakaian yang sudah ada di sisi kosong tempat tidur. Dia turun dari ranjang. Lalu melangkah masuk ke kamar mandi. "Apa dia sudah bangun?" tanya Kenan pada pelayan yang sudah kembali dari kamar Liora. "Sudah, Tuan. Sebentar lagi nona akan keluar," jawabnya. "Hmm." Kenan kembali membaca surat kabar yang ada di tangannya.Liora membuka pintu kamar. Pagi ini Kenan memberinya drees di bawah lutut. Liora menuju ruang makan. Tidak ada yang berubah dari terakhir kali Liora berkunjung ke rumah teman baiknya itu.Liora menelan salivanya. Rasanya dia
"Kenan ... di mana kamu?" teriak Liora."Aku di sini. Kejar aku, Liora," ledek Kenan yang sudah berada di atas anak tangga."Wah ... nantangin nih si Kenan," gumam Liora. Liora berlari menaiki anak tangga mengejar Kenan. Para pelayan yang melihat itu geleng-geleng kepala. Keduanya seperti anak kecil yang kurang bahagia. Padahal umur keduanya sudah dewasa. Kenan masuk ke kamarnya. Begitu juga dengan Liora. Pria itu melempar Lio dengan bantal. Liora tidak mau kalah. Dia juga memukul Kenan dengan guling. "Bawa kemari hidungmu. Aku akan mencubitnya hingga merah," kesal Liora."Ada singa betina mengamuk. Harus waspada," ledek Kenan seraya menghindar dari pukulan guling. Napas Liora terengah-engah. Dia lelah karena terus berlari dan memukul. Tetapi pukulan guling itu tidak terkena sedikitpun di tubuh Kenan. Liora membuang gulingnya. Dia menjatuhkan bebas tubuhnya di atas tempat tidur. Kenan tersenyum melihatnya. Dia juga menjatuhkan tubuhnya di samping Liora. Liora tersenyum. "Kena k
Kenan dan Liora sudah berada di dalam mobil. Karena tidak ingin kejadian kemarin pagi terulang kembali, Kenan memutuskan untuk pergi mengunakan mobilnya. Penampilan Liora kali ini sangat girly. Kenan saja terpesona melihatnya. Padahal dia sendiri yang memilihkan pakaian itu untuk Liora. Liora memakai long dress berbahan chiffon. Rambutnya diikat kuncir kuda. Wajahnya dirias tipis dengan lipstik merah muda di bibirnya. Kenan melirik Liora yang tengah memandang arah jalanan. Mereka berencana menuju Bondi beach. Kenan memakirkan mobilnya di tempat parkir yang tersedia ketika telah sampai di pantai. "Ayo turun," ajak Kenan.Liora turun dari dalam mobil. Ini kedua kalinya Liora menginjakkan kaki di pantai Bondi. Pertama saat berwisata bersama teman sekolahnya lalu kedua saat ini, bersama teman baiknya. "Ramai sekali pengunjungnya," ucap Liora.Kenan sudah memakai kacamata hitamnya. Dia meraih tangan Liora lalu berjalan bersama menuju pantai. "Kamu tunggu di sini Aku akan segera kemb
"Terima kasih sudah mengajakku jalan-jalan," ucap Liora. "Sama-sama. Kamu siap-siap. Besok kita pulang," kata Ken."Dokumenku sudah kamu siapkan?" tanya Liora. "Tenang saja. Kamu hanya perlu membawa tubuhmu saja," jawab Ken.Kenan dan Liora tengah duduk santai di ruang keluarga. Selepas keduanya dari jembatan Harbour itu, Kenan dan Liora belum ingin masuk ke kamar mereka. Keduanya duduk di sofa dan mengobrol kembali."Ken ... di mana aku akan tinggal di sana? Apa keluargamu akan menerimaku? Rasanya aku tidak mau ikut bersamamu, Ken. Bagaimanapun di sini adalah tempatku sejak kecil," tutur Liora."Aku sudah siapkan apartemen untukmu. Kamu bisa tinggal di sana. Lalu bekerja di perusahaanku. Di sana kamu akan lebih baik. Aku bisa menjagamu," terang Kenan. "Bagaimana dengan calon istri dan keluargamu? Mereka pasti tidak setuju kalau kamu membawaku," tanya Liora. "Jangan pikirkan itu, Liora. Turuti kata-kataku. Ikut bersamaku, maka kamu akan aman," ucap Kenan. Liora mengangguk. "Baikl
Pesawat mendarat dengan selamat. Kenan dan Liora turun sambil berpegangan tangan. Pegangannya seperti seorang kekasih yang tidak ingin wanita yang dicintainya lepas.Doni datang menjemput keduanya. Kenan memutuskan untuk pulang malam, karena dia ingin hanya Doni saja yang datang menjemput. "Selamat datang, Tuan," ucap Doni."Tidak ada yang tahu kepulanganku, kan?" tanya Kenan. "Tidak, Tuan," jawab Doni.Liora mengerutkan dahinya. Dalam hati dia bertanya-tanya. Mengapa Kenan harus diam-diam pulang tanpa memberitahukan keluarganya."Ken ... ada yang kamu sembunyikan?" tanya Liora.Kenan mengeleng. "Aku hanya tidak ingin mereka datang menjemputku pada dini hari. Aku juga ingin menunjukkan tempat tinggalmu yang baru.""Seperti itu rupanya," ujar Liora. "Kita pulang sekarang. Selamat datang di Indonesia, Liora," ucap Kenan. Liora tersenyum. "Terima kasih, Kenan."Kenan membawa Liora menuju mobil. Doni juga bertanya-tanya dalam hati. Siapa gerangan wanita yang Kenan bawa. Dia mengetahui