Langkah kaki keluar dari bandara. Tangan lentik dengan cat kuku merah menghiasi jari-jarinya. Tangan itu menghentikan taksi lalu masuk ke dalam. "Antar ke alamat ini," perintahnya pada supir taksi dengan mengulurkan sebuah kertas kecil. Supir mengangguk lalu mengantar wanita cantik itu ke alamat tujuannya. Rambut panjangnya digerai di sisi samping. Bagian-bagian sensitifnya terlihat lebih berisi. Sudah dipastikan jika wanita tersebut melakukan perawatan diri membentuk tubuhnya. Celine, wanita itu bernama Celine. Mantan sahabat sekaligus tunangan dari Aldo. Saat ini dirinya juga berada di Australia. Mencoba untuk mengambil hak yang direnggut olehnya. Meminta janji yang telah ditawarkan padanya. Membalas sakit hati yang ditorehkan seseorang pada hatinya. Mobil berhenti di depan sebuah rumah. Celine membayar ongkos taksi dan keluar dari dalam mobil. Supir segera berlalu meninggalkan Celine. Langkah kaki Celine membawanya menuju pintu rumah. Dia menekan bel. Tidak lama pintu terbuk
"Ternyata kamu sudah sembuh. Kenapa kamu ada di sini!" tanya Aldo. Aldo membayar semua barang belanjaannya lalu pergi keluar mini market. Celine mengikutinya dari belakang. "Kamu masih tunanganku," ucap Celine.Aldo memutar tubuh sepenuhnya menghadap Celine. Dia terkekeh geli mendengar apa yang barusan Celine katakan. "Apa aku tidak salah dengar? Tunangan? Kamu pasti masih menganggap kita masih bertunangan karena memang belum ada kata putus dari hubungan ini. Karena sekarang kamu sudah di sini. Maka aku akan mengakhiri hubungan kita. Mulai saat ini kamu bukan tunangan dan kekasihku lagi," ucap Aldo tegas. Celine mengertakkan giginya. Dia menahan amarah yang akan meledak saat ini juga. Mudah sekali bagi Aldo untuk mengakhiri hubungan mereka. Setelah semua yang dia berikan kepada pria itu. Celine layaknya sampah yang dicampakkan begitu saja. Habis manis lalu sepahnya dibuang. "Aku mencintaimu. Memberi segalanya padamu. Kamu berjanji untuk menikahiku. Tapi mana janji itu, huh?" Cel
Celine masih berkeliaran di mini market tempat terakhir dia bertemu dengan Aldo. Kemarin malam dia kehilangan jejak saat mengikuti mobil mantan kekasihnya itu.Lagian itu malam hari dan Aldo pasti menyadari jika ada yang mengikuti mobilnya. Celine mengikuti media sosial milik Kenan. Anak kecil itu sering mengirim foto-foto beserta lokasinya. "Dilihat dari foto ini. Rumah Aldo pasti ada di perumahan elite. Lebih baik aku bertanya saja pada pemilik rumah sewa. Siapa tahu dia mengetahuinya. Daripada menunggu di sini tanpa kepastian."Celine melajukan mobilnya menuju alamat rumah wanita yang mempunyai rumah sewa. Mobil berhenti di rumah yang depannya dihiasi oleh banyak tananam bunga. Celine keluar dari dalam mobil. "Hai ...."Pemilik rumah sewa itu tengah menyiram tanamannya. Wanita itu menoleh. "Hai ... apa ada yang bisa kubantu? Apa ada masalah dengan rumahnya?"Celine tersenyum seraya kepalanya mengeleng. "Tidak ada. Aku ke sini karena ingin menanyakan sebuah alamat kepadamu. Mung
"Sayang ... kami berangkat. Kalian baik-baik di rumah," pesan Aldo. Rere mengangguk. "Iya ... kamu hati-hati di jalan."Rere mendaratkan kecupan ringan di bibir. Lalu berpindah mengecup kening Kenan. "Kamu juga, Ken. Belajar yang pintar.""Ken sudah pintar, Mom," ucapnya. Rere memutar mata malas. "Kamu memang pintar.""Rachel ... Daddy berangkat." Aldo mengecup kedua pipi Rachel yang tengah berada dalam kereta. Begitu juga dengan Kenan yang mengecup pipi adiknya sampai merah dan menangis. Aldo dan Rere hanya geleng-geleng saja akan kelakuan Kenan. Rere mengantar suami dan anaknya sampai ke depan pintu dengan membawa Rachel dalam gendongannya. Dia melambaikan tangan tak kala mobil Aldo sudah menjauh dari pandangan mata."Daddy dan kakakmu sudah pergi. Kita main di dalam saja, oke," ucap Rere pada putri kecilnya. Rere masuk dan menutup pintu. Dia meletakkan Rachel di atas karpet dan memberikan putrinya itu berbagai mainan untuk seusianya. Rere menuju dapur mengambil beberapa poton
Ryan dan Dimas datang menemui Aldo dan keluarga. Keduanya begitu khawartir saat mendengar Celine yang berniat untuk menculik baby Rachel. "Lalu ... di mana Celine sekarang?" tanya Ryan yang telah berada di rumah Aldo dan duduk di sofa seraya menyesap minuman soda kaleng. "Dia di bawa ke dalam sel," jawab Aldo."Ini tidak seperti kamu yang biasanya?" Ryan tampak heran dengan perubahan Aldo. "Siapa bilang? Aku akan melenyapkannya agar dikemudian hari tidak lagi menganggu keluargaku. "Siapa yang kamu suruh?" sekali lagi Ryan bertanya.Aldo mengerling John yang tengah bermain ponsel. Namun tampak sekali pikiran John bukan mengarah ke layar ponsel. Seperti ada sesuatu yang pria dewasa itu pikirkan. "John," panggil Ryan. Pria itu tidak mendengar sama sekali. Dimas yang duduk di sampingnya menyenggol siku temannya itu. John tersentak dan mengerakkan kepalanya seakan bertanya ada apa Dimas menganggunya. "Kenapa melamun?" tanya Dimas. "T-t-tidak ... aku tengah bermain ponsel," jawab J
Mobil John berhenti di parkiran kantor aparat penegak hukum. Dia keluar dari dalam mobil. John akan mengunjungi Celine. Dia melangkah masuk ke dalam kantor. Bicara sedikit kepada petugas. Mengatakan maksud dan tujuannya datang. John duduk di depan kaca transparan. Tidak berapa lama Celine duduk dihadapannya. Keduanya hanya dibatasi oleh kaca tebal. John menempelkan telepon ke telinganya. Begitu juga dengan Celine. "Apa Aldo menyuruhmu kemari? Apa dia ingin menghabisiku?" ~ Celine."Rencananya begitu. Aku yang akan menghabisimu. Tapi Aldo memberimu satu kesempatan lagi. Bertobatlah." ~ John.Celine menarik sebelah sudut bibirnya. "Apa salahku? Dia yang berkhianat. Dia yang punya wanita lain. Dan dengan mudahnya aku percaya, dia akan kembali padaku. Aku tahu ... diriku tidak sempurna."John mengerti akan perasaan Celine. Salah Celine karena dia telah tidur bersama Dion. Awalnya tidak ada apa-apa. Rere yang menjadi perebut di sini. "Aku akan membebaskanmu. Tapi berjanjilah untuk tida
John membawa Celine ke rumahnya. Di mana di sana masih ada Dimas dan Ryan. Keduanya masih belum kembali ke tanah air. John membuka pintu rumah dan mempersilakan Celine untuk masuk. "Hei ... dari mana kamu?" tanya Dimas.Dari balik tubuh John, Celine keluar dan berdiri di samping suaminya. Sontak Ryan dan Dimas kaget akan hal itu. "Kamu membebaskan Celine? Bukankah Aldo bilang untuk membiarkannya dulu beberapa saat," ujar Ryan. "Aku akan bicara pada Aldo nanti. Tapi aku pastikan Celine tidak akan menganggu pernikahan mereka. Karena aku dan Celine sudah menikah tadi," beber John. "Apa?!" Ryan dan Dimas kaget bukan main."Kamu serius ... sudah menikahi Celine?" tanya Dimas seakan tidak percaya. "Aku susah menikahinya. Dan aku harap kalian berdua memakluminya. Aku tahu Celine bersalah karena nekat mengambil bayi Rere. Tapi kalian pasti tahu apa penyebab dari itu semua. Aku mohon pada kalian. Untuk memaafkan Celine. Aku juga akan memberi kabar kepada Aldo dan Rere tentang pernikahanku
"Sayang ... nanti malam John mengundang kita makan malam di rumahnya," teriak Aldo pada sang istri. "Iya ... aku sudah tahu. Tadi John juga sudah menelepon. Dia bilang ingin memperkenalkan seseorang kepada kita," sahut Rere yang keluar dari kamar mandi. "Kita pergi berdua saja. Anak-anak titip kepada mama dan papa saja," ucap Aldo. Kebetulan mama dan papa Aldo berkunjung kembali ke rumah mereka. Kedua orang tua Aldo itu merindukan cucu-cucunya. Keduanya sangat kaget saat mendengar Celine yang berniat ingin menculik Rachel. Tapi syukurlah, jebakan Celine sudah diketahui oleh Aldo dan Rere."Apa John akan memperkenalkan kita pada kekasihnya?" tanya Aldo yang penasaran. "Mungkin saja," jawab Rere. "Tapi ... kapan dia punya kekasih?" kembali Aldo bertanya. "Kenapa malah kamu yang ingin tahu?" tanya Rere balik. Aldo menyengir. "Aku hanya penasaran.""Kita datang saja nanti malam. Biar kamu tidak penasaran. Ryan dan Dimas juga datang. Mereka bilang besok baru pulang," tutur Rere. "A
"Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Liora membersihkan wajahnya dari segala make up yang menempel. Sedang Kenan sudah berada di dalam kamar mandi membersihkan diri. Pintu kamar mandi terdengar dibuka. Kenan keluar dengan rambutnya yang basah. Ia melirik Liora yang masih berkutat membersihkan wajahnya. Sanggul di rambutnya saja belum ia buka. "Belum selesai juga bersihin wajahnya?" Liora menyengir. "Riasannya banyak ditimpa, Ken. Jadi agak susah bersihinnya."Kenan mendekat kemudian membantu melepas jepitan sanggul yang masih belum Liora buka. Ia melepas jepitan hitam dari rambut Liora dengan pelan. "Rambutnya sudah selesai. Kamu cepetan mandi.""Terima kasih, Sayang ... udah bantuin buka jepitan rambutku," ucap Liora seraya bangkit dari duduknya.Kenan memejamkan matanya seraya menunggu Liora dari kamar mandi. Tidak lama Liora keluar. Ia mengosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Sudah tidur rupanya," gumam Liora tak kala melihat Kenan sudah memejamkan matanya. Liora berjalan menuju jendela kamar ho
Gaun pengantin berwarna putih dipakaikan ke tubuh indah Liora. Rambut yang panjang itu juga sudah ditata. Riasan tipis di wajahnya membuat Liora semakin mempesona. Sepatu high heel berwarna putih dengan taburan batu permata terpasang di kaki Liora. Sebuket bunga juga sudah ia pegang. Liora tinggal menunggu datangnya seseorang yang akan menjemputnya untuk dibawa ke Altar pernikahan. Hari ini Liora dan Kenan akan mengikat janji sehidup semati. Karena masalah video itu. Pernikahan Kenan malah ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai. Mereka penasaran dan ingin menyaksikan sepasang kekasih itu saling mengikat janji.Kenan dijuluki sebagai pangeran yang telah menolong seorang gadis miskin bernama Liora. Kisah cinderella terjadi dalam kehidupan nyata. Tiba-tiba saja pasangan Liora dan Kenan menjadi idola. Permen lolipop yang menjadi saksi bisu kedekatan Kenan dan Liora banyak dijual oleh para pedagang dan laris manis. Mereka menamainya permen Kenli. Dalam waktu yang singkat semuanya beruba
"Sayang ... apa kamu yakin?" tanya Kenan.Liora mengangguk. "Iya. Kita adakan saja klarifikasi dan juga umumkan tentang tanggal pernikahan.""Kita pulang saja dulu ke rumah. Kita bicarakan ini bersama daddy dan mommy," ucap Kenan."Iya ... kita pulang saja dulu." Liora meraih tasnya dan Kenan memasukkan kembali laptop ke dalam tas kerja. Keduanya keluar dari dalam ruangan. Kenan mengengam erat jemari tangan calon istrinya itu. Para pengawal yang berada di luar, tetap berjaga-jaga. Kenan dan Liora keluar dari dalam cafe. Para pengunjung sudah dibubarkan oleh pengawal yang Kenan perintahkan. Liora bergegas masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Kenan.Di dunia maya sosok Kenan kembali diungkap. Angel diseret-seret dan menjadikan namanya dikenal kembali. Skandal Aldo juga sempat disinggung. Namun berita itu segera ditutup oleh Kenan dan orang suruhan Aldo. Kenan mengendarai mobilnya menuju kediaman Aldo. Di sana keluarganya sudah menunggu kedatangannya bersama dengan Liora. Di sepa