"Sayang ... nanti malam John mengundang kita makan malam di rumahnya," teriak Aldo pada sang istri. "Iya ... aku sudah tahu. Tadi John juga sudah menelepon. Dia bilang ingin memperkenalkan seseorang kepada kita," sahut Rere yang keluar dari kamar mandi. "Kita pergi berdua saja. Anak-anak titip kepada mama dan papa saja," ucap Aldo. Kebetulan mama dan papa Aldo berkunjung kembali ke rumah mereka. Kedua orang tua Aldo itu merindukan cucu-cucunya. Keduanya sangat kaget saat mendengar Celine yang berniat ingin menculik Rachel. Tapi syukurlah, jebakan Celine sudah diketahui oleh Aldo dan Rere."Apa John akan memperkenalkan kita pada kekasihnya?" tanya Aldo yang penasaran. "Mungkin saja," jawab Rere. "Tapi ... kapan dia punya kekasih?" kembali Aldo bertanya. "Kenapa malah kamu yang ingin tahu?" tanya Rere balik. Aldo menyengir. "Aku hanya penasaran.""Kita datang saja nanti malam. Biar kamu tidak penasaran. Ryan dan Dimas juga datang. Mereka bilang besok baru pulang," tutur Rere. "A
Dimas dan Ryan sudah berada di dalam mobil setelah menghadiri acara barbeque di rumah John. "Tinggal kita lagi yang belum dapat pasangan," ujar Ryan. "Kita ke club saja. Siapa tahu ada wanita cantik yang kesepian," sahut Dimas. "Boleh juga idemu. Kita ke Night Club saja." Ryan melajukan mobilnya menuju club malam. Club yang mereka kunjungi adalah club kelas atas. Hanya orang berduit saja yang bisa masuk ke sana. Ryan memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus. Keduanya keluar dari dalam mobil. Sebelum masuk, keduanya diperiksa dulu. Suara hingar bingar musik memekakkan telinga. Ryan dan Dimas mencari tempat duduk. Ada banyak pria dan wanita yang turun ke lantai dansa. Mengerakkan tubuh mereka. Melepaskan beban yang ada dengan berdansa bersama. "Club ini memang super mewah," ucap Dimas. "Dulu aku dan Aldo pernah sekali kemari. Saat itu kami tengah liburan," ujar Ryan. "Apa kalian dapat pasangan di sini?" tanya Ryan. Ryan mengeleng. "Tidak ... hanya wanita satu malam saja. I
"Hah ... hah ... !" Napas Liora terengah-engah. Dia lelah berlari demi es balok yang dipegangnya tidak mencair. Es itu untuk keperluan sang model yang akan melakukan pemotretan. Liora kembali berlari di tengah hamparan pasir putih menghampiri kerumunan para staf fotografer. "Bos ... ini es baloknya," kata Liora terengah-engah. "Kenapa lama sekali sih? Wajahku sudah kepanasan," kata Kenan. "Maaf, Bos. Yang jual es balok tidak ada. Aku membelinya di tempat yang sedikit jauh," tukas Liora. "Kamu hancurkan es itu. Aku ingin mengompres wajahku," perintah Kenan. "Siap, Bos," ucap Liora. Liora berlalu dari hadapan Kenan. Dia melakukan apa yang atasannya itu perintahkan. Kini usia Kenan sudah dua puluh satu tahun. Menjadi seorang model ternama dan juga pengusaha seperti ayahnya. Wajah tampan keturunan dari sang ibu dan juga ayahnya. Mata tajam hitam pekat. Dengan rambut kecoklatan yang dia warisi dari keduanya. Liora teman sekaligus asisten dari Kenan saat menjadi model. Hanya selama
Mobil Lena berhenti tepat di depan rumah sewa kecil. Rumah itu terlihat sepi. Lampu rumah masih belum dinyalakan. Karena memang hari sudah gelap. Sebelumnya Lena mengajak Liora untuk makan terlebih dulu. Perjalanan yang memakan waktu, membuat keduanya sampai malam hari. Liora melepas sabuk pengaman dari tubuhnya. "Terima kasih atas tumpangannya, Lena.""Sama-sama. Sampai ketemu lagi lusa," ucap Lena. Liora keluar dari dalam mobil. Jendela kaca diturunkan. "Kamu hati-hati di jalan. Sampai ketemu lagi." Liora melambaikan tangannya. Lena melajukan mobil. Liora melangkah masuk setelah mobil Lena hilang dari pandangan matanya. "Aku lupa membayar tagihan lampunya," gumam Liora. Liora mendorong pintu. Rumahnya gelap gulita dan hanya ada satu lilin sebagai penerang. "Bu," panggilnya. "Kamu sudah pulang, Nak. Lampunya mati," kata Ibu Liora yang keluar dari kamar dengan membawa lilin."Aku lupa membayarnya. Besok aku akan pergi melunasi tagihannya," jawab Liora. "Pemilik rumah tadi dat
Liora keluar dari kamar inap Kenan. Hari ini dia mendapat banyak uang. Kenan memberinya seratus dollar dan dari kamar sebelumya. Liora mendapat seratus lima puluh dollar. Liora kembali ke tempat para pekerja. Dia mendapat jatah istirahat satu jam. Liora memanfaatkan jam itu untuk tidur sejenak. Besok siang dia harus bekerja di mini market dekat rumah. Liora tidur sambil duduk. Namun suara bising menganggunya. Liora membuka matanya. para rekan kerjanya tengah membicarakan seorang model pria. "Kalian sedang apa?" tanya Liora. "Lihat ini, Liora. Modelnya sangat tampan. Sangat cocok dengan wanita ini," ucapnya."Aku dengar mereka berteman sejak kecil. Apa sekarang mereka sepasang kekasih?" tanya yang lainnya."Model mana yang kalian bicarakan?" tanya Liora. "Kenan Pratama. Dia itu pacar khalayanku. Andai aku bisa bersamanya," ucap wanita itu lagi. Liora mendengus mendengarnya. Dia bosan melihat wajah atasannya itu. Liora menjauh dari para rekannya. Dia kembali memejamkan mata. "Lio
"Hah ... hah ... awas kamu Liora. Aku sampai dikejar-kejar oleh mereka," kesal Kenan. Kenan bersembunyi dibalik mobil para pengunjung di parkiran. Hampir saja dia tertangkap oleh para pengemarnya. Ini resikonya sebagai model yang tengah naik daun. Liora mencari-cari keberadaan Kenan. Dia sudah mendapatkan mainan yang diinginkan oleh atasannya itu. "Kenan di mana? Apa dia sudah pulang duluan?" tanya Liora pada dirinya sendiri. Liora memutuskan mencari Kenan di tempat parkiran motor. "Motornya masih ada di sini. Di mana dia?""Hmmph." Liora memukul- mukul tangan yang membekapnya. "Ini aku, Kenan," ucapnya. Liora terdiam saat Kenan membawa tubuhnya ke balik tembok. Kenan melepas tangannya. Dia mengukung tubuh Liora dengan satu tangannya."Kamu telah curang. Bayaranmu dikurangi seratus," ujar Kenan."Enak saja. Mana bisa begitu. Aku sudah mendapatkan mainan yang kamu mau. Bayaranku harus full," protes Liora. "Tapi aku juga berperan di sini. Kamu membuatku dikejar-kejar oleh mereka,
Pagi-pagi sekali Liora telah berada di rumah Kenan. Rumah yang Kenan tempati adalah rumah peninggalan Aldo dan Rere. Sebagai seorang asisten. Liora harus paham betul dengan apa yang dibutuhkan oleh atasannya. Pakaian ganti, perawatan kulit serta vitamin harus siap sedia di dalam tas. Kadang-kadang Kenan juga menginginkan cemilan disaat pemotretan. Liora harus menyiapkan itu semua. "Semua sudah siap. Tinggal membangunkan bos saja," gumam Liora. Liora menaiki anak tangga. Dia menuju kamar Kenan yang berada di atas. Liora mengetuk pintu kamar. Tetapi Kenan belum membukanya. Liora memutar handle pintu lalu masuk ke dalam. Kenan masih tertidur pulas di ranjangnya yang empuk. Liora tersenyum melihat penampakan itu. Wajah tampan Kenan dapat dia nikmati dengan puas. Siapa yang tidak kagum dengan Kenan.Model yang tengah digandrungi oleh banyak kalangan. Hampir semua wanita menginginkannya. Apalagi melihat Kenan yang tidur dengan sebagian tubuh polosnya. Bisa dipastikan jika para wanita
"Minumnya, Bos." Liora menyodorkan botol minum kepada Kenan."Liora ... aku kepanasan," kata Kenan.Liora mengambil kipas tangan lalu mengipas tubuh Kenan. Kancing baju sudah dibuka. Ruangan pendingin seolah tidak bekerja di dalam studio foto itu. "Ken ... aku pulang duluan, yah. Temanku menjemput," ucap Angel."Enggak jadi pulang bersama?" tanya Kenan."Aku ingin bersenang-senang dengan temanku. Kebetulan hari ini adalah hari terakhirnya di kota ini. Besok dia harus pergi ke luar negeri," terang Angel. "Begitu, baiklah ... kamu hati-hati," ucap Kenan.Angel mengecup pipi kiri dan kanan kekasihnya. Dia berlalu pergi dari studio foto. Di luar studio sudah ada yang menunggu Angel. "Sudah lama?" tanya Angel."Untukmu ... aku siap untuk menunggu kapanpun," jawab seorang pria. Angel masuk ke dalam mobil. Pria itu melajukan mobilnya dari depan studio foto itu. Liora sibuk berberes. Kenan sudah selesai melakukan foto shoot. Hari sudah sore dan waktunya untuk pulang. Kenan sudah berganti