Liora telah bersiap dengan pakaian rapi. Hari ini dia akan pergi melamar sebagai office girl di kantor Kenan. Surat lamaran sudah dia persiapkan. Liora keluar dari kamar tidur. Ibunya sudah menunggu di meja makan. Hari ini sarapannya hanya roti lapis dengan segelas susu. Sedikit lebih sehat daripada sebelumnya. Biasanya hanya nasi campur telur dan air putih saja. Liora mendapat banyak uang akhir-akhir ini. Uang itu bisa untuk mencicil hutangnya untuk waktu satu bulan. Liora duduk di kursi makan. Dia memakan sarapannya dengan lahap. Sang ibu mengusap puncak kepala putrinya. Meski hidup serba kekurangan. Liora tidak pernah mengeluh sama sekali. "Hari ini jadi, pergi melamarnya?" tanya Ibu Liora.Sang anak mengangguk. "Iya, Bu. Semoga saja diterima.""Semoga saja, Sayang. Ibu hanya tidak ingin kamu bekerja pada siang dan malam dibanyak tempat," tutur Ibu Liora. "Rencananya jika mendapatkan pekerjaan ini. Setelah pulangnya, aku bisa bekerja paruh waktu di mini market pada malam har
Tok ... tok ... tok ... !Liora mengetuk pintu ruangan Kenan sebanyak tiga kali. Namun tidak ada sahutan dari dalam sana. Sekali lagi Liora mengetuk pintu ruangan barulah terdengar suara Kenan yang menyuruhnya untuk masuk. Pintu ruangan didorong oleh Liora. Dia masuk dan sudah ada Kenan yang duduk di sofa. Ada banyak makanan di meja. Mungkin Kenan akan makan siang begitu pikir Liora. "Kenapa tidak masuk saja sih?" kesal Kenan."Maaf, Bos. Siapa tahu saja Bos ada tamu di dalam," jawab Liora. "Ini jam istirahat. Panggil biasa saja," ujar Kenan. "Ini kopinya." Liora meletakkan kopi di meja. "Kamu tahu sendiri aku tidak suka kopi." Kenan mendorong jauh kopi itu."Kalau tidak suka kopi, kenapa menyuruhku mengantarkan kopi untukmu. Buatku capek saja," kesal Liora. "Itu hanya alasan. Aku menyuruhmu kemari untuk makan siang bersama. Pasti kamu hanya makan roti saja," terka Kenan."Tebakkanmu benar, Ken. Aku baru saja makan roti." Liora menyengir. Kenan memutar mata malas. "Aku sudah t
Kenan telah bersiap untuk pergi ke kantor agennya. Dia keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga. Dua pengawal pribadinya telah bersiap mendampingi."Kita langsung berangkat saja," perintah Kenan. "Siap, Tuan."Kenan keluar dari rumah lalu masuk ke dalam mobil. Supir menghidupkan mesin lalu mengemudikannya menuju arah kantor. Di depan gedung perkantoran sudah sangat ramai oleh para pencari berita. Mobil sedikit melambat karena ada satu mobil yang telah sampai terlebih dulu. Angel keluar dari dalam mobil itu. Dia tetap berpenampilan dengan glamour. Kenan berdecak melihatnya dari dalam mobil. Setelah mobil Angel berlalu. Giliran mobil Kenan yang masuk menuju pintu depan lobby. Pintu dibuka oleh petugas. Kenan keluar dari dalam tanpa senyum menghiasi bibirnya.Kenan langsung saja berjalan masuk dengan para pengawal. Hari ini konferensi pers itu tiba. Kenan dengan memakai kacamata hitamnya duduk berdampingan bersama dengan Angel. Angel melirik mantan kekasihnya. Bukan mantan tetapi
Mobil Kenan berhenti tepat di depan rumah sewa Liora. Dia keluar dari dalam mobil. Langkah kaki membawanya ke depan pintu. Kenan mengetuk pintu rumah temannya itu. Tok ... tok ... tok ... !Pintu dibuka oleh Liora. "Ken ... kamu di sini?"Kenan membuka kacamatanya. "Apa aku boleh masuk?""Masuklah." Liora menyingkirkan tubuhnya ke samping.Kenan masuk ke dalam rumah dan langsung duduk di sofa. Dia duduk dengan menaikkan kaki kirinya ke atas kaki kanan. "Bersiaplah. Aku ingin bersamamu seharian ini," kata Ken."Kamu ingin apa?" tanya Liora."Aku ingin bersamamu. Ayo ... kita habiskan waktu seharian ini," ajak Ken."Tapi aku harus bekerja siang nanti," kata Liora.Kenan mengembuskan napas berat. "Ini hari libur, Liora. Bersenang-senanglah sedikit. Jangan bekerja terus. Nikmati hari liburmu. Apa kamu tidak lelah dan bosan?""Bosan sih," jawab Liora."Ya sudah ... cepat berkemas. Aku akan menunggumu," ucap Ken."Baiklah ... dalam lima menit aku akan siap," kata Liora. Kenan bersiul ser
"Nona sangat cantik. Gaunnya sangat cocok di tubuh Nona," puji pegawai salon. Liora tersenyum kikuk. "Apa ini cocok untukku? Aku merasa malu sendiri. Aku belum pernah berpenampilan seperti ini.""Benar, Nona memang cantik. Tuan Kenan sangat pandai memilihkan Nona gaun," ucap pegawai salon itu. "Iya, dia sangat pandai dalam segala hal," sahut Liora."Tuan Kenan sudah menunggu Anda. Kita temui dia sekarang." Pegawai salon itu mengiringi Liora menemui Kenan.Liora melihat Kenan yang berbaring dengan bantal yang menutupi wajahnya. Tiba-tiba perasaan Liora gugup kali ini. "Kenan," panggil Liora. Kenan membuka bantal sofa yang menutupi wajahnya. Dia bangkit dari rebahannya. Kenan mengucek kedua matanya. "L-l-liora!"Liora menundukkan wajahnya. Aura malu tengah melandanya sekarang. Liora malu karena berpenampilan berbeda. Dia merasa menjadi orang lain sekarang. "Bagaimana, Tuan? Apa sesuai dengan selera Tuan?" tanya pegawai salon.Kenan mengangguk. "Iya, cantik. Sangat cantik."Sembura
Enam tahun kemudian.Seorang pria tampan baru saja turun dari pesawat. Dia melangkah sembari menyeret koper di tangannya. Wajah putih bersih. Garis rahangnya tegas. Sorot mata tajam dengan tinggi dan bentuk tubuh proporsional. "Kakak," teriak Rachel. "Rachel ... kakak kangen padamu," ucap Kenan. "Ken, Mommy juga kangen," ucap Rere yang memeluk putranya. "Nanti lagi pelukkannya. Kita pulang dulu. Kenan pasti lelah," sela Aldo. "Dad ... Kenan juga kangen sama Daddy." Kenan memeluk Aldo. "Putra Daddy sudah dewasa sekarang." Aldo membalas pelukkan sang anak seraya menepuk pundaknya."Daddy ... katanya tadi, nanti saja pelukkannya. Tapi sekarang ... malah berpelukan bareng Kak Kenan," protes Rachel. "Kan, Kakakmu dulu yang merangkul" sahut Aldo Tin ... tin ... !"Kapan mau naik mobilnya?" teriak Axel dari dalam mobil."Kami datang, Sayang," sahut Rere.Kenan baru saja tiba dari Indonesia. Dia meneruskan pendidikannya di Inggris. Sekalian Kenan di sana juga mengasah kemampuannya dal
Jas mahal melekat indah di tubuh bidang Kenan. Rambutnya disisir rapi. Wewangian disemprotkan sedikit di sekitar leher dan pergelangan tangannya. Malam ini akan diadakan pertemuan keluarga di sebuah restoran yang telah Rere pesan. Kenan keluar dari kamarnya dan berpapasan dengan sang adik Rachel. "Kakak sangat tampan," puji Rachel. Kenan tersenyum. "Kamu juga cantik, Sayang.""Pasti kak Elie langsung jatuh cinta sama Kakak," ucap Rachel."Kamu pernah bertemu dengannya?" tanya Kenan.Rachel mengangguk. "Pernah ... waktu mommy mengundang keluarga om Dimas buat makan malam.""Kamu suka dengannya?" tanya Kenan."Iya ... sepertinya dia baik," jawab Rachel. Dahi Kenan berkerut. "Koq sepertinya?"Rachel menyengir. "Aku belum dekat dengannya dan hanya satu kali bertemu."Kenan mengacak-acak rambut Elie. "Kakak pergi dulu.""Ish ... Kakak, rambutku jadi berantakan," pekik Rachel. Kenan menuruni anak tangga tanpa memperdulikan teriakan dari sang adik. Rere dan Aldo telah berangkat terlebih
"Mom, Dad ... Kenan berangkat dulu," pamitnya. "Sarapannya enggak dihabiskan dulu?" tanya Rere."Kenan sudah kenyang," jawabnya. Kenan mengecup pipi Rere dan itu membuat Aldo berdecak. "Kamu sudah dewasa, Ken. Jangan lagi mengecup pipi Mommy.""Daddy ... sama anak saja cemburu," ucap Ken.Rere memutar mata malas. Aldo masih saja posesif padanya. Kenan beralih mengecup kening Rachel lalu mengacak-acak rambut Axel. "Dia selalu merusak rambutku," kesal Axel.Kenan melangkah keluar dari rumah. Dia masuk ke mobil lalu mengendarai mobilnya menuju kantor. Kenan keluar dari dalam mobil. Dia berjalan di atas karpet merah. Seluruh karyawan tengah menyambut anak dari direktur utama perusahaan. Semua membungkukkan tubuh saat Kenan lewat di hadapan mereka. Kenan sudah disambut oleh sang asisten bernama Doni. "Selamat datang kembali, Tuan," ucap Doni. "Terima kasih," ucap Kenan.Doni memberikan micropon kepada Kenan untuk mengatakan sepatah dua patah kata sambutan. "Selamat pagi semua. Teri