Aldo membuka matanya. Dia terbangun dari tidur lelapnya. Dengan perlahan dia mengerakkan tangannya. Sedikit-sedikit tangan itu bergerak.Aldo juga mencoba mengerakkan kakinya. Dengan perlahan dia menurunkan kakinya dari ranjang tidur. Braakk ... !Aldo terjatuh dari tempat tidur. Dia meneteskan air mata. Bagaimana dia akan pergi menyusul istri dan anaknya. Kondisinya saja seperti pria lumpuh. Pintu kamar terbuka. Perawat pria datang dan segera membantu Aldo bangun."Tuan ... kenapa tidak memencet tombol saja. Saya akan datang jika diperlukan," ucap perawat itu. Ada satu tombol pemanggil di kamar Aldo. Jika ditekan maka perawat akan datang ke kamarnya. Aldo didudukkan di kursi roda. "Kita mandi dulu. Setelah itu saya akan menjemur Tuan. Cuaca pagi ini sangat cerah."Pelayan menyiapkan air hangat untuk Aldo. Lalu membantu Aldo untuk membersihkan dirinya. Setelah siap, pelayan itu membawa Aldo turun.Seperti biasanya. Aldo akan berjemur di pagi hari. Rina dan Wijaya tersenyum melih
"Seminggu lagi Anda datang kemari. Posisinya normal. Semuanya baik-baik saja. Hanya tunggu waktu saja," jelas Dokter. "Apa tidak apa-apa lewat begini?" tanya Rere. Kandungan Rere sudah mencapai 40 minggu. Namun tanda-tanda untuk melahirkan tidak ada sama sekali. "Tidak apa-apa, karena kandungan Anda tidak bersalah. Kita akan tunggu 42 minggu batasnya. Jika masih belum keluar tanda-tanda melahirkan. Maka akan kami beri tindakan," ucap Dokter. Rere tidak ingin melakukan operasi caesar. Menurutnya kondisi pulihnya akan lama. Tidak seperti melahirkan secara normal. Apalagi dia hanya berdua dengan Kenan. Tidak ada siapapun yang menemani. Kenan mengecup hasil USG adik bayinya. "Kapan dia akan lahir, Mom?""Sebentar lagi, Ken," jawab Rere. Rere beralih pada Dokter. "Terima kasih, Dok. Minggu depan saya akan kembali."Dokter mengangguk. "Sama-sama, Nyonya."Rere membawa Kenan keluar dari ruangan Dokter. Kenan mengusap perut besar mommynya. "Mom ... apa adik Kenan perempuan?" tanyan
"Ini Kakek, Ken," ujar Wijaya. Mata Kenan menatap Aldo yang duduk di kursi roda. Dia teringat akan ucapan dari John dan Rere. Daddynya sendiri telah memukul wanita yang melahirkannya. Dan membuatnya berada di negeri orang. "Kalian siapa?" tanya John. "Kami mertua Rere," sahut Rina. "Masuklah," kata John Kenan menghadang semuanya untuk masuk. "Kenapa Daddy datang?! Apa Daddy ingin memukul mommy lagi?" John tersentak akan ucapan Kenan. Dia tidak mengira jika Kenan mengetahui sifat buruk Aldo. Aldo meraih tangan kecil Kenan. "Maafkan Daddy, Ken. Sungguh Daddy minta maaf padamu."Kenan mendorong kursi roda Aldo. "Kenan membenci Daddy." Kenan hendak pergi tetapi John meraih tangannya. "Mau kemana?" Kenan melepas tangannya. "Lepaskan!"Aldo meraih tangan Kenan dan membawa tubuh putranya itu ke dalam pelukan hangatnya. Kenan meronta minta dilepas. Tapi Aldo memeluknya dengan kuat. "Dengarkan Daddy, Ken. Semuanya memang Daddy yang salah."Kenan melepas pelukkan Aldo. Dia Mendoron
Rere mengerjap. Dia membuka matanya dengan perlahan. "Ken ...."Rina dan Wijaya yang duduk di sofa segera menghampiri menantunya. Rere memandang mertuanya. "Di mana Kenan dan putriku? Apa kalian kemari untuk mengambilnya? Kumohon ... jangan ambil mereka dariku," lirih Rere dengan terisak. Rina mengeleng. "Tidak, Nak. Kami di sini karena kami ingin menjemputmu. Membawamu pulang ke rumah yang memang seharusnya tempatmu tinggal.""Rere ... kami tahu, Aldo banyak bersalah padamu. Maafkan kami karena tidak mendidiknya dengan benar. Kami di sini bukan untuk mengambil anak-anakmu. Tapi ingin menjemputmu, Nak," ucap Wijaya. "Tapi kalian punya menantu lain. Kalian menginginkan anakku untuknya. Jangan lakukan itu ... kumohon," ucap Rere. Rina mengeleng. "Kamu menantu kami. Hanya kamu seorang, Re."Rina mengusap puncak kepala Rere. Tidak ada niatan baginya untuk mengantikan Rere dengan wanita lain. Rina sudah menyukai Rere saat keduanya bertemu. Pintu ruangan terbuka. Menampilkan Aldo dan
Aldo tertidur di sofa rumah sakit. Kenan sudah bersama nenek dan kakeknya di rumah. Hanya Aldo yang menemani Rere saat ini. Besok Rere sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Dengan perlahan Rere turun dari ranjang. Putri kecil mereka menangis. Aldo mengerjap. Dia terbangun dari tidur lelapnya. Aldo bergegas karena melihat Rere perlahan mendekati putrinya. "Biar aku saja. Kamu duduklah," ucap Aldo. Rere kembali duduk di ranjang. Aldo memeriksa putri mereka. "Popoknya kotor.""Bawa dia kemari. Akan aku ganti," kata Rere. Aldo mengambil putri kecilnya. Lalu meletakkannya di ranjang pasein. Dia mengambil segala keperluan ganti si kecil. Rere menganti popok kotor putrinya dengan yang baru. Aldo memperhatikan hal itu. Selesai dengan itu, kembali Aldo membereskan semuanya. Rere menyusui putrinya. Kembali Aldo memperhatikan keduanya. Rere masih dingin. Tidak ada obrolan hangat ataupun acara saling sentuh menyentuh.Rere hanya bicara jika dia perlu saja. Selebihnya Rere akan diam dan
Rere duduk di kursi roda. Aldo mendorong kursi roda keluar rumah sakit. Administrasi sudah diurus olehnya. Rere mengernyit, melihat mobil berwarna merah yang dia beli terparkir manis di parkiran. "Ini mobilku," ujar Rere. "Iya ... ini mobilmu. Aku meminjamnya untuk membawamu pulang," kata Aldo. Aldo membuka pintu mobil bagian belakang. Dia mengambil alih Rachel terlebih dulu. Tempat tidur bayi sudah disiapkan di dalam mobil. Aldo meletakkan Rachel terlebih dulu. Setelah itu membantu Rere untuk masuk ke mobil. Aldo masuk menyusul. Menghidupkan mesin dan mengemudikannya menuju rumah baru. Di dalam perjalanan tidak ada satu pun yang bicara.Rere terdiam dan begitu juga dengan Aldo. Suasana kembali canggung. Setiap Aldo bicara kepada Rere. Yang ada hanya jawaban ketus dan bernada marah yang Aldo dapatkan. Rere mengernyit menatap perumahan elite yang dia lewati. "Apa kita ke rumah baru?" Aldo mengangguk. "Iya ... kita langsung saja ke rumah baru. Kenan juga sudah ada di sana.""Ba
"Semoga sampai ditujuan Ma, Pa," ucap Rere. "Terima kasih, Sayang," balas Rina. Rina dan Wijaya akan kembali pulang hari ini. Perawat yang mereka bawa juga ikut pulang. Rina mengambil alih Rachel. "Nenek pulang, Sayang." Rina mengecup kecil kedua pipi cucunya. Dia menoleh memandang Rere. "Liburan musim ini, kalian pulang ke Indonesia.""Iya, Ma. Rere pasti akan berkunjung ke sana," jawabnya. Rina menyerahkan kembali Rachel pada ibunya. Rina beralih pada cucu pertamanya Kenan. "Ken ... apa kamu ingin jadi artis? Sedari tadi kamu asyik membuat video. Nenek dan Kakek mau pulang," ujar Rina. "Kenan lagi buat live story ini. Nenek sangat cantik dalam video ini," ucapnya. Rina terkesiap. "Nenek belum pakai baju bagus. Kalau mau live kasih tahu."Wijaya geleng-geleng kepala. "Ingat umur, Ma.""Ish ... Papa. Tidak ada batasan umur untuk terkenal," protes Rina. "Enggak ada yang ketinggalan?" tanya Aldo. "Tidak ada. Semuanya sudah siap," jawab Wijaya. "Kalau begitu, kita berangkat sek
Aldo menyusul Rere yang masuk ke rumah. Terlihat istrinya itu tengah berkutat di dapur. Aldo masuk ke kamar Rachel. Dia melihat dulu keadaan putrinya. "Masih tidur rupanya," gumam Aldo lalu keluar kamar dengan menutup pintu dengan pelan. Aldo menyusul Rere yang berada di dapur. "Aku akan pesan makanan saja. Kamu tidak perlu memasak. Aku akan membuatkanmu jamu."Rina memang sudah membeli perlengkapan jamu pasca persalinan. Rere enggan untuk meminumnya karena memang rasanya yang pahit. Tapi mertuanya itu berpesan untuk menghabiskannya. Setidaknya sampai empat puluh hari. Aldo membuatkan istrinya itu jamu. Untung saja mama Rina telah menulis satu per satu urutan dari jamu itu. Aldo mengaduknya dengan sedikit air hangat. "Nih ... habiskan," ujar Aldo seraya tangannya menyerahkan larutan jamu. Rere mengambilnya dan masih terdiam. Rasanya yang pahit di indra perasa, masih terbayang-bayang.Aldo mengeluarkan permen dari balik saku celananya. Dia membukanya. "Habiskan dengan sekali tegu
"Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Liora membersihkan wajahnya dari segala make up yang menempel. Sedang Kenan sudah berada di dalam kamar mandi membersihkan diri. Pintu kamar mandi terdengar dibuka. Kenan keluar dengan rambutnya yang basah. Ia melirik Liora yang masih berkutat membersihkan wajahnya. Sanggul di rambutnya saja belum ia buka. "Belum selesai juga bersihin wajahnya?" Liora menyengir. "Riasannya banyak ditimpa, Ken. Jadi agak susah bersihinnya."Kenan mendekat kemudian membantu melepas jepitan sanggul yang masih belum Liora buka. Ia melepas jepitan hitam dari rambut Liora dengan pelan. "Rambutnya sudah selesai. Kamu cepetan mandi.""Terima kasih, Sayang ... udah bantuin buka jepitan rambutku," ucap Liora seraya bangkit dari duduknya.Kenan memejamkan matanya seraya menunggu Liora dari kamar mandi. Tidak lama Liora keluar. Ia mengosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Sudah tidur rupanya," gumam Liora tak kala melihat Kenan sudah memejamkan matanya. Liora berjalan menuju jendela kamar ho
Gaun pengantin berwarna putih dipakaikan ke tubuh indah Liora. Rambut yang panjang itu juga sudah ditata. Riasan tipis di wajahnya membuat Liora semakin mempesona. Sepatu high heel berwarna putih dengan taburan batu permata terpasang di kaki Liora. Sebuket bunga juga sudah ia pegang. Liora tinggal menunggu datangnya seseorang yang akan menjemputnya untuk dibawa ke Altar pernikahan. Hari ini Liora dan Kenan akan mengikat janji sehidup semati. Karena masalah video itu. Pernikahan Kenan malah ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai. Mereka penasaran dan ingin menyaksikan sepasang kekasih itu saling mengikat janji.Kenan dijuluki sebagai pangeran yang telah menolong seorang gadis miskin bernama Liora. Kisah cinderella terjadi dalam kehidupan nyata. Tiba-tiba saja pasangan Liora dan Kenan menjadi idola. Permen lolipop yang menjadi saksi bisu kedekatan Kenan dan Liora banyak dijual oleh para pedagang dan laris manis. Mereka menamainya permen Kenli. Dalam waktu yang singkat semuanya beruba
"Sayang ... apa kamu yakin?" tanya Kenan.Liora mengangguk. "Iya. Kita adakan saja klarifikasi dan juga umumkan tentang tanggal pernikahan.""Kita pulang saja dulu ke rumah. Kita bicarakan ini bersama daddy dan mommy," ucap Kenan."Iya ... kita pulang saja dulu." Liora meraih tasnya dan Kenan memasukkan kembali laptop ke dalam tas kerja. Keduanya keluar dari dalam ruangan. Kenan mengengam erat jemari tangan calon istrinya itu. Para pengawal yang berada di luar, tetap berjaga-jaga. Kenan dan Liora keluar dari dalam cafe. Para pengunjung sudah dibubarkan oleh pengawal yang Kenan perintahkan. Liora bergegas masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Kenan.Di dunia maya sosok Kenan kembali diungkap. Angel diseret-seret dan menjadikan namanya dikenal kembali. Skandal Aldo juga sempat disinggung. Namun berita itu segera ditutup oleh Kenan dan orang suruhan Aldo. Kenan mengendarai mobilnya menuju kediaman Aldo. Di sana keluarganya sudah menunggu kedatangannya bersama dengan Liora. Di sepa