Beranda / Romansa / I Got You / Bagian 71 - Komunikasi Jujur

Share

Bagian 71 - Komunikasi Jujur

Penulis: Bee Happy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

"Hiks ..., hiks ...."

"Aku baik Regina."

"Hiks ..., hiks ...."

"Regina."

Iya itu yang terisak Regina. "Hiks ...." Istri Raymond yang imut nan cantik, tak juga kunjung berhenti terisak.

"Hah ...." Menghela napas, Raymond menatap tangan gemetar Regina yang sibuk mengobati tangannya. "Sayang ...." Semakin lembut lah suara pria itu.

"Diam," sinis Regina mulai kejam, wanita itu melirik Raymond, terlihat sekali sangat marahnya.

Jujur, Raymond tidak punya pengalaman apapun soal wanita, bagaimana cara membujuk atau cara meredakan amarah seorang kaum hawa. Jadi yang ia tahu ya ini, kembali diam. Memikirkan tindakan apa yang tepat agar segera ia lakukan.

Bungkam, keduanya tidak lagi saling berlisan, tapi Regina masih tetap terisak. Ya ahli wanita, tolong beri Raymond saran, dia benar-benar sudah tidak tahu lagi harus apa. Regina menangis bukan semenit dua menit tapi sudah dua jam!

Wanita itu tadi menatap bagaimana Laura mengobati tangan Raymond sam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • I Got You   Bagian 72 - Julia dan Jefri?

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Melipat tangan di bawah dada, Regina menatap wajah terlelap Maria dengan pita suara yang ditutup sangat rapat. Raymond sendiri yang pun ada di samping si istri ikut menatap, diam. "Dia butuh lebih banyak waktu di sini."Laura yang bersuara, psikiater cantik itu berdiri di samping Regina yang ada di tengah-tengah antara dirinya dan Raymond. "Aku tidak tahu berapa lama, namun selama dia belum stabil aku sangat menyarankan dia tetap di sini," melanjutkan, kepala Laura menoleh menatap ke arah Regina dan Raymond. "Hah ...." Regina menghela napas. Dia sungguh tidak percaya akan ada di posisi ini, really. Regina pikir, Regina kira, hubungannya dengan Maria akan tetap sama walau ia sudah menikah, tapi lihat lah sekarang, rasanya kata kacau dan berantakan masih terlalu ringan, ini runyam! "It's oke, semua akan baik," bisik Raymond merangkul pinggang Regina, pun mengecup rambut samping istrinya yang terlihat tidak tenang. "Yes, semua akan baik. Don't worr

  • I Got You   Bagian 73 - Rencana

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Kedua netra itu menatap pagar rumah di depannya dengan datar, dingin. Jika tatapan saja sudah datar bagaimana cerita mimik? Ya pasti juga datar bersama aura dingin. Maria- si wanita dengan kaki telanjang, menarik napas, Maria menyimpan kedua tangannya masuk ke dalam saku jaket yang dia pakai. Wanita itu ..., berhasil kabur untuk kesekian kalinya "Wait for me, Raymond Arthur William." ***** Benda pipi itu menempel di daun telinga Raymond yang menunduk memijat pangkal hidung, pusing. "Bagaimana bisa?" bertanya dengan emosi yang ditahan, Raymond sangat ingin membentak, namun, ia masih punya adab karena jarum jam sudah berapa di angka sebelas malam, dan semua orang sudah terlelap termasuk Jefri yang menginap di sini. "Shit! Obati lukamu dan kita urus semuanya besok," bisik keturunan William itu mengakhiri sambungan dengan Bio. Bio yang melaporkan bahwa sekali lagi untuk kesekian kalinya, Maria kabur! "Kamu nggak boleh kerja." Menolehkan kepala ke

  • I Got You   Bagian 74 - Menjadi Kacau

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Jika ada komunitas istri nakal di dunia ini, Raymond pastikan Regina masuk ke dalam anggota itu dan berada di top lima ternakal. Bisa-bisanya wanita itu kabur pergi diam-diam tanpa meninggalkan jejak apapun, entah pergi ke mana Raymond tidak tahu. Tut .... Sekarang jarum jam sudah menunjukan angka delapan pagi, Raymond menghubungi Regina sejak pukul enam dan persetan untuk ini, Regina tidak menjawab panggilannya padahal panggilan terhubung. Oh jangan kira Raymond sekarang sedang berdiri di kamar bersama mode setrika alias jalan mondar-mandir, tentu tidak begitu. Keturunan William yang sudah menjadi suami itu sekarang sedang menyetir, mencari keberadaan istrinya bersama ponsel yang terus menghubungi nomor si nakal. Dia mau gila, mengamuk tak bisa maka jalan satu-satunya hanya menahan emosi dengan menggenggam erat stiur mobil yang ia kendarai. Menarik napas, tenang, Raymond akan tenang dan terus mencari. Dia baru saja dari kos Maria dan tidak me

  • I Got You   Bagian 75 - Puncak Emosi

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Ayo Ray ..., berpisah. Ceraikan aku demi kebaikan kita semua." Boleh Raymond terbahak? Kekonyolan Regina sudah melebihi batas. Namun, jika dipikir-pikir untuk apa Raymond terbahak? Mungkin diam jauh lebih baik agar Regina juga diam. Membalas artinya menyambung percakapan, sedang keadaan emosi mereka saat ini tidak ada baiknya, untuk itu diam adalah pilihan terbaik di sini. "Raymond ...." "Diam." Bagus, sedari tadi hanya diam kini saatnya Raymond memerintah Regina untuk diam seperti dirinya. "Menyelesaikan masalah?" tanya si istri. "Ya," jawab Raymond datar, tetap dingin. Kepala Regina menggeleng, tidak menyangka akan jawaban yang diberikan oleh sang suami. Dari sudut mananya diam itu menyelesaikan masalah? Dari mana?! Diam hanya menunda bukan menyelesaikan. "Aku kecewa sama kamu," bisik Regina membuang wajah ke luar jendela lagi. Selesai, Raymond tidak membalas apapun. Seperti yang dia katakan, diam, hanya diam, sampai Regina nantinya tahu,

  • I Got You   Bagian 76 - Temukan Jalan Keluar

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Fokus mengobati luka di telapak tangan suaminya, Regina tidak melisakan kalimat apapun. Wanita itu tutup mulut seperti yang sering Raymond lakukan. Sedang si suami sendiri fokus menatap apa yang bisa ia tatap dari Regina, entah kenapa rasa rindu merajalela di dalam diri Raymond, dia rindu Reginanya yang tidak seperti ini. Semenit ..., dua menit ..., detik adalah detik yang tidak akan berhenti walau manusia ingin dia berhenti, tiga menit, dan menit adalah menit yang selalu mengikuti mau detik. Tepat dimenit ke lima Regina selesai, wanita itu menarik tangan suaminya dan, mengecup lembut bersama tatapan yang naik mengincar wajah pria itu. Tatapan mereka bertemu. Cup, cup, cup. Regina terus mengecupi tangan besar Raymond, mulai dari telapak tangan, ibu jari, sampai ke punggung tangan. "I love you," bisik Regina meletakan telapak tangan Raymond ke atas permukaan pipinya. Pria itu, suami Regina menarik napas, menjulurkan satu tangannya yang mengangg

  • I Got You   Bagian 77 - Serius?

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Regina menatap bagaimana Laura memberikan terapi kepada Maria yang malas-malasan, wanita itu merasa tidak memerlukan ini sedang Regina memaksa, maka dari itu ia malas-malasan. Cklek. Pintu terbuka, kepala Regina menoleh menatap ke arah pintu, Mario datang. Setelah sekian lama tidak terlihat akhirnya pria itu kembali memunculkan batang hidung. "Hi," sapa Regina meletakan jari telunjuk ke depan bibir, bermaksud menyuruh Mario lebih tenang dalam melangkah. Si pria mengangguk, membenarkan tas ransel yang ada di bahunya dan melangkah mendekati sofa tempat Regina duduk dengan pelan. Butuh beberapa detik hingga akhirnya Mario mendudukan diri di samping Regina. "Dia baru mulai, kita lihat saja dulu ya?" ujar Regina berbisik. Sekali lagi kepala Mario mengangguk paham, meletakan tas ke atas lantai, tepat di samping kakinya. Ada yang ingin mengetahui sesuatu yang pasti terasa asing? Itu tentang perasaan Mario, iya, perasaan Mario yang sangat merindukan

  • I Got You   Bagian 78 - Iya Serius

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Kamu hamil, Re." "Ha?" terkejut, itulah yang Regina rasakan detik gendang telinganya mendengar kalimat sang suami. "Iya, kamu hamil," pertegas Raymond bersama mimik super seriusnya. Entah kenapa jantung Regina berdetak sangat cepat, super cepat. I-ini ..., serius? Dia tidak salah dengar? Sumpah? "Abang nggak lucu ya," ujar Regina bergerak duduk, bodo amat kepalanya masih berdenyut, berita yang Raymond lisankan lebih penting daripada rasa sakit di kepala. "Memang tidak lucu," balas Raymond masih serius. Diam, Regina sudah duduk, ia tatap suaminya dan tidak ia temukan kebercandaan di sana, di mimik Raymond. Damn! Ini benar? Ada nyawa yang hidup di dalam perutnya? Rahimnya? Dan itu ..., anak Raymond Arthur William? Kedua sudut bibir Regina perlahan-lahan siap naik membentuk senyuman namun, tunggu, Raymond 'kan ..., mendungakan kepala, kedua netra Regina menatap netra suaminya. "Hah ...." Raymond menghembuskan napas, ia bawa naik tangan kananny

  • I Got You   Bagian 79 - Wanita Satu Anak?

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Berdiri saling berhadapan, mereka menatap satu sama lain, dua anak manusia dengan nama yang beda tipis, -Maria dan Mario- sama-sama memasang mimik menantang, tidak mau kalah, tidak mau memperlihatkan kelemahan, keduanya punya tekad yang sama kuat untuk menang. "Kau menantangku, Mario?" berbisik tanya, suara ini menggeram menahan emosi. "Jika itu sebutan menariknya," balas Mario santai, namun, tetap datar. Maria diam, menggempalkan kedua tangan, menatap tajam tepat ke dalam mata kaum adam di depannya. "Maka aku terima tantanganmu." Cool! Dengan gerakan cepat tubuh Maria melompat naik memeluk leher Mario. Bugh! Membuat si pria jatuh ke atas lantai rumah sakit dengan sadisnya. Punggung Mario pantas mendapatkan ucapan mampus sangkin sakitnya. "Aku juga suka yang menantang." Sedang Maria tidak merasa bersalah, menarik pakaian yang ada di genggaman Mario dengan senyum menang. Kalau sudah begini, Mario tahu tandingannya bukan sembarang wanita. Wel

Bab terbaru

  • I Got You   Bagian 94 - Halaman Tertutup (Thanks)

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Raymond membuka pintu kamar mandi bertepatan dengan gerakan tangan istrinya yang duduk ke pinggir ranjang, memakai kaos super kebesaran milik Raymond sendiri. Mereka baru selesai, tepat pukul satu siang dan thanks tidak ada yang mengganggu. Gairah Raymond rasanya tidak habis kepada Regina, selalu berdebar setiap menyentuh kulit lembut sang istri. Memang yang halal rasanya jauh jauh jauh!!! Lebih nikmat. "Husband ...." Regina memanggil lirih sambil menoleh untuk menatap Raymond yang diam bersandar di ambang pintu kamar mandi, dan hal itu sudah membuat Raymond siap bertempur lagi jika tidak ingat kondisi kehamilan wanita itu. "Iya, Sayang, ada apa?" menyahut tanya, tangan Raymond terlipat di depan dada. Regina bergerak berdiri, berbalik menatap suaminya yang pun menatapnya. "Kerja?" tanya Regina mengusap keringat sendiri di bagian leher dengan punggung tangan. "Tidak minat," jawab Raymond sambil tersenyum kecil akan pemandangan seksi itu

  • I Got You   Bagian 93 - Special Bukaan Puasa

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Aku janji akan pelan." Tangan Raymond menyentuh pipi kiri Regina, mengusap dengan gerakan lembut namun erotis. Regina memejakan mata, menikmati apa yang memang ia incar, sentuhan suaminya. "Janji?" tanya Regina masih menikmati usapan jari Raymond di pipi. "Of course." Regina membuka mata, menatap Raymond yang sudah menindihnya. "Suamiku tidak bekerja?" Oh ya ayolah, kenapa bertanya perihal itu jika adik di bawah sana sudah menggeliat bangun? "Setelah makan siang?" Raymond balik bertanya, mencoba sabar walau tenggorokannya sendiri sudah tercekat oleh gairah. Masa bodoh dulu dengan kerjaan, sebulan lebih dia berpuasa, belum lagi kemarin lembur, biarkan Raymond melepas lelah. "Oke, sini." Lembut Regina tersenyum genit yang langsung disambut Raymond dengan lumatan manis ala mereka. Raymond mendapatkan lampu hijau tentu harus mengumandangkan janjinya dalam otak, pelan, harus lembut. Argh! Sebulan lebih Raymond berpuasa, sudah seperti bulan ramadh

  • I Got You   Bagian 92 - Special Kode Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond ada di posisi urut pelipis sebab keinganan aneh Regina. Ini masih terlalu pagi, perlu diketahui jarum jam masih menunjukan angka tiga pagi. Dan kepala Raymond serasa siap meledak karena mata lelah dan telinga menjerit marah. "Husband ...." Istrinya merengek lagi dan dia bingung mau bagaimana. "Abang ...." Kalau boleh Raymond memilih, ia lebih memilih mengurusi semua pekerjaan saja daripada mendengar rengekan Regina dikala matanya sangat amat berat. "Regina, kita tunggu matahari naik," bisik Raymond yang sudah duduk di atas ranjang, menoleh lemas ke arah istrinya yang menatap cemberut. "Babynya mau sekarang!" Regina mulai memakai nada ngegas. "Kita cari ke mana, Re?" tanya Raymond pada Regina bersungut-sungut lelah agar wanita itu paham. For your information, Raymond baru pulang pukul satu sebab lembur memeriksa essai mahasiswa, dan begitu pulang Raymond belum bisa langsung tidur karena masih harus mengisi beberapa pendataan ke dalam

  • I Got You   Bagian 91 - Happy Ending Happy Reader

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond melumat bibir Regina, kali ini dengan gairahnya. Jika tadi sesi mereka saling mengungkapkan isi kepala dan hati maka sekarang sesi Raymond Arthur William menerima hadiahnya. "Hah ...." Napas Regina terengah. Well, nyonya muda William sudah menyiapkan itu. Setelah acara syukuran Raymond sangat sibuk bekerja, suaminya jauh lebih sibuk dari yang Regina bayangkan, maka dari itu hadiah darinya double. "Suamiku tegang aku senang," bisik Regina genit, sukses membuat Raymond menggendong tubuhnya ala ibu koala. "Kita butuh kamar utama." Raymond juga berbisik, segera mengambil langkah menuju anak tangga. Kepala Regina mengangguk, senyumnya masih genit pakai banget. Oke jangan ragukan Regina Adinda Putri dalam menggoda Raymond Arthur William, wanita itu sudah wisuda, tamat! Bersama mata yang saling menyelami, bersama debaran yang saling terasa, Raymond selalu memimpin, maka kakinya melangkah lembut menaiki anak tangga. Cklek. Tidak mau lama-la

  • I Got You   Bagian 90 - Hadiah

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Udah kali natapnya, Abang, nanti tambah cinta baru tahu," ujar Regina tersenyum bersama kepala menunduk, wanita itu sedang sibuk memotong bolu gulung buatan suaminya sendiri. Raymond diam, tidak menjawab. Pria itu mana ambil peduli, selama ia mau maka akan ia lakukan. Well, detik ini jarum jam sudah ada diangka setengah dua belas malam. Awan tidak mungkin masih bergabung dengan kedua orangtuanya, anak itu sudah terlelap di dalam kamar, Regina sendiri membuat pesta kecil-kecilan berdua dengan sang suami. Mereka duduk di meja makan, niatnya akan pindah ke ruang televisi, tapi tunggu, Regina ingin mencicipi hasil tangan Raymond bersama Awan. "Selesai," ujar Regina setelah memindahkan dua potong bolu gulung ke atas piring. Kepala Regina terangkat dari tunduk, menatap ke arah Raymond yang ternyata oh ternyata masih betah menatapnya. "Udah jatuh cintanya?" tanya Regina bermaksud menggoda si suami. Raymond tersenyum manis, sangat tiba-tiba! Jangan

  • I Got You   Bagian 89 - Keluarga Kecil William

    Awas Typo:) Happy Reading... *** Raymond tidak tahu lagi harus berkata apa. "Hahaha!!! Daddy, lucu!" "Ah ..., suamiku seksi." Ia habis-habisan ditertawai oleh Awan karena permintaan konyol istrinya sendiri, mana yang minta pakai acara menatap mupeng segala alias muka pengen. Ya Tuhan. Raymond tidak tahu harus malu atau bangga, satu sisi ditertawakan, satu lagi ditatap penuh cinta. Jadi, dia memilih keduanya, malu dan, bangga. "Awan, diam atau Daddy ke sana?" tanya Raymond sedang menuang tepung ke dalam mangkuk sedang. Istrinya meminta bolu, sudah pasti ia butuh tepung juga pengembang. "Awan saja yang ke sana!" Semangat Awan menyahuti, si gadis kecil itu menoleh menatap ke arah Regina. "Boleh, 'kan Mom?" Meminta izin kepada mommynya. "Hm? Ya, sure. Ganggu daddy," jawab Regina pasang senyum manis. Tentu saja ia memberi izin, sedang ia bayangkan Raymond bekerjasama dengan Awan untuk memenuhi keinginannya, pasti manis. "Okay, Mommy juga belgabung kalau ingin," bisik Awan, mengec

  • I Got You   Bagian 88 - Ngidam? Masa?

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Abang janji akan pulang pukul delapan, awas kalau telat, aku usir dari kamar." "Masih pagi, Re," balas Raymond menarik tali pinggangnya. "Karena masih pagi itu aku ingatkan." Oke, Raymond kalah. Ia tidak mau melawan istri yang semakin hari semakin bawel saja, dan semakin hari semakin posesif, sungguh Raymond tidak tahu apa yang salah dengan istrinya. Namun, saat ia bertanya pada mama, si wanita paruh baya yang melahirkannya itu berkata, sudah wajari saja, namanya juga sedang hamil, Ray. Begitu. "Sini." Tiba-tiba Regina sudah berdiri saja di depan tubuh Raymond, mengambil alih pekerjaan tangan si suami yang sedang memakai tali pinggang. Kalau kata Regina, dikarenakan Raymond bekerja tanpa dasi yang membuat ia tidak bisa melakukan adegan seperti di novel dan film, maka pekerjaan mengancing kemeja atau memakai tali pinggang menjadi urusan Regina. Aneh? Sangat! Raymond pun merasakan itu, istrinya terlalu menikmati tapi Raymond terlalu sengsara k

  • I Got You   Bagian 87 - Semoga

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** What?! Kedua netra Regina membulat mendengar kalimat suaminya. "Mau!!!" Awan sendiri berteriak kuat, membuat kedua netra Regina semakin membulat saja, tidak hanya itu, semua mata auto menatap ke arah si anak. Senyum kecil Raymond terbit, untuk Awan Putri Letta. "Oh my god!" gumam Awan terkejut ala-ala anak enam tahun. Si cantik dengan rambut pirang itu menutup mulut menganganya karena mendapati senyum manis seorang Raymond Arthur William, walau kecil. "Oke, welcome to my life, Awan." Titik, Raymond menggerling sebelum pergi dari hadapan dua kaum hawa berbeda usia. ***** "Abang, are you serious?" Raymond baru menegak jus digelasnya, lantas suara Regina sudah terdengar saja. Cepat juga si istri sadar dari keterkejutan. "Ya," jawab Raymond santai, kembali melanjutkan kegiatannya. Kedua mata Regina berkedip, ini dia berhalusinasi apa bagaimana? Dia mabuk ya? Tapi wait, sejak kapan dia meminum alkohol? Artinya dua kemungkinan, ini nyata atau m

  • I Got You   Bagian 86 - Syukur

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond tidak bisa berkata-kata, serius. Demi para leluhur, rumahnya yang biasa seperti kuburan alias sunyi sepi senyap, kini layaknya pasar pagi, ramai heboh dan gila. Apa yang bisa Raymond lakukan dengan kondisi seperti ini? Tidak ada, hanya berdiri, diam, melihat. Sangkin luar biasanya keturunan William itu tidak bisa berkomentar lagi. Look, halaman belakang rumahnya penuh oleh anak-anak, dari yang usianya sekitar enam tujuh tahun, hingga sembilan sampai sepuluh tahun. keuntungan di sini hanya satu, untung halaman rumahnya, bukan di dalam rumahnya. "Hi, ganteng!" Terdengar sapaan dari belakang tubuhnya, Raymond tahu itu sang istri- Regina. "Kamu tidak mengatakan sebanyak ini." Langsung berujar to the point, Raymond melirik sang istri yang bergerak memeluk lengannya, manja sekali. "Ya namanya anak yatim, Sayang, paling tidak dua sampai tiga puluh lah." Iyaps, right! Benar sekali. Di rumah yang Raymond bangun dengan hasil keringatnya sendir

DMCA.com Protection Status