Awas Typo:) Happy Reading .... *** Regina turun dari mobil saat pintunya dibukakan oleh Thomas, ia pasang senyum kaku nan canggung sebab merasa sangat tidak enak hati. Sumpah Regina tidak menyangka suaminya akan seprotect ini, Raymond Arthur William yang terlihat hidup sederhana walau nyatanya uang melimpah kini mulai memperlihatkan kekayaannya karena Regina. "Hm ..., Thom aku rasa kau tidak perlu ikut masuk," ujar Regina pasang cengiran kaku. "Tidak bisa, Miss, saya ditugaskan untuk bersama Miss. Saya jamin Miss tidak melihat keberadaan saya." Regina lupa Thomas anak buah sang suami bukan anak buahnya, sudah pasti lebih manut dengan Raymond. "Oke, aku pegang kata-katamu, jangan terlihat," balas Regina mengangguk, lalu membawa langkah menjauh dari mobil. Hah! Dia harus membiasakan diri dengan hal begini. Melangkah, Regina merogoh tas selempangnya, hari ini penyerahan tugas lirik lagu, dan dia juga sudah mulai masuk kuliah, masa cuti yang dibuat seenak jidat oleh sang suami sudah
Awas Typo:)Happy Reading ....***Diam, menunduk menatap kedua kakinya, Regina masih merasakan itu, perasaan terkejut, marah, takut, khawatir. Saat ini dia sedang duduk atas rumput taman kampus, menyatukan kedua tangan dan saling meremas, demi apapun Regina tidak tahu lagi harus mengatakan apa.Jadi ... senyum Maria tadi itu karena si wanita merasa bahagia telah ... damn! Regina tidak akan memasukan apapun ke dalam otaknya, dia harus kosong, pokoknya kosong! Jika dia berpikir otaknya semakin gila. Tidak tahu harus bagaimana, ada yang bisa memberikan Regina saran? Dia ingin ini segera cepat selesai lalu semua berjalan lancar."Hah ...." Menghembuskan napas, kepala Regina terangkat. Raymond tidak memiliki salah apapun, Regina harus menyadarkan Maria dari kegilaan yang sudah dimulai oleh wanita itu, sebelum semakin mengerikan, semakin runyam.Sejenak mengambil botol air mineral yang ia bawa di dalam tas, Regina meneguk agar lebih tenang. Setelah itu
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond merapikan barang-barang bawaannya, kelas sudah kosong dan dia siap pulang, tidak hanya membawa tubuh sendiri, tapi pun membawa Regina yang sedang melangkah menuju dirinya. "Aku tunggu bayaranmu telah duduk di sana, Miss William," ucap Raymond detik Regina berdiri di sisi lain meja mengajar. Tubuh Regina maju, condong ke arah tubuh Raymond. Cup. Satu kecupan mendarat di atas ubun kepala si pria yang sedang menunduk. Mengangkat kepalanya, Raymond menatap Regina. Sekarang keadaan terbalik, wanitanya yang menunduk. Bukan hanya menunduk, Raymond pun menangkap ada bibir yang tergigit kecil, penuh gugup. Menghela napas lah Raymond, meletakan apa yang ada di dalam genggaman, memilih mengambil langkah mendekati Regina. Untuk itu dia harus memutari meja, tapi tidak butuh waktu lama, hanya tiga detik Raymond sudah berdiri tepat di depan istrinya. Ia sandarkan tubuh ke sisi meja, lalu ia angkat naik tangan kanan guna menjangkau pergelangan tanga
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Cerita sama aku apa rencana Abang?" tanya Regina menatap Raymond yang sedang memijat lembut kaki kanannya. Saat ini mereka tengah berada di kamar mandi, tepatnya berendam bersama di bathub atas keinginan Raymond. "Nothing," jawaban santai. "Aku serius, Abang." Raymond melirik, menurunkan kaki Regina lantas membuka kedua tangannya. Oh ya sudah pasti si istri bergerak cepat membawa punggung terpisah dari bathub, menghampiri tubuh suaminya hingga air penuh busa itu mengalami ombak kecil. Regina memeluk pinggang Raymond, menjatuhkan dagu ke atas dada si suami. Hening, belum ada kalimat, mereka berdua saling menatap. Tangan kanan Raymond naik menyentuh kecil rambut-rambut nakal Regina yang keluar dari cepolan wanita itu, persis seperti tuannya, nakal, tidak bisa diatur. Kemudian tangan itu beralih menuju pipi gembil Regina, tidak gembil-gembil banget, namun, masuk kategori chubby. Cup. Raymond membawa bibirnya mendarat ke atas dahi Regina ya
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria menyimpan kedua tangannya ke dalam saku celana, dia tahu dia mulai diawasi, dipantau dan, begitu waktunya pas pasti dia kembali ditarik oleh anak buah Raymond. Melirik ke belakang tubuh. "Fuck!" Maria mendapati Bio berdiri tepat di belakang tubuhnya. Kalau ada yang penasaran Maria di mana, wanita itu sedang berada di kampus Regina, menunggu bermaksud ingin bertemu, namun, agaknya hari ini adalah hari sial untuk Maria. "Bergerak artinya membuat keributan," bisik Bio to the point. Maria diam, ia bawa keluar kedua tangannya dari saku celana. "Dibayar berapa sih?" tanya Maria berbasi-basi. Sekarang gantian, Bio yang diam. Pria itu sudah sangat siap membawa wanita ini ke hadapan bossnya, terutama sang ibu boss yang tadi pagi marah-marah padahal Bio tahu si ibu boss setengah mampus ketakutan. Satu ..., detik mulai bergerak dan yang menghitung adalah Maria. Dua ..., apa niat wanita itu? Kenapa mengambil ancang-ancang? Ti ..., ga! "Lepaskan aku
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Hiks ..., hiks ...." "Aku baik Regina." "Hiks ..., hiks ...." "Regina." Iya itu yang terisak Regina. "Hiks ...." Istri Raymond yang imut nan cantik, tak juga kunjung berhenti terisak. "Hah ...." Menghela napas, Raymond menatap tangan gemetar Regina yang sibuk mengobati tangannya. "Sayang ...." Semakin lembut lah suara pria itu. "Diam," sinis Regina mulai kejam, wanita itu melirik Raymond, terlihat sekali sangat marahnya. Jujur, Raymond tidak punya pengalaman apapun soal wanita, bagaimana cara membujuk atau cara meredakan amarah seorang kaum hawa. Jadi yang ia tahu ya ini, kembali diam. Memikirkan tindakan apa yang tepat agar segera ia lakukan. Bungkam, keduanya tidak lagi saling berlisan, tapi Regina masih tetap terisak. Ya ahli wanita, tolong beri Raymond saran, dia benar-benar sudah tidak tahu lagi harus apa. Regina menangis bukan semenit dua menit tapi sudah dua jam! Wanita itu tadi menatap bagaimana Laura mengobati tangan Raymond sam
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Melipat tangan di bawah dada, Regina menatap wajah terlelap Maria dengan pita suara yang ditutup sangat rapat. Raymond sendiri yang pun ada di samping si istri ikut menatap, diam. "Dia butuh lebih banyak waktu di sini."Laura yang bersuara, psikiater cantik itu berdiri di samping Regina yang ada di tengah-tengah antara dirinya dan Raymond. "Aku tidak tahu berapa lama, namun selama dia belum stabil aku sangat menyarankan dia tetap di sini," melanjutkan, kepala Laura menoleh menatap ke arah Regina dan Raymond. "Hah ...." Regina menghela napas. Dia sungguh tidak percaya akan ada di posisi ini, really. Regina pikir, Regina kira, hubungannya dengan Maria akan tetap sama walau ia sudah menikah, tapi lihat lah sekarang, rasanya kata kacau dan berantakan masih terlalu ringan, ini runyam! "It's oke, semua akan baik," bisik Raymond merangkul pinggang Regina, pun mengecup rambut samping istrinya yang terlihat tidak tenang. "Yes, semua akan baik. Don't worr
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Kedua netra itu menatap pagar rumah di depannya dengan datar, dingin. Jika tatapan saja sudah datar bagaimana cerita mimik? Ya pasti juga datar bersama aura dingin. Maria- si wanita dengan kaki telanjang, menarik napas, Maria menyimpan kedua tangannya masuk ke dalam saku jaket yang dia pakai. Wanita itu ..., berhasil kabur untuk kesekian kalinya "Wait for me, Raymond Arthur William." ***** Benda pipi itu menempel di daun telinga Raymond yang menunduk memijat pangkal hidung, pusing. "Bagaimana bisa?" bertanya dengan emosi yang ditahan, Raymond sangat ingin membentak, namun, ia masih punya adab karena jarum jam sudah berapa di angka sebelas malam, dan semua orang sudah terlelap termasuk Jefri yang menginap di sini. "Shit! Obati lukamu dan kita urus semuanya besok," bisik keturunan William itu mengakhiri sambungan dengan Bio. Bio yang melaporkan bahwa sekali lagi untuk kesekian kalinya, Maria kabur! "Kamu nggak boleh kerja." Menolehkan kepala ke