Jesselyn dan Brams duduk bersama di sofa ruang tamunya. Jesselyn yang manja, kini tidur dipangkuan suami tercintanya. Brams mengelus rambut Jesselyn sambil menggemgam tangannya."Sayang, kandungan kamu sudah masuk empat bulan. Kamu tentunya sebentar lagi akan jadi seorang Mama," ucap Brams."Tentunya kamu juga yang akan jadi Papanya, sayang."Jesselyn tersenyum bahagia melihat suaminya begitu perhatian pada dia. Jesselyn merasa kalau dia sangat beruntung mendapatkan Brams jadi suaminya."Sayang, kita ke kamar yok!" ajak Brams."Ngapain?" Inikan masih siang," jawab Jesselyn."Sayang, kamu itu masa tidak tahu apa maksut aku?" Tanya Jesselyn."Aduhh..sayang, kamu itu kenapa tidak ada bosan-bosannya, sih?" tanya Jesselyn."Ya..ampun, sayang. Kalau aku bosan, tentunya kamu juga nantinya yang akan sengsara dan tidak puas dengan dunia," canda Brams."Akh..kamu bisa aja, Sayang!" ucap Jesselyn.******Dua hari kemudian, Shahnaz telah diijinkan untuk pulang ke rumah. Galih yang selalu setia me
Dua bulan sudah kejadian berlalu, kini Shahnaz sudah sehat dan sudah fit beraktivitas setiap hari. Shahnaz yang menghabiskan waktu selama dua bulan di dalam rumah, kini berencana keluar untuk keluar jalan-jalan.Sedan merah yang selalu menjadi teman setianya, kini membawanya ke satu tempat yang bisa membuat dia terhibur dan merasa nyaman.Sembari turun dan berjalan ke tempat tersebut. Die memesan segelas es teh, sebagai pelepas dahaganya siang itu.Shahnaz kemudian mengambil tempat duduk di satu meja yang bisa melihat pemandangan indah di sekitar tempat itu."Silahkan Mbak!" Seorang pelayan datang membawa segelas es teh dan juga makanan khas dari tempat tersebut ke meja Shahnaz.Sembari menikmati es teh, tiba-tiba ponselnya berdering."Siapa lagi sih yang mengganggu kebahagiaan ini?" bathin Shahnaz.Dia membiarkan ponsel terus ada di dalam tasnya. Dia merasa tidak ingin diganggu hari itu.******Galih yang sudah mulai bekerja di tempat sahabatnya, kini sudah mulai menyisihkan penghas
"Galih, aku ingin...!" Ucap Shahnaz sambil memegang tangan Galih.Seakan terkena setrum listrik, Galih jadi terpancing, saat Shahnaz mendekatkan tubuhnya menempel ke perut Galih."Shahnaz, apa kamu yakin kita akan aman? Bagaimana kalau orangtua kamu datang?" ucap Galih."Tidak, mereka tidak akan datang sekarang. Paling cepat, keduanya pulang jam Tujuh malam," jawab Shahnaz.Shahnaz menarik Galih masuk ke kamarnya. Dia berusaha menutup lintu aebagai pengaman bila seseorang datang dengan tiba-tiba. Shahnaz yang sudah kehausan langsung merangkul dan memeluk Galih dari belakang. Tangannya menjalar ke leher Galih, membuat Galih jadi semakin tidak tahan.Seketika jagoan Galih mulai bergerak pelan. Tagan Shahnaz, mulai turun. Kini menyentuh Jeans Galih yang terasa bergerak akibat dorongan dari dalam.Tangan Shahnaz semakin lihai. Dia membuka kancing Jeans dan berusaha mengeluarkan jagoannya keluar menatap mana yang akan jadi lawan mainnya."Sentuhan dan emutan dari Shahnaz membuat Galih sem
Pak Karsa melihat sembari membuka pintu. Dia terkejut melihat seorang wanita datang dan berdiri di depannya."Maaf, anda siapa dan mau mencari siapa?" tanya Pak Karsa."Namaku, Lena. Aku datang kesini ingin mencari wanita yang bernama Shahnaz?" jawabnya "Shahnaz..?""Iya pak. Aku ingin bicara pada dia tentang sesuatu hal, apa dia ada di dalam?""Tali kamu tunggu dulu sebentar. Aku akan memanggil dia terlebih dahulu." Ucap Pak Karsa.Pak Karsa masuk dan memanggil Shahnaz. Dia merasa khawatir dengan wanita yang mencari putrinya tersebut "Shahnaz...!""Iya Ayah, ada apa?" "Seorang wanita sedang menunggu kamu diluar. Katanya dia ada keperluan dengan kamu.""Siapa Ayah?" Tanya Shahnaz."Entahlah, Ayah juga tidak kenal. Sana, kamu lihat! Dia masih ada di luar."Shahnaz dengan penasaran berjalan keluar melihat siapa sebenarnya wanita yang dimaksut oleh Ayahnya.Melihat seorang wanita ada di depan pintu, Shahnaz jadi bungung. Dia sama sekali tidak mengenal siapa wanita ituitu."Anda siapa
Sore hari telah tiba, kini Pak Hadi dan istrinya sudah tiba di Jakarta. Dengan naik Taxi, keduanya berangkat ke rumah Brams."Apa rumah Brams, masih jauh dari Bandara ini, Pa?" Tanya istrinya."Entahlah, Ma. Kita lihat saja nantinya!" Kurang lebih setengah jam, kini Pak Hadi dan istrinya sudah sampai di rumah Brams. Keduanya turun dan sudah disambut oleh Satpam yang sengaja disuruh Brams, tadi pagi."Selamat datang, Pak." Ucap Satpam.Keduanya masuk ke dalam rumah. Mereka disuruh di dalam dan menunggu Brams pulang.Brams dan Jesselyn sudah sampai di rumah. Brams sengaja menyuruh Jesselyn berjalan di depan, agar dialah orang pertama yang melihat kedua orangtuanya datang."Sayang, aku masuk duluan, ya! Aku sudah capek seharian di mobil, sayang." ucap Jesselyn."Iya, sayang. Kamu masuklah terlebih dahulu!"Saat Jesselyn membuka pintu, alangkah terkejutnya dia melihat kedua orangtuanya datang dan sudah di depan matanya."Papa..,Mama.., kapan datang?" Jesselyn langsung memeluk kedua oran
Jesselyn sudah mulai sadar. Dia melihat dirinya terbaring di salah satu ruangan Rumah Sakit. Jesselyn mulai teringat saat baru terjatuh di tangga saat di rumahnya.Jesselyn memegang perutnya, dia heran perutnya sudah datar dan bahkan terasa sedikit perih saat menyentuhnya "Ada apa dengan perutku? Kenapa jadi datar? Mana bayiku?" Bathin Jesselyn.Beberapa saat, Dokter masuk ke dalam ruangan, kemudian diikuti oleh Brams dan kedua orangtuanya."Jesselyn..! Apa kamu sudah merasa baikan sayang?" Tanya Mamanya."Mama, kenapa aku ada disini? Mana bayiku?" Tanya Jesselyn.Ketiganya bertatapan dengan spontan. Mereka tidak tega untuk berkata jujur pada Jesselyn. Melihat Jesselyn berharap agar mereka menjawab, kini Pak Hadi mencoba untuk menjelaskannya."Sayang, bayi kamu tidak bisa diselamatkan saat kamu terjatuh dari tangga. Kami dan tim Rumah Sakit sudah berusaha sekuat tenaga, namun taqdir berkata lain. Jesselyn kamu harus sabar dan mengikhlaskan semuanya."Mata Jesselyn langsung berlinan
"Galih..! Kamu inikan mau berangkat kerja? Kamu seharusnya tahan selera dulu dong! Tidak lama lagi kita, kan mau menikah," ucap Shahnaz."Shahnaz, kamu itu sebentar lagi akan menjadi istriku, jadi enggak ada salahnya kan, kita berbagi dari sekarang?" Ucap Galih sambil meremas bukit kembar Shahnaz dari belakang. Shahnaz mendesah karena tidak tahan. Dia merasa tertarik untuk membalas sentuhan Galih yang membuat dia tidak berdaya.Spontan Shahnaz berbalik. Dia menjalarkan tangannya menjelajah ke balih celana pendek yang dikenakan Galih. Benda tumpul dan besar yang dia sentuh terasa sudah mulai bergerak dan makin membesar mengajak Shahnaz untuk bermain.Leher jenjang Shahnaz jadi sasaran utama bagi bibir Galih untuk mendarat. Dia tidak mau berlama-lama, sembari menarik Shahnaz untuk segera memainkan jagoan miliknya Tangan Shahnaz sudah memainkan jagoan tersebut. Dia juga ingin main cilukba dengan wujut aslinya. Sentuhan Shahnaz yang memainkan jagoannya membuat dia mengeliat panjang dan
Seminggu kemudian, Jesselyn sudah dinyatakan sehat dan sudah boleh pulang. Brams bersama mertuanya membawa Jesselyn kembali ke rumahnya.Saat berada di mobil, Brams melihat Jesselyn selalu terlihat diam dan tidak ada selera untuk bicara. Dia berusaha menghibur istrinya agar secepatnya bisa melupakan kejadian yang telah menimpa mereka."Jesaelyn, kamu jangan diam saja, dong!" Ucap Brams "Iya, Jesselyn. Kamu tidak boleh terlalu bersedih apalagi dalam jangka waktu yang lama," jawab Mamanya.Walaupun semuanya memberi semangat buat Jesaelyn, dia tetap saja terdiam dan tidak mau bicara. Dia sepertinya merasa trauma dengan kejadian yang membuat bayinya harus pergi untuk selamanya "Aku benci pada kamu, Brams. Mungkin karena ulah kamu pada Shahnaz, aku akhirnya mendapatkan karma ini," bathin Jesselyn.Jesselyn berpikir, apa yang sedang dialaminya adalah karma dari perbuatan Brams pada Shahnaz.Tidak berapa lama kemudian, mereka telah sampai di rumah. Jesselyn langsung turun tanpa dibantu lag