"Kita mau ke mana?" Tanya Alin yang masih terlihat mengantuk. Setelah pagi saat ia ditinggalkan oleh Tian, malamnya, tepat pukul sepuluh malam, Tian membangunkannya dan disinilah ia sekarang, di dalam mobil mewah milik Tian."Aku ada urusan dinas ke Bali, jadi kamu harus ikut denganku.""Ha? Bali?" Alin langsung mencari kaca untuk ia bercermin. "Cari apa?" Tanya Tian yang heran melihat Alin krasak krusuk."Apa kau gila? Kau menculikku dan langsung membawaku ke Bali? Dengan penampilan seperti ini? Ini pengalamanku ke Bali tapi langsung kau hancurkan." Rengek Alin.Tian mendelik jengah. "Aku tak memintamu berdandan.""Tapi kan--""Alin! Kamu kerja sama siapa?""Tuan Tian." Jawab Alin santai."Lalu, apa aku memintamu berdandan?"Alin menggeleng, "Tapi kau tahu? Jika aku berdandan cantik, siapa tahu nanti di sana aku bertemu seorang sugar Daddy yang bisa melunasi hutangku."Ciiiit!Tian menginjak rem mobilnya dengan sangat kuat membuat Alin terdesak ke depan."Hei!" Teriak Alin kesal."
Bali.Ini pertama kalinya Alin menginjakkan kakinya di surga para bule tersebut. Selama ini Ia hanya melihat Bali dari TV atau ponselnya saja, dan ternyata memang seindah itu. Pantas saja Bali menjadi salah satu destinasi wisata untuk para turis asing yang ingin berlibur.Alin memang terlahir dari keluarga yang berada. Bisa dikatakan untuk keluar negeri itu mudah bagi Alin, hanya saja kekayaan kedua orang tuanya itu tak pernah dirasakan oleh ia sendiri. Seperti yang terlihat, bahkan untuk makannya saja ia harus bekerja paruh waktu dan itu ia lakukan sejak ia duduk di kursi kelas 2 SMP, sampai akhirnya ia menjadi penebus hutang kedua orang tuanya dan sekarang berada di tangan Tian.Siapa yang menyangka, jika saat posisinya dengan Tian, justru membuatnya menjadi lebih bisa menikmati kemewahan yang selama ini ia impikan. Walaupun statusnya hanya seorang pelayan saja.Contohnya saja, sekarang walaupun statusnya hanya seorang pelayan tapi ia bisa merasakan suasana Bali, menghirup angin se
Kecupan panas kembali Tian lakukan pada Alin. "Jangan pernah berpikir tentang pelacur. Aku tak pernah menjadikanmu pelacur." Tian menempelkan keningnya pada Alin. Nafas keduanya menderu. AC mobil yang menyala tak bisa menghentikan keringat mereka.Tengah malam, di Bali.Sungguh, ini malam yang tak pernah bisa Alin lupakan.Tian mengangkat tubuh Alin, membuat penyatuan mereka terlepas. Alin tak bisa bergerak karena lelah yang ia rasakan. Alhasil, semua pakaian Alin, dikenakan lagi oleh Tian.Setelah semua rapi, Tian kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju penginapan yang sudah ia booking.Selama diperjalanan, Tian tak henti-hentinya menatap Alin yang tertidur. Sesekali ia tersenyum menatap Alin yang tertidur pulas usai mereka bercinta.Cukup jauh perjalanan dari bandara menuju penginapan. Namun Tian tetap mencoba untuk tersadar walaupun sebenarnya ia juga lelah.Empat puluh lima menit di perjalanan, mobil yang dikendarai Tian pun akhirnya masuk ke dalam sebuah pengin
BRAAAK! Alin mendorong Tian masuk ke dalam dan menutup pintu kamar mandi dengan cukup keras, "Mandi sana! Kau pikir tubuhku boneka? Berapa kali kau harus meniduri ku?" Teriak Alin dari luar kamar mandi.Sementara di dalam kamar mandi, Tian hanya tersenyum gemas melihat tingkah Alin.Namun seketika senyum itu lenyap. Ia sendiri bingung kenapa tubuhnya begitu menginginkan Alin. Seolah tubuh Alin seperti candu baginya.Padahal jika diingat-ingat lagi, statusnya dengan Alin pun hanya sebatas pelayan dan bos. Tapi kenapa ia bisa berbuat sejauh ini dengan Alin."Sepertinya kau harus menahan emosimu Tian." Gertak Tian pada dirinya sendiri. Pria itu akhirnya memutuskan untuk mandi dan menyegarkan tubuhnya.*****Alin lagi-lagi cemberut. Sudah nyaris jam satu siang, namun Tian belum juga selesai rapat. Padahal tadi pagi Tian mengatakan jika rapat itu hanya sebentar saja. Tapi apa ini? Buktinya sudah tengah hari, namun Pria itu belum juga selesai rapat.Alin menatap miris nampan ke tiga berisi
Pantai memang bagus untuk dijadikan destinasi wisata saat menjelang sore. Melihat sunset di tepi pantai sembari ditemani jagung bakar dan milk shake menjadikan suasana berubah menjadi romantis. Alin menggigit jagung bakar yang tadi Tian berikan padanya. Mereka memang tak menyewa tempat, Tian lebih memilih menghadapkan belakang mobil ke arah pantai, membuka pintu belakang, melipat bangku dan mereka duduk di bagasi belakang.Dan bagi Alin, itulah suasana paling romantis yang ia impikan. Bukan makan malam dengan pencahayaannya temaram dan ditemani alunan musik yang syahdu dari dentingan piano.Sembari menatap matahari yang semakin lama semakin masuk ke dalam peraduannya, Alin mengalihkan pandangannya pada Tian yang saat itu sedang menunggu mas pedagang jagung tengah mengipas jagung tersebut.Alin mengumpat saat dua orang gadis tengah menyapa Tian. Sebenarnya gadis itu juga sedang membeli jagung bakar, tapi entah kenapa Alin merasa kedua gadis itu hanya ingin menggoda Tian. Karena di sek
Alin mengguyur tubuhnya dengan air dingin yang keluar dari shower. Sebenarnya ia bisa menggunakan pemanas, namun ia tak ingin. Di bawah guyuran air tersebut, Alin terisak. Ia menutup mulutnya agar isaknya tak terdengar sampai keluar. Selepas pulang dari pantai, Tian memeluknya dari belakang dan lagi-lagi, pria itu meminta untuk dipuaskan.Alin tak menolak. Sama sekali tak menolak. Karena dirinya hanyalah seorang pelayan. Namun setelah permainan itu selesai, Alin langsung berjalan menuju kamar mandi yang membuatnya berakhir mengenaskan di sini.Alin mengambil brush mandi lalu menggosokkan ke tubuhnya dengan sangat kuat. Ia tak peduli kulitnya akan kesakitan. Ia ingin membersihkan sentuhan Tian dari tubuhnya."Pelacur. Pelayan. Dasar pelacur. Wanita sinting." Hanya itu yang Alin katakan sembari membersihkan tubuhnya dengan brush mandi tersebut.Sebenarnya ia belum mau selesai, tapi jika berlama-lama di dalam kamar mandi, Tian pasti akan curiga. Ia tak mau Tian curiga padanya. Ia akan b
Tian, Alin tak ada di penginapan.Satu kalimat yang baru saja ia baca saat ia sudah sampai di Jakarta ini berhasil membuat syok. Jika dihitung, sejak pesan terkirim dan ia baca, jaraknya sudah hampir dua jam.Tian langsung menghubungi Delon. Ia mengumpat kasar saat panggilan pertamanya tak dijawab oleh Delon. Ia mencoba kembali menghubungi Delon."Ha--""Jelaskan kenapa dia tak ada di penginapan!!"Terdengar helaan nafas dari Delon. "Kau memintaku ke penginapan untuk bawa Alin jalan-jalan keliling Bali. Tapi pas aku sampai di penginapan, Alin tak ada. Pihak penginapan mengatakan kalau Alin sudah keluar dan menitipkan kunci penginapan pada mereka." Jelas Delon. Tian mengumpat kasar."Lalu bagaimana? Apa sudah ada kabar?""Sudah. Dia kembali ke Jakarta menggunakan sleeper bus. Mungkin akan tiba lima belas jam sampai tujuh belas jam lagi.""Aku tak suka menunggu. Cari bus tersebut, cegat dan bawa Alin turun.""Kau gila! Aku bahkan tak tahu bus itu dimana sekarang. Bali dan Jawa itu mele
"Alin?" Alin yang sedang melangkah menuju ruang rawat Tian, langsung menghentikan langkahnya. Ia kenal suara itu. Dengan cepat Alin memutar tubuhnya ke belakang. Betapa terkejutnya Alin saat ia melihat Zaki ada di depan matanya."Za--Zaki? Kau--"Kalimat Alin terhenti karena Zaki menarik Alin masuk ke dalam pelukannya."Syukurlah aku bisa ketemu kamu di sini. Alin, aku mau--""Zaki, tunggu dulu!" Alin mencoba melepaskan pelukan Zaki di tubuhnya, "Zaki, untuk saat ini aku tak punya banyak waktu dulu. Aku--""Nggak. Kamu harus dengar ini. Uangnya sudah ada.""Ha?""Uangnya sudah ada Alin. Aku berhasil mengumpulkan dua miliar itu." Alin seketika terdiam membisu. "Kamu nggak perlu lagi kembali ke rumah itu. Aku akan lunasi semua hutang-hutangmu.""Zaki, aku--""Apa pria itu ada di sini? Kita bisa kabur. Saat mengembalikan uang itu, kita akan pergi berdua.""Zaki--" Zaki tak menghiraukan panggilan Alin padanya. Ia langsung menarik Alin untuk keluar dari rumah sakit. Alin ingin memberontak
Tak jauh beda dengan Delon, Haris dan Naura pun baru saja merasakan pelepasan mereka. Dan kini keduanya sedang berada di bawah selimut, setelah tadi Haris berkali-kali melepaskan benihnya dalam rahim Naura. "Capek?" Tanya Haris pada sang istri.Naura mengangguk, "Ngantuk yank." Ucapnya."Ya udah, kamu tidur ya. Aku mandi dulu." Naura lagi-lagi mengangguk. Ia mengeratkan selimutnya untuk kembali tidur, sementara Haris memilih untuk mandi. Tubuhnya terasa begitu lengket setelah pertempuran penuh nikmat yang ia lakukan bersama Naura.Seperempat jam setelahnya, Haris selesai dan kembali masuk ke dalam selimut. Ia memeluk Naura Yang sudah terlelap dan sama-sama mengarungi mimpi.*****Paginya, Kediaman Tian sedang Tak baik-baik saja. Pasalnya sang istri merajuk karena perkara ia minum pakai gelas warna merah. Bahkan keributan itu menarik perhatian pengantin baru.Naura yang saat itu baru masuk ke dalam langsung dibuat heran dengan Alin yang sedang menangis sesenggukan di sofa keluarga. Di
Tita masih syok. satu kalimat yang tak ia bayangkan akan keluar dari mulut Mas Delon, satu kalimat yang tak pernah ia bayangkan akan ada yang meminta itu padanya, berhasil membuat kerja jantungnya meningkat. Tita menyentuh dadanya lalu menatap Delon. "Mas, Jantung aku." bisik Tita. Delon langsung panik. ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, namun langsung dicegat Tita. "Mas mau ngapain?" tanya Tita cepat."Nelpon dokter. tapi jantung kamu--""Iiiihh Mas Delon. kok dokter sih." Dengan tanpa sadar dan spontan, Tita menarik telapak tangan Delon dan meletakkannya tepat di dadanya. sebenarnya tujuan Tita ingin meminta Delon merasakan detaknya, namun sepertinya yang Tita lakukan adalah sebuah kesalahan. karena bukan merasakan detak jantung Tita, justru Delon yang dibuat berdetak tak karuan."Kerasa nggak?" Tanya Tita polos.Delon belum menjawab. Ia menatap Tita Lamat. Sampai Tita sadar jika ia sudah sedikit keterlaluan. Tia langsung menarik tangan Delon dari dadany
Pesta pernikahan sudah usai. yang tersisa hanyalah lelahnya saja. namun beda dengan penagntin baru. bukan sisa, melainkan hal baru. bagaimana tidak, keduanya bahkan tak canggung lagi sama sekali berbicara soal malam pertama. dan itu membuat Delon menatap keduanya kesal. adn saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Tian. di sana juga ada Tita."Bisa disortir sedikit kalimat kalian?" Ucap Delon sewot. Naura menatap Delon dengan tatapan usil, "Makanya, buruan nikah. jangan sampai Tita disalip yang lain."Tita langsung tersipu. sementara Delon menggerutu kesal."Bro, kalimat yang di pesta tadi serius?" kini giliran Tian mengambil alih."Yang mana?""Kamu lihat? Dia yang saat ini sedang abang--"Buugghh!Sebuah bantal kursi melayang ke arah Tian. dan pelakunya adalah Delon sendiri. gugupnya Delon membuat semuanya tertawa."Ngapain malu. kalau benar ya diakui saja. toh nggak ada yang salah kok. kalau Tita sendiri, mau nggak sama om om seperti Delon?" Delon menatap tajam Alin. namun hanya
Hari pernikahan."Kak, selamat ya. Akhirnya nikah juga." Ucap Alin dengan bahagia. Ia tak menyangka jika kakaknya akhirnya berakhir di pelaminan dengan kak Haris.Dan status Naura berubah menjadi istri orang tepat satu jam yang lalu. Pesta pernikahan yang bertemakan white garden itu dihadiri banyak tamu. Khususnya dari rekan-rekan Haris dan Tian di perusahaan dan kawan nongkrong.Di tengah-tengah tamu yang hadir, juga ada Delon dan Tita. Gadis itu terlihat begitu cantik. Delon berhasil menyulap Tita menjadi seorang ratu yang begitu sempurna. Dan selama pesta berlangsung, Tita hanya duduk dan sesekali saja berdiri. Delon juga terlihat melayani Tita dengan sangat baik. Sepertinya pria itu sudah tersihir dengan pesona Tita.Sebelum h-1 pernikahan Haris dan Naura berlangsung, Delon datang ke kediaman Tian. Pria itu berkunjung untuk berkumpul bersama sekaligus mengatakan jika besok Tita akan datang ke pesta dan Delon juga mengatakan bagaimana kondisi Tita sebenarnya membuat Naura dan Alin
Haris dan Naura melihat tim dari WO sedang menyulap aula gedung perusahaan di kantor Tian menjadi ruangan yang dipenuhi berbagai jenis bunga dan lebih mendominasi warna putih. Dan persiapan itu sudah hampir rampung. Setelah dua Minggu pengurusan semuanya, mulai dari surat-surat yang dibutuhkan sampai penentuan konsep pernikahan, bahkan Haris menemui ayah kandung Naura yang sudah pindah ke Bandung untuk memberitahukan rencananya tersebut. Dan kini tibalah saatnya memasuki H-3 pernikahan dirinya dan Naura.Haris merangkul pinggang Naura. "Kamu suka?" Tanyanya pada Naura. Naura mengangguk. "Sangat." Jawab Naura penuh haru. Ia tak menyangka jika dirinya dan Haris akan menikah juga. Dan setelah menikah, mereka tak perlu dipisahkan jarak, karena Haris sudah mendapat izin cuti dari Tian untuk menemani dirinya selama kuliah di Aussie."Oya, kamu sudah dapat info terbaru dari Delon?" Haris menatap Naura yang tiba-tiba menanyakan soal Delon. "Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Kamu sadar nggak
Alin dan Tian baru saja sampai di Jakarta setelah satu minggu lamanya mereka berbulan madu. dan kedatangan mereka siang ini di sambut oleh Haris dan Naura di bandara. dan sepasang kekasih itu sudah menunggu pengantin baru sejak setangah jam yang lalu.Naura asik menyantap es krim yang Haris belikan di cafe bandara. "Enak banget kayaknya." Goda Haris pada gadis itu."Banget yank. kamu mau?"Haris menggeleng, "Kamu aja. aku lagi nggak mau makan es krim.""Kenapa? panas-panas gini mending makan atau minum yang dingin dingin." Tak tergoda sama sekali, Haris tetap menggeleng. Naura mencibir. Ia kembali menyantap es krim coklat kesukaannya. Dari tempatnya berdiri, Haris bisa melihat pengantin baru tersebut keluar dari pintu kedatangan. Ia segera melambaikan tangannya memberi kode pada Tian di mana posisinya saat ini.Naura yang melihat kehadiran sang adik langsung keluar dari mobil dan berlari mengejar Alin. "Aaaaa kangeeennn." Teriak Naura yang langsung memeluk Alin saat dia sudah sampai
Alin melenguh dalam tidurnya. ia merasakan tubuhnya remuk seketika saat ia baru saja terbangun. ia membuka matanya dan melihat suaminya masih terlelap. Alin menatap wajah tenang Tian. ia sangat suka dengan pahatan wajah Tian yang sempurna baginya. bahkan saking sempurnanya, ia akan memasang mata elangnya saat ada perempuan yang melirik pada sang suami. bahkan saat mereka di sini pun, Tian tak lepas dari tatapan para pemangsa. dan ia tak akan pernah mengizinkan pemangsa itu mendekati miliknya.Alin menyentuh pipi Tian lembut membuat Tian terbangun. "Suamiku tersayang, bangun." bisik Alin. Tian tersipu. ia menarik Alin semakin masuk dalam pelukannya membuat Alin tertawa. "bangun sayangku. sudah jam sebelas. kita melewatkan sarapan kita sayang." "Sebentar lagi istriku. atau aku ganti sarapan saja gimana?"Alin menautkan alisnya tak paham. "Ganti sarapan? maksudnya?"Tian tersenyum penuh makna. ia masuk ke dalam selimut dan detik berikutnya Alin memekik saat Tian bermain dengan puncak ke
Tian menatap istrinya yang sudah terlelap. Seharian jalan-jalan membuat Alin lelah dan memilih untuk cepat tidur. Baginya juga tak masalah, biar besoknya Alin punya tenaga lagi untuk kembali menjelajahi Jepang. Masih banyak tempat yang ingin ia tunjukkan pada Alin. Tian turun dari tempat tidur. Ia meraih ponselnya lalu berjalan keluar menuju balkon. Ia mencari kontak ponsel Haris dan langsung menghubungi pria tersebut.Tak lama panggilan itu pun tersambung dan langsung diangkat oleh Haris."Bagaimana di Indonesia?" Tanya Tian tanpa basa-basi."Ck! apa kau tak bisa basa-basi terlebih dahulu?" ucap Haris membuat Tian berdecak kesal.. "Kau tahu aku tak terlalu suka hal itu. bahkan darahku mendidih saat melihat pria sialan itu berani masuk ke dalam rumahku. sialnya aku tak meminta orang-orangku untuk berjaga di sana." jawab Tian dengan nada suara yang begitu dingin.Haris paham itu. ia sangat tahu jika Tian tak suka rumahnya dimasuki oleh orang sembarangan. bahkan untuk Naura bisa di sa
Haris dan Naura menikmati makanan yang mereka pesan dengan sangat nikmat. Naura yang awalnya ingin Haris makan bersamanya di tempat tidur rumah sakit, berubah menjadi ia yang mengikuti Haris makan di meja beserta sofa yang sudah di siapkan di ruangan tersebut.Setelah makanan habis, Naura belum ingin kembali ke tempat tidur. Toh ia juga tak butuh apa di tempat tidur. Makanya ia mengatakan jika ia sudah bisa pulang sebenarnya. Namun karena dokter mengatakan belum, jadi ia pasrah saja. Dari pada ia ribut lagi dengan pria yang ada di sampingnya ini."Alin kapan balik?" Tanya Naura pada Haris yang sedang mengupas buah."Katanya sih cuma liburan seminggu. Kamu tahu sendiri Tian. Dia bos nya di sini. Jadi seminggu katanya, belum tentu seminggu. Bisa jadi sebulan.""Ih jangan. Kok sebulan."Haris langsung menatap Naura,"kenapa kalau sebulan?""Kalau sebulan, berarti aku udah balik dong ke Aussie, terus kita nikahnya kapan?" Ucapnya cemberut. Tawa Haris nyaris meledak kalau ia tak menahannya