"Kau telah melaksanakan perintahku?" kata Wira kepada utusannya.
"Ya, lihat saja hasilnya. Jangan lupa untuk mentransfer," sergah orang itu lewat panggilan telepon
Wira tersenyum puas, apa yang ia rencanakan berhasil sempurna.
Paman Wira adalah seorang manajer perusahaan yang dipimpin oleh Arkha putra Jason, adik dari William Jason yang ingin mengendalikan perusahaan grup Jason.
Paman Wira saat ini berada di kantor tepatnya, di balkon menyesap rokok yang terlihat sangat mahal sambil menunggu hasil rencananya.
"Kita lihat saja William, siapa yang akan menang," imbuhnya sambil tersenyum menyeringai.
Di tempat lain, Arkha bersama dengan sopir pribadinya, sedang dalam perjalanan menuju kediaman. Tiba-tiba sopirnya merasakan sesuatu yang aneh dengan mobil yang mereka kendarai, dia mencoba untuk menginjak pedal remnya, tetapi sayangnya tidak berhasil, yang berarti remnya rusak dan tidak berfungsi.
"Ada apa, Pak?" tanya Arkha melihat kecemasan di wajahi supir pribadinya.
"Tuan, maaf.sepertinya remnya tidak berfungsi."
"Apa! Tidak berfungsi? Sial, bagaimana ini bisa terjadi?" Arkha mengutuk, dia melonggarkan dasinya mencoba untuk tenang.
Tak berapa lama, ada seseorang yang lewat di depan mobil Arkha, yang membuat mereka kaget hingga pengemudi kaget dan langsung membanting setirnya hingga kecelakaan pun tak dapat terhindarkan.
"Aaaa," teriak Arkha dan sopirnya
Mobil itu terjun bebas tepat di jurang yang dalam, di mana ada sungai tepat dibawahnya.
Byur
*********
Sedangkan di sebuah desa Lily, nampak seorang gadis cantik dan pintar. Dia juga primadona desa setempat. gadis cantik dengan hewan peliharaannya itu bersiap untuk pergi ke sungai untuk memandikan peliharaannya itu. Nama gadis itu adalah Nirina Amalia atau biasa dipanggil Nina.
"Ayo semua, kita mandi dulu biar segar, lalu pulang," seru gadis itu pada hewan peliharaannya yaitu tiga ekor kambing. sesampainya disana dia terbelalak melihat ada sebuah mobil yang rusak di sungai tersebut.
"Ya Tuhan, ada orang kecelakaan?!" dia berlari ke arah mobil itu dan langsung mengecek keadaan Arkha dan sopirnya
"Ya ampun, bagaimana bisa?" ucap Nina dan mencoba mengecek denyut nadi Arkha dan sopirnya.
"Dia masih bernafas, saya harus minta bantuan, tunggu sebentar Pak."
Arkha masih setengah sadar dengan tubuhnya berlumuran darah, dia sempat melihat wajah seorang gadis membantunya hingga akhirnya ia pingsan.
Nina berlari meminta pertolongan, terlihat di dekat perempatan banyak orang sedang mengobrol.
"Tolong-tolong," teriak Nina terengah-engah ke arah semua orang.
"Hei Nina, ada apa? Kenapa kau seperti baru saja melihat hantu."
"Ini lebih dari hantu," ucapnya dengan nafas terengah-engah.
"Kamu atur napas dulu Nina."
Hah .. huh
Setelah menarik napas, dia akhirnya mulai berbicara dan menceritakan kejadian yang dialami dan dilihatnya di sungai.
"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi," ucap mereka langsung berlalu meninggalkan Nina, semua warga segera menuju sungai.
"Woy, kok aku ditinggal. Ya ampun," dengus Nina kesal kemudian langsung mengikuti mereka.
Sesampai di sungai, warga bergotong royong menyelamatkan sopir dan Arkha. Namun sang sopir telah menghembuskan napas terakhirnya , sedangkan Arkha masih bernafas, mereka langsung membawanya ke klinik setempat.
Di klinik, Ayah Firman datang dengan wajah cemasnya dan menghampiri putri cantiknya, dia diberitahu oleh seorang warga bahwa Nina membantu seseorang di sungai.
"Nina, kamu baik-baik nak," tanya Ayah Firman dengan lembut
"Nina, tidak apa-apa Ayah."
"Bagaimana dengan orang yang kamu bantu?"
"Masih dalam bantuan dokter, Ayah, tenanglah!"
"Baiklah kalau begitu."
Dua jam kemudian dokter keluar dari ruangan bersama perawat
"Maaf, siapa yang bertanggung jawab atas tuan itu."
Semua orang saling memandang dan akhirnya Nina menjawab
"Saya akan bertanggung jawab dokter."
"Bagaimana keadaannya dokter?"
"Dia mengalami amnesia, luka di kepalanya, telah membuatnya kehilangan ingatan."
"Kalau begitu apakah bisa disembuhkan, dokter?"
"Ya, ingatannya akan kembali tetapi itu akan memakan waktu yang cukup lama," ucap dokter itu lalu memberikan resep obatnya "Ya, sudah saya permisi, jangan lupa ini obatnya."
"Terima kasih, dokter," ucap Nina mengangguk
"Lalu siapa yang akan menampungnya, Nin," salah satu warga bertanya
"Saya akan menampungnya, Pak."
"Kamu lagi, Nin. Tidak apa-apa?"
"Ya, aku ikhlas. Bagaimana dengan Ayah? Hanya sampai dia pulih dari ingatannya."
"Iya, Ayah setuju."
Dua hari kemudian, Arkha terbangun. perawat yang menangani Arkha pun menghubungi Nina.
"Halo selamat siang Nona, teman anda sudah sadarkan diri. bisakah Anda menemuinya?"
"Baiklah Sus, saya akan segera ke sana."
Nina buru-buru mandi setelah selesai memasak. Tak lupa membawa makanan untuk pria itu. Setelah siap ia langsung berpamitan pada Ayahnya.
"Ayah, Nina pergi dulu."
"Nin, kamu mau kemana?"
"Ke klinik Ayah, orang itu sudah bangun."
"Syukurlah, hati-hati."
"Baik Ayah."
Di sisi lain, di kota Jasmine, ada seorang pria paruh baya yang tertawa terbahak-bahak karena rencananya berhasil.
"Papa, ada apa? kenapa tertawa?" tanya Dika mengerinyitkan dahi
"Ini hanya tentang bisnis Papa. Itu saja," ucap Wira. "Oh ya lebih baik kau tak usah ikut campur urusan Papa, kau urus pekerjaanmu sendiri."
Dika merasa aneh, dia akan mencari tahu semuanya. Gerak gerik ayahnya sangat mencurigakan. Dika segera pergi ke kediaman Arkha tetapi pelayan itu berkata jika tuannya tidak pulang dari acara perusahaan.
"Aneh sekali, apa yang terjadi di sini? di mana paman William dan kak Arkha?" batin Dika menerka
...
Di desa Lily, seorang gadis cantik mulai membuka pintu ruangan Arkha. Ia celingukan mencari sosok penghuni itu dan tak lama pria itu muncul dari kamar mandi
"Permisi tuan," sapa Nina tersenyum kepada Arkha
"Kamu siapa?" tanya Arkha sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut dan masih terbalut perban. Dan ia pun pelan-pelan duduk di ranjangnya
"Saya Nina, kak, yang membantu dalam kecelakaan di sungai."
"Kenapa aku tidak bisa mengingat semuanya?"
"Dokter bilang kamu amnesia tapi kamu masih bisa sembuh," ucap Nina sambil meletakkan makanan di atas meja dekat Arkha
"Sungguh, terima kasih telah membantuku," ujarnya
"Sama-sama kak, oh ya maaf sebelumnya. Gimana kalau kamu aku panggil kak Arya ? karena aku nggak tahu namamu," ucap Nina lirih
"Oke, nama yang bagus," Arkha atau Arya hanya manggut-manggut
"Oh ya ini, kakak makan ya," ucap Nina menyodorkan makanan yang dibuatnya untuk Arya
Arya langsung menyantapnya dengan perlahan.
"Gadis ini benar-benar sangat baik," pikir Arya tersenyum
Sedang di tempat lain Wira tengah mengadakan pesta bersama teman-temannya. Merayakan keberhasilannya karena telah berhasil menyingkirkan keluarga Jason
"Mari kita semua menikmati. Saya akan segera memimpin perusahaan grup Jason," ucap Wira pada semua rekannya dengan senyum merekah
Semua orang bersulang dan melanjutkan acaranya hiingga pagi.
Keesokan harinya, Arya dan Nina sudah diperbolehkan pulang dari klinik. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Roni, teman Nina.
"Nin, kamu dari mana? dan dengan siapa? sepertinya dia baru di sini."
"Oh, ini kak Arya. Nanti aku ceritain, soalnya ceritanya panjang kayak kereta. Kita mau pulang, bye Roni."
"I-iya Nina."
"Siapa pria itu? seperti pernah melihatnya," pikir Roni mencoba mengingat
Nina membawa Arya kerumah kosong di sebelah rumahnya, rumah itu juga milik Ayah Nina, hanya saja tidak lagi ditempati.Nina membuka pintu, seketika ia langsung mengerutkan keningnya, melihat rumah yang sudah lama tidak digunakan itu tampak bersih."Ada apa, Nina?" tanya Arya"Eh, tidak apa-apa, masuklah kak. Maaf, rumahnya kecil. Ini juga rumah kami, hanya saja sudah lama tidak ditempati. Tapi sudah dibersihkan.""Tidak apa-apa Nin, terima kasih sudah bersedia menampungku."Nina mengangguk dan meletakkan ponsel di ruangan yang akan digunakan Arya."Kak, aku tinggal dulu yah, aku ada urusan. Jika terjadi apa-apa, telepon aku. Ini nomorku dan gunakan ponsel ini," kata Nina sambil men
"Dasar penjilat," batin VirgoVirgo mengikuti Wira ke kamarnya."Vir, kamu santai saja di ruangan itu. Jangan ganggu aku dulu.""Ya pak," kata Virgo membungkuk.Ketika Virgo akan kembali ke kamar, dia bertemu Dika, mereka hanya saling menatap dan Dika pergi ke kamar ayahnya."Papa.""Ada apa Dika?""Apakah Papa yakin bisa mengatur semua ini?""Kamu meragukan papamu ya, sudah sana kembali ke tempatmu."Dika menghela napas panjang dari kamar Ayahnya.Di ruangan yang berbeda, tepatnya di mana Virgo berada
"Nin, maafin aku." "Nin,anak orang, lepasin!" Mita mencoba melerai "Denger ya, kau sudah buat celaka orang. Sekarang minta maaf sama kak Arya atau aku laporkan ke polisi," ancam Nina "I-iya Nin, aku akan minta maaf." "Ini hanya demi kamu, Nin. Aku takut kehilanganmu," batin Roni tersiksa "Oke, kapan kau menemui kak Arya?" "Besok Nin." Nina mengangguk dan mengajak kedua sahabat pergi dari tempat itu dan menuju pasar malam. Keesokan harinya, Arya terkejut saat dia membuka pintu rumah, ada Roni dihadapannya "Roni, kau kesini. Ada apa?" "Aku minta maaf sama kamu, yang nabrak kemarin itu aku. Maafkan aku." Arya melihat dari sorot mata Roni, jika dia terpaksa. Arya hanya menggeleng kepala melihat tingkah Roni seperti itu. "Kau menyukai Nina." Deg Kata- kata Arya membuat Roni menatap penuh arti "Iya, kau tahu." "Dari tatapanmu pada Nina, sudah terlihat." "Baguslah kalau tahu, jadi aku tak perlu menutupinya lagi. Oh ya soal permintaan maaf ku padamu hanya demi Nina, ingat itu!
Tiga hari kemudian setelah kejadian tempo hari, Arya membuat kejutan kembali dibantu dua sahabat Nina."Mit, An. Kalian tak repot kan?" tanya Arya"Tidak kak, oh ya kita harus segera kerumah gadis bar-bar itu.""Siapa gadis bar-bar?""Siapa lagi kalau bukan kekasihmu, kak Arya," ucap mereka berdua cekikikan"Kalian ada-ada saja.""Udah mending sekarang kita kerumahnya buruan, sebelum gadis itu pergi.""Oke. Ayo!"Di Jalan, Arya dan dua teman Nina bertemu dengan Roni. Roni membocorkan sarkastik ke Arya. Tapi dia mengabaikan hal yang penting untuk tidak menyentuh pikirannya. Arya tahu bah
Mario dan Virgo mengendorkan pelukan mereka saling menatap heran. "Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir mereka berdua. Mita dan Ana buru-buru menghampiri mereka berdua agar tenang sejenak."Kak, ini minumlah. Apa kau mengenal kak Arya?" tanya Mita pada Virgo" Makasih, namanya Arya. Tapi ia mirip temenku yang selama ini hilang.""Sebenarnya bukan nama asli kak.""Sungguh," ucap Virgo menegaskan"Iya. Sudahlah kita nikmati saja acara pestanya dulu.""Oke."Acara pernikahan Nina dan Arya lancar tanoa hambatan, semula Roni ingin mengacau karena tak terima merek menikah dengan cepat oara warga menahan manusia itu.Kini Roni bersama temannya tengah mabuk, dan ucapannya ngelantur semua tertawa dengan kekonyolannya "Hey, Ron. Kau tak usah pikirkan Nina, dia istri orang," ucap teman Roni yang sudah teler"Hahhahaha, tak mudah bagiku. Lihatlah akan aku buktikan kalau akan mendapatkannya," ucap Roni cekikikan sambil memegang botol miras oplosan"Dasar
"Berhenti! Nina aku mencintaimu, kenapa hancurkan aku, hah," bentak Roni"Roni, ngapain kamu?" tanya Nina ketakutan tapi Arya mencoba menenangkannya dengan merangkulRoni datang dengan wajah berantakan dan juga keadaan sedang mabuk, ia tertawa menyeringai"Hahahaha. Nina, kau tak pantas dengannya. Lihatlah aku! aku begitu menyayangimu Nin," teriak Roni Tak lama, beberapa warga membawa Roni keluar dari acara tersebut, dan dia berusaha memberontak"Brengsek, lepaskan aku!""Diam kau Ron, atau aku lempar tubuhmu ke sungai," ancam salah satu wargaDari kejauhan, orangtua Roni melihat anaknya di seret para warga, buru-buru menghampiri"Ada apa ini, Pak?""Pak Toni, lebih baik bawa anak anda ke rumah. Dia mencoba mengacau di acara Nina.""Apa! astaga kau memalukan, Roni," ucapnya dan buru-buru membawa putra kesayangannya yang sudah tel
Buru-buru Arya mengangkat telpon"Sorry aku kesiangan, kau tunggu disitu Vir," ujar Arya pada Virgo sahabatnya"Oke, buruan.""Siap."Arya menutup telpon lalu mengecup kening istrinyaCup"Aku mandi dulu sayang."Nina mengangguk dan bergegas mengambil baju ganti untuk suaminya. Sesaat, pria tampan itu sudah selesai mandi lalu mengganti baju."Sayang, aku akan keluar kota sebentar. Kau baik-baik di rumah ya.""Kemana kak, kenapa mendadak.""Aku cari kerja ada panggilan tadi, nanti aku pasti kabari kamu.""Baiklah, mau bawa baju berapa kak.""Tak usah, aku akan beli nanti dari gajiku. Kamu nggak apa kan sayang.""Nggak kak, kakak hati-hati.""Iya, ayo kita keluar."Arya merangkul istri keluar dari kamar, dan pria tampan itu mengajak berpamitan pada mertuanya.TokTok"Ayah," panggil NinaDan pintu pun terbuka"Nina, Arya. Ada apa nak?" tanya lembut Ayah"Ayah, Arya mau pamit. Arya akan ke kota untuk bekerja, doakan lancar ya.""Kau sama siapa, nak.""Sama kenalan kemarin tanya-tanya soa
Nina yang di bekap seseorang, buru-buru di masukkan ke dalam mobil, di dalam mobil sudah ada Ayahnya lebih dulu. Tak lama, mobil yang membawa Nina dan Ayahnya sudah sampai di sebuah villa. Para orang-orang itu membawa tubuh Nina dan Ayahnya dan mengikat mereka berdua di sebuah kamar. Di kamar itu sebelumnya sudah ada seorang wanita paruh baya yang cantik, Wanita itu terkejut ada penghuni baru.Setelah orang-orang itu keluar dari kamar, Wanita paruh baya tersebut mencoba membangunkan Nina dan Ayahnya"Hei, bangunlah."Nina terbangun mengerjab-ngerjab dedangkan Ayahnya masih belum bangun. Nina mencoba membangunkan "Ayah, ayo bangun," Nina membangunkan Ayahnya. Lelaki paruh baya itu akhirnya membuaka mata dan meliat ke samping "Nina, kau tak apa kan," tanya Ayah cemas melihat putri semata wayangnya"Nina baik aja, Ayah.""Syukurlah nak."Nina mengedarkan pandangannya pada wanita paruh baya di dekatnya."Maaf nyonya, anda kenapa bisa di sini?"tanya lembut Nina"Aku sama denganmu, nak.
Raka berjalan menyenggol lengan Alden yang tertawa namun tak berlangsung lama, karena Yasmine menjewernya agar tak iseng. Sedangkan Raka memilih tidur di sofa ruang tamu. Nina dan yang lain menghela nafas berat melihat kelakuan Hilda mengusir suaminya sendiri.......Pagi nya, Hilda bangun pagi sekali dan membangunkan suamnya"Kak, bangun.""Emmm, astaga," ucap Raka terkejut ada Hilda di depannya"Kamu pikir aku hantu, ayo bangun.""Ada apa sayang.""Ayo mandi, aku mau kerumah Bunda Sarah. Ayo.""Hah, tumben.""Udah ah, ayo buruan. Awas aja uler keket ikut lagi.""I-iya, nih bangun."Raka pun mengikuti istrinya menuju kamar membersihkan diri segera. Selesai ritual mandinya mereka bersiap untuk ke rumah Bunda Sarah."Udah semua, sayang.""Udah kak."Mereka keluar, Hilda menggendong Berlian yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Saat sampai di ruang makan, Raka dan Hilda menitip pesan karena Mami da Daddy belum bangun."Bik, kita titip pesen Mami dan Daddy jika ke rumah Bunda Sarah,
"Sayang, udah dunk. Capek nih. Nih," Alden memelas pada istrinya"Hahhahaaha, kau lucu sekali sayang. Aduh perutku sakit.""Ih nyebelin deh."Saat ini Alden di dandani seperti cewek memakai pink polkadot dress serta higtheels pink. Sungguh menggemaskan sekali, jika orangtuanya tahu mungkin diketawain dua hari dua malam."Sini, aku bersihin. Kacian amat."Yasmine pun dengan telaten membersihkan wajah Alden, setelah bersih ia memberi kecupan hangat di seluruh wajah suaminya. Alden mengulas senyuman lalu mencari kesempatan dan menarik dagunya memperdalam pagutannya. Namun, saat dia merasa ingin lebih, Yasmine mencegahnya"Puasa dulu, hahahhaha."Alden mendengus kesal karena hasratnya tak tertuntaskan, dan ia memilih untuk bersolo karier di kamar mandi. Setelah hampir satu jam lamanya, Alden keluar dengan wajah ceria kembali. Ia mendekati istrinya yang mulai gemar nonton drakor dilaptopnya."Sayang, kok nonton drakor mulu.""Seneng aja, romantis sayang. Oh ya kita ke rumah Mami yuk. Aku
"Uda ayo buruan anter aku pergi.""Yas tunggu, sebenarnya kamu kenapa dengan Alden.""Aku hamil, La. Hiks ... hiks. Tapi Alden nggak mau," ucapnya sesegukanLala heran kenapa dengan Alden hingga nggak mau menerima kehadiran buah hati mereka."Kenapa dia nggak mau, itu buah hati kalian, Yas.""Dia trauma dulu pas aku ngelahirin sudah kayak orang gila, saat aku berjuang melawan maut.""Astaga, Alden kau gila.""Lalu, aku mau anter kamu kemana Yas," tambahnya"Kita cari tempat yang nggak mungkin di jangkau Alden."Yasmine berfikir ia akan ke New york menemui Bu Rose. Pasti dia akan di tampung lagi pikirnya."Aku ke Bu Rose aja, La.""Hah, New york.""Hem.""Tapi Yas, kalau mertua mu tahu gimana kalian ini.""Tolong jaga rahasia ini, dari semua La."Lala dan Yasmine masuk ke dalam mobil menuju bandara. Sepanjang perjalanan perasaan Yasmine campur aduk. Tiba-tiba, ada dering ponselnya terlihat panggilan dari Alden. Namun ia tak menggubrisnya.Alden baru saja di telpon oleh suster jika Yas
Nina melihat raut wajah Yasmine pucat segera menghampiri menantunya."Yas, kamu kenapa? Kenapa wajahmu pucat.""Kepala Yasmine pusing Mi.""Mana Alden?""Aku usir Mi.""Hah, kenapa sayang. Tumben biasanya kalian kayak perangko.""Pengen sendiri aja Mi.""Mami anter ya ke kamar hotel, ya.""Nggak usah Mi, Yasmine hanya lelah aja kok.""Ya udah kalau butuh Mami, panggil ya. Mami sama Daddy ada di sebelah sana ada Papa Mama mu juga.""Baik Mi."Nina pun berpamitan gabung dengan para sahabat lain, sedangkan Yasmine memijat pelipisnya mersakan kepalanya berdenyut kembali."Kenapa kepalaku pusing banget sih."Tak lama twins dan Babaysitter datang mendekatinya."Mami, kita foto sama aunti dan Om yuk," ajak Sha"Boleh, ayo."Yasmine berjalan bersama kedua buah hatinya menuju pelaminan, Alden melihat istri serta anaknya naik kepelaminan tanpa mengajaknya, merasa diacuhkan ia pun segera mengikuti."Mau kemana kak," tanya Dira"Mau ngejar kakakmu itu."Willi, Revan, Lala dan Dira melihat Yasmin
Setelah kepergian Herlina dari ruangannya, Alden menelpon salah satu bodyguardnya. "Halo bos.""Bagaimana situasi.""Tawanan tak mau makan, bos.""Paksa atau robek mulutnya, setelah itu lempar perempuan itu ke kampung terpencil yang tak ada yang mengenalinya.""Siap bos."Alden menutup telpon lalu beralih mengajak istri untuk pulang karena persiapan ke kampung Ega."Come on ladies, kita siap-siap ke kampung Ega.""Siap tuan raja."Alden menoel hidung macung istrinya lalu mereka turun bersama sampai di lobby pasangan muda tersebut jadi pusat perhatian karena santun dan berwibawa."Sumpah, ceo kita sungguh membuatku baper sama istrinya.""Iya dulu tuan Arkha sekarang keturunannya.""Iya dunk lihat dulu bebet nya makanya jadinya begini.""Udah-udah ghibah nanti lagi, kasihan yang diomongin.""Siap sayang."Alden dan Yasmine bersiap meluncur ke kediamannya, sebelum itu mereka mampir ketempat babyshop membeli keperluan twins karena kebetulan ada yang habis."Udah sayang, ayo.""Oke."Mere
Lala sengaja pagi sekali menemui Revan untuk meluruskan masalah yang ada. Yasmine dan Alden pun mundur masuk ke dalam rumah membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah.Revan menatap gadis yang ia cintai saat ini kebencian, dia hanya bisa membiarkan nya entah omongan yang akan keluar dari mulutnya."Honey, aku minta maaf. Kamu salah paham kemarin dia sepupuku Reno, dia dari kampung. Kalau kamu nggak percaya bisa dateng ke rumahku," ucapnya lirih"Hanya itu saja.""Lalu, apa yang harus aku jelaskan honey. Tak ada lagi.""Kalau ponsel kenapa kamu matiin.""Kemarin aku matiin karena lowbat sekarang udah beli batrenya lagi. Kamu masih nggak percaya sama aku. Kita udah lama, udah 5 tahun. Aku juga sabar menghadapi hubungan kita, terus kamu mau nya harus sabar kayak apalagi, Van."Revan melirik ke arah wajah yang sudah terisak itu, lalu memeluknya."Maafin aku, jika kamu terlalu sabar denganku.""Aku juga minta maaf jika egois memaksamu.""Udah sekarang, senyum dunk," ucap Revan sambil m
Revan menghela nafas berat saat mendengar nasihat dari Mamanya. Padahal ia tengah menyiapkan sesuatu untuk kekasihnya itu. Revan mencoba menelpon kekasihnya Lala namun tak aktif."Huh, kemana dia. Apa dia masih marah."Revan sungguh tak enak hati, ia buru-buru mandi dan ingin segera menemui kekasihnya lagi. 15 menit kemudian, Revan sudah rapi dan terlihat tampan. Ia menyambar hoodie hitamnya dan kunci mobil llu turun ke bawah. Saat di bawah ada Oma Opa serta orangtuanya sedang asyik berbincang di ruang tamu."Van, kau mau kemana nak," tanya Aldo"Revan mau keluar bentar, Pa," ucapnya sambil melirik Mama nya."Kamu jadi cowok jangan males, Van," Elena menyindir Revan membuat semua menatapnya bingung"Maksudnya apa Ma," tanya Aldo pada istrinya"Tanya sendiri pada putramu.""Ada apa sebenarnya, Van.""Nanti aja ya Pa, Revan jelasin. Revan keluar bentar.""Baiklah, kamu hati-hati."Revan mengangguk dan menyalami punggung tangan kedua orangtua dan Opa, Oma nya."Assalamualaikum.""Waa
"Sayang, kau kenapa?"Alden membopong tubuh istrinya berjalan keluar, Yamsine panik dan berpura-pura lemas"Al,mau kemana," ucap Yasmine lirih"Mau bawa kamu ke dokter sayang, masak mau ke club.""Ih kamu ya, aku minta ke rumah aja.""Kamu kan sakit ngapain ke rumah, sayang. Udah mending nurut.""Aku nggak mau , ayo buruan ke rumah atau kamu nggak dapet jatah sebulan."GlegSeketika Alden menelan ludah kasar mendengar ancaman istri tercinta mau tak mau ia menurutinya. Tanpa berprasangka buruk, Alden segera menuju kediamannya. Yasmine tersenyum geli melihat raut muka panik Alden.Sampai di rumah, Alden mngerutkan dahi melihat suasana ramai . Ia tak ma berprasangka buruk kembali ia melirik istri namun Yasmine pura-pura tidak mengerti. Saat Alden turun mobil dan ingin menggendong istrinya, ditolak."Kenapa sayang.""Pegang tanganku aja," ucapnya manka"Aneh," pikir Alden pada istrinya Dan keduanya berjalan gontai masuk ke dalam rumah dan"Surprise," sorak semuaAlden tersenyum kebingun
"Sayang, kenapa teriak.""Kami merindukan Mommy, hiks ... hiks."Cup ... cup"Jangan nangis dunk, sayang. Mommy nggak akan pergi lagi."Yasmine menenangkan kedua buah hatinya yang memang merindukannya selama dua tahun ini."Udah ya, nggak boleh nangis dunk," ucap Alden membelai keduanya"Ada permintaan nggak buat Mommy dan Daddy, hem.""Apa akan dikabulkan Dad.""Diusahakan pasti.""Kita mau adek," ucap kompak keduanya"Apa!" Kompak Alden dan YasmineSha dan Axel cekikikan melihat keterkejutan orangtua mereka..............Waktupun berganti malam hari, keluarga besar Wiliam dan Wijaya telah merayakan kebahagiaan atas kembalinya Yasmine dan mengadakan pesta resepsi pernikahan Alden dan Yasmine. Mereka juga gak lupa berbagi pada seribu anak yatim piatu di Indo agar merasakan kebahagiaan yang sama.Di kamar pengantin"Sayang," sapa Alden melihat istrinya masih dirias sungguh ia terpesona dengan kecantikan Yasmine."Bentar lagi, Al.""Baiklah aku tunggu."Sembari menunggu istrinya sele