Aku sudah tidak bisa menolak, dengan tanpa bicara apapun aku membiarkan Rendi mengeluarkan motorku dari parkiran, padahal sejak tadi ia tidak berhenti mengajakku bicara. "Terima kasih, Ren."Ucapku sesingkat mungkin dan ingin bergegas pulang. *** Sesampainya di rumah, aku mendapati Mbak Wina dan Fatia tengah berkemas. "Mbak, mau kemana?"tanyaku kebingungan karena sebelumnya Kakak Iparku ini tidak mengatakan apa-apa. "Ke rumah Ibunya Mas Hanan, beliau sakit tidak ada yang menemani." Melihat dari banyaknya pakainya yang Mbak Wina bawa, aku sudah bisa menduga jika mereka akan lama di sana. "Fatia, ikut?" "Iya, biar bisa nemenin Adiknya. Yasudah kalau begitu aku pergi dulu ya, Nay, sebentar lagi taksi online datang. Berhati-hatilah di rumah, sebelum tidur pastikan semua pintu tertutup rapat,"pesan Mbak Wina. "Iya hati-hati Mbak, tapi apa Mbak Wina tidak menunggu Mama pulang dulu?" "Tidak, Mama pasti pulang tengah malam aku sudah pamit lewat Wa, kamu tidak perlu masak maka
Selamat membaca 🤗"Saya terima nikah dan kawinnya, Anaya Putri Binti Arif Arifin, dengan Mas kawin seperangkat alat sholat dan uangtunai sebesar Lima juta Rupiah."Hanya dengan satu tarikan nafas saja, Mas Fandi mengucapkan ijab kabul dengan begitu lantang dan jelas, tanpa ada celah dan gugup sedikitpun. Membuat hatiku bergetar ketika mendengarkan lantunan yang sangat indah di telingaku itu. Bahkan kedua bola mataku sampai berkaca-kaca dan langsung meneteskan air mata. Mendengar kata-kata Mas Fandi yang sudah sangat lama aku impikan ini."Bagaimana para saksi! Sah!"ucap pria sepuh yang menjadi penghulu kami."SAH!""SAH!""SAH!"Kata-kata Sah, terdengar sangat nyaring dan bersahut membuat aku semakin berada di ambang kebahagiaan tanpa batas karena momen inilah yang sudah sangat lama aku impikan."Alhamdulillah!"Ucap Syukur kembali bergema, ketika pak penghulu dan para saksi meresmikan aku dan Mas Fandi.Dan pada detik itu juga, aku resmi menjadi istri Mas Fandi. Lelaki yang aku cin
Selamat membaca 🤗🍁🍁"Anaya! Apa yang kau lakukan!"sentak Mama, dan sentakannya itu sukses membuatku terkejut sampai aku menjatuhkan pisau yang tengah aku gunakan untuk mengiris tahu.Aku bingung, dan tidak langsung menimpali sentakan Mama. Dengan wajah kesal dan terlihat tidak suka, Mama mendekati ku."Apa yang kau lakukan dengan tahu ini?"tanyanya sambil menunjukkan satu potong tahu yang baru saja aku iris tadi, tepat di depan wajahku."Aku, mengirisnya Ma,"jawabku dengan gugup karena melihat wajah Mama yang begitu sangar tidak seperti beberapa menit lalu, di saat dia sedang menceritakan Mas Fandi. Membuatku takut dengan perubahan sekejap itu."Mama tau kau mengiris Tahu ini, tapi apa seperti ini cara mengiris tahu yang benar?"Mama kembali menyentakku."Maksud Mama?"Tanyaku bingung."Astaga! Anaya, apa kau tidak pernah di ajari cara memasak dengan Ibu mu?"Deg!Dadaku langsung tersentak mendengar kata-kata Mama yang malah melibatkan Ibuku."Bukan seperti ini cara memotong Tahu yan
Selamat! Membaca 🤗🍁🍁🍁Dua jam berlalu, tapi Mas Fandi dan Mama masih belum keluar dari kamar. Membuat hatiku semakin gelisah, apakah Mas Fandi ketiduran di sana?"Naya! Apa yang kamu lakukan di sini?"tanya Mbak Wina yang melihatku tengah mondar-mandir di depan kamar Mama."Mbak, bisa tolong aku untuk memanggil Mas Fandi? Jika Mbak Wina yang mengetuk pintu kamar Mama, beliau pasti tidak akan marah,"pinta ku."Aku tidak berani, sudah kamu tidak usah memperdulikannya. Lebih baik kau tidur saja di kamarmu."Apa! Bisa-bisanya Mbak Wina memintaku untuk tidak memperdulikan ini, bagaimana bisa aku abay pada suamiku yang sudah lebih dari 4 jam berada di kamar mertuaku. Aku mengkhawatirkan mereka berdua."Mbak, apa Mbak Wina tidak merasa khawatir? aku takut terjadi sesuatu pada Mama, tadi sore Mama marah padaku, aku takut jika karena ini tensi darah Mama jadi naik.""Tidak Naya, mereka berdua sudah biasa seperti ini. Sudah, lebih baik kamu tidur saja ini sudah malam,"sahut Mbak Wina dan la
Selamat! Membaca 🤗Dengan hati yang berbunga-bunga aku kembali masuk kedalam Rumah, dan aku terlonjak melihat Mama yang berdiri di ambang pintu, apa sejak tadi beliau memperhatikan aku dan Mas Fandi?"Ma, apa ada sesuatu yang Mama butuhkan?"tanyaku kaku."Tidak, kau bersiap-siaplah. Bukankah kamu ingin ke rumah ibumu."Ujar Mama.Aku mengangguk dan lagi-lagi aku di buat bingun dengan ekspresi dan sikap Mama yang kali ini kembali berubah. Mungkin apa yang di katakan Mas Fandi benar, jika Mama sedang dalam suasana hati yang tidak baik karena banyak pikiran, aku harus mengerti dan memahami ini. **Tidak membutuhkan waktu lama, setelah siap, aku menenteng Tas dan keluar kamar. Aku langsung berpamitan pada Mama dan dengan sangat ramah beliau berkata."Hati-hati di jalan Anaya, Mama titip salam untuk ibumu."Aku tersenyum."Iya Ma."Ojek Online yang aku pesan sudah tiba, aku mencium punggung tangan Mama dan segera pergi dari sana. Aku sudah sangat tidak sabar ingin bertemu dengan Ibu. Baru
Selamat! Membaca 🤗Kemana Mas Fandi?Tiba-tiba hatiku cemas, entah apa yang membuatku cemas yang jelas saat ini aku ingin tau dimana Mas Fandi. Aku turun dari ranjang menuju kamar mandi, aku berdiri lama di sana menajamkan pendengarannya ku untuk memastikan adakah Mas Fandi di dalam. Namun setelah aku benar-benar memastikan, aku tidak mendengar suara apapun, jika Mas Fandi di kamar mandi paling tidak aku mendengar suara gemericik air kan.Tok!Tok!"Mas, Mas Fandi!"panggilku, guna memastikan kalau-kalau Mas Fandi memang ada di dalam.Bukan aku tidak bisa langsung masuk kedalam, tapi Mas Fandi tidak suka jika ada orang lain ikut masuk saat ia berada di tempat seperti itu. Termasuk diriku, Istrinya sendiri.Tidak ada sahut apapun didalam, membuat hatiku berani untuk membuka pintu.Ploong!Kosong!Tidak ada siapapun di bilik mandi itu, lalu kemana Mas Fandi?Tidak ingin mati karena penasaran, aku memutuskan untuk keluar kamar. Lampu ruang keluarga sudah padam tidak mungkin Mas Fandi ada
Selamat Membaca🤗 Aku yakin dengan apa yang aku lihat tadi, jika Mama sedang memandangi Mas Fandi, sambil tersenyum malu. Ya, senyum malu-malu, bukan senyum senang karena anaknya tengah sarapan dengan lahap, layak Orang Tua pada umumnya ketika melihat sang anak tengah bernafsu makan. Aku melihat senyum berbeda di kedua sudut bibir Mama, begitu juga dengan matanya yang memancarkan kekaguman. Dengan jari-jemari yang mencengkram kuat sendok yang ada di tanganku, aku kembali memberanikan diri untuk melihat Mama. Benar saja, Mama masih memandangi Mas Fandi dengan mimik wajah seperti sebelumnya. Astagfirullah, ada apa ini? kenapa tiba-tiba hatiku merasa cemas dan ketakutan seperti ini, pikiran buruk tiba-tiba mengganggu kepalaku, tidak! aku tidak boleh berpikir macam-macam, aku yakin dan sangat yakin jika semuanya akan baik-baik saja. Ya, semua akan baik-baik saja, tidak perlu ada yang di khawatirkan. ''Tante Naya, kenapa tidak di makan sarapannya?''tanya Fatia, yang langsung membuat
Selamat membaca 🤗 🍁🍁 Dadaku semakin berdebar tak karuan, aku benar-benar takut . ** "Haha...Mama bisa saja.'' ''Kenapa? apa kamu tidak percaya pada, mama?'' ''Aku tidak bilang seperti itukan.'' ''Iya, kamu memang tidak bilang seperti itu, tapi raut wajahmu menunjukan jika kamu tidak percaya dengan apa yang mama ceritakan tadi.'' ''Haha.. cukup Ma, sudah cukup. Geli, jangan menggelitik ku terus-terusan seperti ini, haha." DEG! Langkahku yang gemetar tiba-tiba terhenti saat telinga ini menangkap dengan sangat jelas suara-suara yang berasal dari ruang keluarga, suara Mas Fandi dan Mama. Mereka sedang bercanda! Tapi, sejak kapan Mas Fandi dan Mama bercanda seperti ini? selama hampir dua bulan aku tinggal di sini, tidak pernah melihat atau mendengar mereka bercanda. Lebih-lebih lagi Mama, beliau tipe Orang Tua yang sangat serius, bahkan dengan Fatia dan adiknya saja Mama tidak pernah mau bercanda! Ini Mas Fandi. Belum hilang rasa heran yang meliputi hati, aku kembal