Nasha Aqila punya Satria Bimantara, teman satu atapnya yang multifungsi. Bagi Nasha Satria adalah tempatnya untuk bersandar dan bergantung sebab dia selalu merasa asing ditengah keluarga barunya, yaitu keluarga dari pernikahan kedua sang Bunda. Nasha selalu merasa Bunda menjauhkannya dari keluarga barunya. Kemudian pada suatu hari Satria mengajak Nasha untuk berkomitmen dan menikah. Mereka akan menjadi housemate untuk seumur hidup. Selain status yang berbeda tentu ada hal lain yang berubah dari hidup keduanya. Tak disangka karena sebuah insiden setelah pernikahannya dengan Satria terkuak alasan sesungguhnya Bunda yang seakan menjauhkan Nasha dari keluarga barunya "Jangan jadikan alasan pertemanan dan persahabatan sebagai alasan untuk menolak, Nasha. Kita ini friendhome bukan friendzone," kata Satria Bimantara pada Nasha Aqila.
View MoreMenginjakkan kaki di kediaman Tanubrata Nasha dibuat terheran-heran. Bunda dan pak Tanubrata terlihat bahagia sekali duduk menunggu di ruang tamu. Apa ada berita bagus?Bisa jadi eforia pertunangan Januar yang masih terasa. Mungkin mereka berdua merasa senang karena Januar akan segera menikah. Bisa jadi sih."Nah, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga," sambut Januar dengan gembira. Bunda dan pak Tanubrata yang sedang duduk di ruang tamu juga ikut tersenyum.Nasha berpikir apa dia ini habis pulang dari membela negara? Kenapa mereka terlihat riang sekali menyambutnya?"Bunda sama Papa apa kabar?" Nasha mencium pipi Bundanya dan mengangguk singkat pada pak Tanubrata."Baik, Nas. Makin baik begitu dapat kabar gembira nih."Kabar baik? Nasha melirik Januar yang juga tampak tersenyum cerah. Pernikahan Januar memang sudah direncanakan sejak pertunangannya digelar. Kenapa senangnya baru sekarang?"Bang Janu udah nemu tanggal nikahnya ya?
Berpikir keras adalah hal yang dilakukan Satria sejak Nasha memberitahunya kalau dia diundang ke kediaman Tanubrata. Bingung dan gugup. Dia sedang memikirkan apa yang harus dia katakan nanti.Tak jauh dari Satria ada Nasha yang sibuk bermain dengan adonan sambil sesekali menatap aneh pada Satria. Satria jarang terlihat seperti itu.Terakhir dia melihat ekspresi itu saat Satria hendak wawancara kerja di salah satu kantor notaris. Lalu sekarang ekspresi itu muncul lagi. Membuat otak Nasha berpikir yang tidak-tidak.Tidak mau terus berpikir ngawur Nasha langsung menghampiri Satria begitu adonannya masuk oven."Ekhem, Satria," panggil Nasha. "Kamu ada masalah ya di kantor?" lanjut Nasha begitu berhasil mendapat atensi Satria."Kenapa mikir gitu?" Satria sudah biasa dihadapkan pada masalah bukan? Dia malah tinggal satu atap dengan masalah."Mukamu kelihatan bingung gitu. Jasa notaris kamu sepi job ya? Apa mau gulung tikar?"Satria cuma bis
"Bang," sapa Nasha sambil sedikit menunduk. Kesopanan."Kamu belum jawab pertanyaan saya," balas Agarish dingin."Tadi itu nggak sengaja kok. Bang Janu bantuin aku." Hawa panas di sekeliling Nasha sekarang bertambah panas."Kalau nggak bisa bawa sendiri ajak karyawan. Jangan sok-sokan bawa sendiri."Apakah itu tadi? Perhatian atau ejekan? Nasha sampai tidak bisa berword-word lagi. Agarish langsung pergi setelahnya. Sumpah. Nasha tidak mengerti dengan semua yang berhubungan dengan Agarish."Mbak, ojek, Mbak?" tawar seorang tukang ojek.Karena sedang melamun dan salah tangkap ucapan tukang ojek tadi Nasha malah balas marah-marah, "Enak aja. Saya ini bukan tukang ojek."Bapak ojek yang tak tahu apapun jadi bingung. Dia ini sedang menawarkan jasa ojeknya. Bukan sedang bertanya apakah Nasha ini tukang ojek apa bukan."Dasar anak jaman sekarang," gumam Bapak Ojek.Meskipun hanya bergumam, tapi Nasha bisa mendengarnya dengan je
Pulang dengan dicarikan kendaraan oleh 'mas future' membuat Nasha sudah senang sekali. Apalagi kalau Dewangga sendiri yang mengantar. Pasti hati Nasha sudah 'berflower-flower'."Mbak, aduh, mikirin apa sih," tegur Jihan setengah kesal."Iya-iya maaf. Kenapa?""Ini pesanannya gimana? Jadi siapa yang ngantar?""Gue aja, Han. Gue mau sekalian cuci mata. Lo bagian jaga warung. Oke?" Tanpa menunggu persetujuan Jihan Nasha langsung ngibrit mencari tasnya.Dia dapat pesanan beberapa kotak kue dari sebuah perusahaan. Katanya sih untuk rapat. Di perusahaan itu pasti banyak cowok-cowok cakep kan?"Nanti kalau yang nyariin bilang aja kalo gue baliknya agak maleman ya," pesan Nasha."Itu mau nganter pesanan apa mau mangkal, Mbak? Lama amat. Perasaan sejam udah balik kesini lagi deh," protes Jihan.Sayangnya Nasha bodo amat. Memang tujuan utamanya bukan hanya sekedar mengantar pesanan."Permisi, saya dadi Aqila bakery. Ini pesanannya
"Mau bimbingan skripsi?"Nasha terkejut. Ternyata bukan Dewangga. Ya Tuhan! Jadi dia dikibulin sama mahasiswa tadi? Astaga."Eh, bu-bukan, Pak. Ekhem, saya, saya cari Mas Dewangga." Nasha sampai tergagap saat menjelaskannya. Pria itu kelihatan dingin sekali. Tatapannya juga sangat tidak bersahabat."Oh, cari Dewangga. Kamu bukan anak sini?" Otomatis Nasha menggeleng kuat-kuat. "Masuk saja dulu. Dewangga masih ada kelas."Ternyata itu betulan ruangan Dewangga. Baru saja Nasha ingin bersumpah ingin mencari mahasiswi yang tadi karena membohonginya. Tapi tidak jadi. Itu memang ruangan Dewangga. Hanya saja Dewangga masih ada kelas."Masih berapa lama lagi ya, Pak?" tanya Nasha. Merasa awkward. Begitu dia masuk dan duduk di salah satu kursi belum ada lagi percakapan."Sebentar lagi. Mungkin 10 menit lagi. Kamu tunggu saja ya," jawabnya ramah. Ini membagongkan. Maksudnya membingungkan. Tadi pria itu bersikap kaku, tapi sekarang tersenyum manis seka
"Kamu? Kamu ngapain disini?" tanya Nasha dengan sinis pada salah seorang pelanggan. "Mau beli kue, Mbak. Disini jualan kue 'kan?" balas pelanggan tersebut. "Enggak. Saya jualan minyak goreng." Nada ketus Nasha membuat pelanggan tadi menggaruk tengkuknya. Bingung. Dia ini datang membawa rejeki, loh! Kenapa diketusin? "Mbak, jangan ngadi-ngadi ya. Entar rating bakery kita turun," peringat Jihan sambil berbisik. Merasa sungkan pada pelanggan tersebut. "Cari kue apa, Mbak? Biar saya siapin." Jihan beralih pada wanita berpakaian modis dihadapannya. Pelanggan adalah raja."Ekhem, emm, saya agak bingung sih kue apa. Boleh minta saran?" Nasha masih memasang muka judes. Bersedekap dada mengawasi gerak-gerik Jihan dan pelanggan tersebut. Sedangkan Jihan agak bingung. Kue macam apa yang diinginkan pelanggannya itu. "Kue buat acara apa ya, Mbak? Buat ngemil santai, hantaran, acara besar atau apa?"
"Masuk." Agarish menyingkir dari pintu. Memberi akses masuk untuk Januar dan Nasha. Tatap tajamnya pada Nasha tak berkurang sedikitpun bahkan sampai makan malam disajikan. "Nasha sekarang masih pacaran sama Bian?" tanya Pak Tanubrata pada Nasha. Setelah sebelumnya menyampaikan kabar yang menggembirakan yaitu pertunangan Januar yang akan digelar dalam waktu dekat. "Udah enggak, Pa." Ya kali dia masih mau pacaran sama Bian yang sudah tertangkap basah grepe-grepean sama perempuan lain dan lanjut nge-room sama perempuan yang sama juga. "Nanti bisa dong kenalan sama anak kenalan papa. Nanti pas Janu tunangan kamu kenalan sama dia ya."Nasha tersedak. Akan dikenalkan pada seorang laki-laki yang mana anak dari teman pak Tanubrata. Man, itu bukan kabar baik. Nasha yakin pak Tanubrata akan menggiringnya dan si lelaki itu ke arah yang lebih serius. Kalau Nasha hanya mempermainkan lelaki itu bisa tamat riwayatnya. Citra pak Tanubrata bisa
"Eh, sorry," ucap Nasha sungkan saat bahunya tak sengaja menyenggol lengan seseorang. Bukan main senggolannya. Dirinya sendiri yang menyenggol malah dirinya sendiri yang hampir terjatuh. "Sekali lagi maaf ya," ulang Nasha. Begitu kepalanya mendongak bisa dia lihat Januar tersenyum manis padanya. "Santai, Nas." Nasha tersenyum canggung. Tidak tahu kalau yang pria itu adalah Januar. "Abang lagi cari apa?" tanya Nasha basa-basi. Tidak enak kalau nyelonong begitu saja. "Cari kopi buat di kantor. Kopi yang dibeli OB nggak cocok buatku." Oke, Nasha tahu. Meskipun jangka waktu mereka tinggal bersama tidaklah lama, tapi Nasha tahu kalau Januar tidak suka kopi sachetan. Dia lebih suka kopinya bapak-bapak alias kopi hitam yang biasanya dibungkus plastik bening. "Kamu belanja banyak, Nas?" Januar melirik sekilas keranjang merah yang dibawa Nasha. "Iya, ini beli sabun sama shampo." Nasha mana pernah
Nasha merasa aneh dengan Satria yang menungguinya mencuci peralatan makan sambil menatapnya tajam. Pertanyaan yang dilemparnya tadi saat Satria kembali usai mengantar Dewangga belum juga mendapatkan jawaban.Oh my God! Gerakan tangan Nasha yang tengah membilas piring terhenti. Dia lupa tidak menanyakan nomor WhatsApp Dewangga. Ck, Nasha sudah semakin tua saja."Kenapa?" "Tadi kamu ngerjain Dewangga 'kan?" Bola mata Nasha seakan mau keluar. Tuduhan macam apa itu? Hei! Sejak kapan Nasha pernah mengerjai cowok ganteng seperti Dewangga. "Ngerjain apa sih, Sat," sanggah Nasha. Satria ngadi-ngadi. "Ck, jangan ngeles ya, Nas. Kalau kamu nggak ngerjain dia nggak mungkin dia buru-buru pergi." Satria memandang Nasha dengan senyuman miringnya. "Nggak percaya ya udah." Nasha membalas dengan santai lalu melenggang pergi begitu saja. Ini pasti Satria sedang melakukan wisata masa lalu saat Nasha
"Aku sponge cake, Mbak 2 yang bentuknya cinta, ya," pinta seorang remaja laki-laki pada wanita yang berdiri di belakang meja kasir. Nasha, si pemilik bakery yang hari ini turun tangan menjaga kasir langsung mencatat pesanan pelanggannya dalam sebuah tablet. "Spesial buat kamu cintanya saya kasih bertumpuk-tumpuk," balas Nasha dengan senyum manisnya lalu menyerahkan sekotak roti pada pengunjung setianya itu. Remaja laki-laki yang hampir setiap hari mampir untuk membeli sponge cake itu menerimanya dengan senang hati lalu memberikan sejumlah uang untuk membayar kue pesanannya. Sudah 2 tahun ini Nasha fokus mengelola bakery miliknya. Dia yang semula bekerja di sebuah agen properti memilih untuk resign dan membuat usaha sendiri. Ya, meskipun tidak mudah. 2 tahun Nasha membangun bakerynya dan baru setahun ini pelanggannya meningkat pesat. "Saya cheesecake satu." Senyum Nasha langsung berganti dengan...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments