Sofia masih bergerak gelisah di apartemen Nicholas. Sejak tadi, pria itu sama sekali tidak menghubunginya.
Sofia kembali meraih ponsel yang berada di atas meja. Dia kembali berusaha menghubungi Nicholas.
“Oh, Nic. Kau ke mana?” lirih Sofia dengan gelisah.
Wanita beranak satu itu terus bergerak gelisah. Ponsel Nicholas yang tidak bisa dihubungi kembali menambah kegelisahan di dalam dirinya.
“Astaga, Nic kau di mana.” Sofia terduduk. Tangannya mengusap kasar wajah cantik yang dia miliki. Perlahan bulir bening yang sedari tadi ditahan, turun membasahi pipi mulus wanita tersebut.
Sofia memeluk kedua kaki. Hatinya benar-benar diliputi rasa khawatir. Tentang bagaimana kondisi El, dan bagaimana kondisi Nicholas.
Jujur saja, di hati wanita itu sudah dipenuhi segala tentang Nicholas. Hanya saja, Sofia masih berusaha keras menolak semua perasaan yang hadir. Dia tidak mau kalau sampai terjebak dengan perasaannya sendiri. Terlebi
“Hubungan bisnis. Kali ini aku menawarkan kerja sama sebagai rekan bisnis.”“E—eh.” Sofia tergagap mendengarnya.Wanita itu masih belum mengerti dengan arah pembicaraan Nicholas. Hubungan bisnis?“Aku tidak mau memiliki hutang dalam bentuk apa pun.” Sofia berkata setelah cukup lama memikirkan.Nicholas terkekeh mendengarnya. Sofia benar-benar polos dan tidak tahu dalam perihal bisnis. Meski dia tahu tentang latar belakang wanita itu, yang merupakan anak seorang pengusaha terkenal.“Aku tidak sedang memberimu hutang. Begini ....” Nicholas membenarkan posisi duduknya. “Anggap saja aku sebagai investor dalam usahamu. Aku akan menanamkan sejumlah uang, sebagai modal awal.”Sofia menganggukkan kepalanya berkali-kali. Kini dia mulai mengerti. “Bagaimana dengan masalah pembagian keuntungan?” tanya Sofia cukup serius. Baginya, modal awal untuk membangun sebuah usaha cukupl
“Apa berita yang aku dengar itu benar?” Arnold kembali bertanya.Pria itu seolah tahu, sumber dari semua hal yang membuat Grace datang. Jika semua itu benar, maka pertanyaan Arnold sama sekali tidak salah.“A-aku benar-benar tidak tau kenapa kabar itu bisa mencuat.” Grace memasang raut sedihnya.Akhir-akhir ini model ternama itu diterpa sebuah skandal. Banyak rumor dari berbagai pihak, yang menyebutnya menjadi seorang wanita panggilan pejabat kelas atas.Arnold menghela napas pelan. Dia sudah tahu perihal pekerjaan sampingan yang dilakukan Grace, selain menjadi seorang model.Bukankah dulu mereka bertemu karena pekerjaan itu?“Ternyata kau masih melakukannya?” Arnold melepas kacamata baca yang baru dikenakan.Grace mengangguk perlahan. Gaya hidup yang selalu mewah, memang membuat wanita itu gelap mata. Toh, selama ini dia bisa melakukan apa pun yang dia mau karena memiliki banyak uang.&ldquo
Sudah dua hari Sofia tidak bertemu dengan Nicholas sama sekali. Entahlah, pria itu menjadi sedikit sibuk akhir-akhir ini. Perihal keputusannya mengenai kerja sama, belum juga dia beritahu.Biasanya pria itu tidak pernah bersikap seperti ini. Entah apa yang terjadi, dengan pria itu. Namun, Sofia merasa bahwa Nicholas sedikit menjauh darinya.“Mom, dad tidak datang lagi hari ini?” Ini sudah pertanyaan ke sekian kalinya yang dilontarkan anak berusia empat tahun di hadapan Sofia.Sofia hanya tersenyum sebagai jawaban. Dia tidak yakin, kapan Nicholas akan datang.Bukankah ini semua sesuai dengan keinginan hatinya? Hidup jauh dan tidak bergantung pada pria berdarah Italia tersebut. Akan tetapi, tetap saja ada sedikit rasa sakit dan kehilangan di hati Sofia.El menunduk sedih. Senyum yang diberikan oleh ibunya, sudah dapat dipahami. Entah apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua orang dewasa itu, El sama sekali tidak mengerti. Apa dia kali
“Maaf kalau aku mengganggu. Kita bisa bicara lain kali.” Sofia berbalik.Dadanya terasa sesak, ketika melihat Nicholas melepaskan tangannya begitu saja ketika ada dirinya. Itu artinya jika dia tidak datang, pria itu mungkin akan membiarkan tangannya terus di genggam oleh wanita yang berada di hadapannya. Dan mungkin saja, selanjutnya mereka akan berbicara lebih jauh lagi.“Sofia!” Nicholas menarik lengan wanita itu, sebelum Sofia benar-benar berlalu.“Lepaskan tanganku, Nic!” ujar Sofia tanpa menoleh. Dia tidak mau Nicholas melihat wajahnya yang sedang kesal.“Bukankah kita ingin bicara?” tanya Nicholas dengan nada datar. Tidak ada perasaan bersalah dari perkataan Nicholas. Pria itu seperti tidak menganggap penting hal yang baru saja terjadi.Sofia menoleh. “Maaf, Nona.” Sofia memandang wanita yang kini tengah memandangnya penuh arti. “Nic, kau sedang bersama seseorang. Selesaikan pe
Ketika hati mulai menemukan sandaran untuk berlabuh kepada tempat yang seharusnya, bagaimana bisa dia menolak? Sekuat apa usaha yang dilakukan, cinta akan lebih kuat dari segalanya.Di sini Sofia berdiri. Di depan jendela kamarnya. Menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit malam. Berusaha memahami apa yang sebenarnya dia rasakan.Apakah ini yang dinamakan dengan cinta?Apakah ini yang dinamakan dengan cemburu?Hatinya tetap tidak bisa tenang meski dia sudah mandi berkali-kali. Harapan air yang mengalir akan membawa pergi perasaan gundah yang dirasakan, ternyata hanya sebuah harapan semata.Perasaan itu semakin membelenggu hati kecilnya. Bayangan wanita yang menyentuh dan mencium pipi Nicholas, seakan kembali membakar jiwa.Sofia seperti merasa dejavu. Dia kembali merasakan perasaan lima tahun silam, saat melihat Dev bersama dengan wanita lain. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Kali ini rasanya jauh lebih besar.“Aku harus
Sofia memeluk erat Nicholas dari belakang. Dia sudah tidak tahan diperlakukan seperti ini lagi. Dia tidak tahan dengan sikap dingin Nicholas.Nicholas terpaku. Pikiran pria itu mendadak melayang entah ke mana.“Jangan tinggalkan aku,” lirih Sofia. Suaranya terdengar parau.“A-aku ....”“Maafkan aku, Nic.” Kini air mata yang sedari tadi ditahan Sofia, keluar turun membasahi punggung Nicholas.Perasaan yang sulit diartikan. Rasa rindu yang menyeruak, membuat Sofia menepis semua tentang harga diri.Dia sadar, bahwa selama ini tidak bisa jauh dari Nicholas. Entah kapan waktu itu tiba, sehingga dia tidak sadar jika sudah mencintai pria itu. Sofia sudah jatuh dalam lautan cinta milik Nicholas.Nicholas, pria itu masih belum mengerti dengan perkataan Sofia. Tubuhnya masih membatu, membiarkan Sofia memeluknya dari belakang. Sebenarnya ada perasaan bahagia, ketika Sofia mencegahnya pulang.Namun, rasa
Cahaya matahari terasa begitu menyilaukan, bagi mata yang masih terlelap di atas tempat tidur. Wanita bertubuh mungil itu tampak mengerjapkan matanya berkali-kali.Sofia melenguh. Wanita itu bergerak dengan mata yang masih enggan terbuka. Meregangkan otot-otot tubuh yang terasa sedikit kaku.Namun, seketika matanya terbuka sempurna, ketika dia menyadari bahwa dia tertidur di sebuah tempat yang nyaman.“Aku di mana?” Sofia terlonjak kaget. Tangannya dengan cepat membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Wanita itu bernapas lega, melihat pakaiannya masih utuh menempel di badan.“Pagi, Sayang. Kau sudah bangun?” Nicholas datang tiba-tiba dari balik pintu. Lalu menghampiri Sofia.Sofia masih terdiam. Dia masih belum sadar kenapa bisa berada bersama Nicholas, di pagi hari.Nicholas tersenyum hangat kepada wanita yang terlihat begitu lucu, dengan wajah bingungnya.“Morning kiss.” Pria itu mencium singkat da
Detik terus berlalu berganti jam. Hari terus berlalu berganti minggu. Pria yang hidupnya hampir dihabiskan untuk mencari Sofia, masih belum mendapatkan informasi apa pun, sama sekali.Arnold mengetuk-ngetuk meja kerjanya. Pekerjaan yang menumpuk beberapa hari ini, membuat tubuhnya terasa begitu penat. Tak hanya itu, pikirannya jauh lebih lelah.Angan pria itu menerawang entah ke mana. Wajah anak laki-laki yang beberapa minggu lalu ditemui, masih melekat kuat dalam benaknya.Kadang kala, Arnold tersenyum sendiri jika mengingat tentang anak laki-laki itu. Wajahnya yang terlihat begitu tampan, dan sangat menggemaskan, mengingatkan pria itu akan masa kecilnya, yang selalu dipuji karena ketampanannya. Arnold sampai lupa jika dia tidak pernah menyukai anak kecil.Suara ketukan pintu membuat pria itu tersadar. Arnold sedikit membenarkan posisi duduknya. Memperbaiki lengan kemeja yang tadi dia gulung.“Masuk!”Arzan membuka pintu. Pria i