Seluruh keluarga Geovan tahu tentang Ariel yang sudah berhasil membuka mata. Hanya keluarga DiLaurentis yang tak diberi tahu. Karena memang Shawn fokus memberi tahu keluarganya sendiri. Mengingat sifat keluarga Ariel yang sama sekali tak peduli, membuat Shawn memberi tahu keluarganya.Seluruh keluarga Shawn bahagia mendengar kabar Ariel sudah siuman. Kakek neneknya, termasuk kedua orang tuanya senang akan kabar Ariel sudah siuman. Tiga saudara kandung Shawn pun menyambut gembira kabar tentang Ariel.Oliver dan Nicole yang masih berada di New York, langsung datang ke rumah sakit di kala mendengar kabar tentang Ariel yang sudah siuman. Nicole yang sepanjang hari menangis karena merasa bersalah, kini menjadi lega mendengar kabar Ariel sudah bangun dari koma.Hanya satu permasalahan yang Shawn belum ceritakan pada keluarganya, yaitu tentang kedua kaki Ariel yang tak bisa digerakan. Ya, Shawn juga tak memberi tahu keluarganya tentang Mika yang memberikan jamur padanya.Shawn telah mengambi
Dominic menatap Eldon yang berdiri di hadapannya. Dia tak hanya seorang diri, ada Mika yang juga menemaninya. Mika sudah mendengar tentang keadaan Ariel, meski hasil pemeriksaan belum keluar, tetap saja Mika khawatir. Bagaimana pun, Mika yang memberikan jamur itu. Harapan Mika adalah Ariel bisa siuman seperti sedia kala, tanpa ada efek samping dari jamur yang diberikan.“Kedua kaki Ariel tidak bisa digerakan. Hasil pemeriksaan dokter tentang kondisi Ariel belum keluar. Aku harap hasilnya baik-baik saja. Eldon, apa kau sudah pernah mendengar tentang ini sebelumnya?” tanya Dominic seraya menatap Eldon.“Apa mungkin efek jamur itu membuat kedua kaki Ariel akan lumpuh?” sambung Mika tak sabar bertanya.Sejak di mana Ariel sudah membuka mata, Mika hanya diam dan tenang. Padahal sebenarnya, kekhawatiran dalam diri Mika—sangatlah besar. Mika khawatir jika kedua kaki Ariel benar-benar lumpuh.Eldon terdiam sebentar mendengar pertanyaan Dominic dan Mika. “Tuan, Nona, jujur saja aku belum perna
Shawn menatap Ariel yang tertidur pulas di ranjang. Dia menarik selimut, menutup rapat tubuh sang kekasih. Dia membelai lembut pipi sang kekasih—dan memberikan kecupan di sana. Tampak jelas mata Shawn menunjukkan jelas kelegaan dan ketenangan. Ariel memejamkan mata karena tertidur, bukan terbaring koma. “Tuan Shawn?” Jan masuk ke dalam ruang rawat Ariel.Shawn menatap dingin Jan yang berdiri di ambang pintu. “Ariel sedang tidur, tunggu di luar,” ucapnya pelan dan setengah berbisik—meminta Jan untuk menunggunya di luar. Dia tak ingin kekasihnya terganggu.Jan mengangguk sopan merepon ucapan Shawn. Dia segera menunggu di depan ruang rawat Nicole—sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Tuannya. Tepat di kala Jan sudah pergi, Shawn keluar dari ruang rawat Ariel. Tak lupa, pria itu memberikan kecupan di kening Ariel.“Ada apa?” Shawn menatap dingin Jan yang berdiri di hadapannya. Pria itu sudah berada di depan ruang rawat Ariel—menemui Jan yang ingin bertemu dengannya.“Tuan, maaf mengg
Lebih dari enam bulan Ariel berada di rumah sakit. Kondisinya sudah berangsur-angsur membaik. Dokter sudah melakukan pemeriksaan secara ulang—di mana Ariel sudah tidak ada lagi racun di tubuhnya. Tentu semua orang bahagia mendengar kabar tentang itu semua.Hanya satu permasalahan yaitu Ariel belum bisa berjalan. Apa yang disampaikan oleh Dokter John pada Shawn, Dominic, dan Mika—hanya disimpan oleh mereka bertiga saja. Atas permintaan dari Shawn, tidak boleh untuk memberi tahu pada orang lain tentang apa yang sebenarnya terjadi.Tentang jamur yang diberikan oleh Mika, memang sudah Shawn beri tahu pada keluarganya. Seluruh keluarga tentunya berterima kasih pada Mika yang sudah berhasil menemukan penawar racun untuk Ariel.Namun, sampai detik ini keluarga besar Shawn tidak ada yang tahu tentang dampak dari obat penawar yang berhasil Mika membuat Ariel mengalami kelumpuhan. Yang tahu tentang kelumpuhan Ariel hanyalah pihak dokter, Shawn, Dominic dan Mika.Shawn memutuskan tidak memberi t
Aroma parfume yang biasa digunakan Ariel, menyeruak ke indra penciuman, di kala Ariel memasuki kamar yang biasa dia dan Shawn tempati. Tatanan kamar tidak berubah. Tetap sama seperti pertama kali dirinya menempati kamar megah ini. Hanya satu yang berubah yaitu aroma pengharum ruangan.Ariel menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahana. Dia tidak mungkin salah. Aroma ruangan di kamar Shawn ini sama seperti aroma parfume-nya. Ariel terbilang jarang sekali mengganti-ganti parfume. Jadi, tak mungkin jika tebakannya ini salah besar.“Shawn, aroma pengharum ruanganmu—”“Aku mengganti aroma pengharum ruanganku menjadi parfume-mu. Aku membeli banyak stock parfume yang sering kau pakai, dan aku semprotkan ke kamar.” Shawn menunduk, memeluk Ariel dari belakang. “Kau tahu kenapa aku mengganti aroma pengharum kamar ini?” bisiknya bertanya di belakang daun telinga sang kekasih.Ariel menggelengkan kepalanya pelan. Shawn mengecup kepala Ariel lembut. “Karena aku ingin selalu menciummu aro
“Shawn? Apa terjadi masalah? Kenapa wajahmu muram dan kesal seperti itu?” Pertanyaan pertama yang terlontar di bibir Ariel, di kala melihat sang kekasih masuk ke dalam kamar—nampak membendung rasa kesal. Padahal tadi semua baik-baik saja.Shawn duduk di samping Ariel, lalu wanita itu segera menyandarkan kepalanya di lengan kekar sang kekasih. “Sayang, kau kenapa? Ceritalah padaku, jika kau memiliki masalah,” ucapnya pelan sambil membelai rahang kekasihnya itu.Ariel tidaklah bodoh. Dokter cantik itu bisa melihat perubahan wajah Shawn. Tadi sang kekasih tersenyum, tidak sama sekali ada masalah. Namun perubahan wajah Shawn yaitu menjadi kesal dan jengkel. “Tidak apa-apa.” Shawn menjawab penuh dusta.“Kau bohong.” Ariel menyanggah. “Pasti ada yang membuatmu kesal Katakan padaku, Shawn. Aku tidak mau ada yang kau tutupi dariku.” Wanita itu menangkup kedua pipi kekasihnya. “Kita sudah berjanji untuk saling jujur, dan terbuka satu sama lain. Meski aku mungkin tidak bisa membantumu, tapi a
Tiba waktunya di mana Ariel harus hadir di rapat umum pemegang saham di DiLaurentis Group. Jujur, dia sama sekali tidak tertarik berkecimpung di dalam perusahaan keluarganya. Mungkin, jika bukan karena Shawn membelikan saham untuknya di DiLaurentis Group, maka sampai kapan pun Ariel tidak akan pernah mendapatkan bagian.Ariel selalu dianggap sebagai anak haram yang tidak sama sekali diinginkan. Jadi wajar jika dia tak mendapatkan hak apa pun di DiLaurentis Group. Hanya saja, kondisi sekarang telah berubah sejak di mana Shawn membelikan saham untuknya.Ariel berpikir di kala dirinya koma selama enam bulan, ayahnya akan peduli atau menunjukkan belas kasih padanya. Tapi ternyata tidak. Ariel mendengar ayahnya dua kali berkunjung. Namun itu pasti bukan karena ingin mendoakannya. Melainkan ayahnya memastikan dirinya akan bisa hidup atau mati.Sumber utama yang dipikirkan seorang Yuval DiLaurentis adalah harta. Secara hukum, jika Ariel tak selamat, maka memang harta Ariel akan jatuh di tang
Hari-hari Ariel selalu berlatih berjalan. Sedikit demi sedikit ada pengembangan, akan tetapi kedua kaki Ariel tetaplah tidak bisa berfungsi dengan baik. Setiap saat, Flora tak henti menghinanya dan mengeluarkan kata-kata kasar. Meski Shawn selalu membela, namun tak dipungkiri Ariel merasakan rendah diri. Selama melatih kedua kaki, tak pernah sedikit pun Shawn meninggalkan Ariel. Pria tampan itu selalu menemani sang kekasih dalam kondisi apa pun. Bisa dikatakan support system Ariel adalah Shawn—pria yang amat dia cintai.Ariel tidak pernah tahu bagaimana kehidupannya jika tanpa Shawn. Di kala Ariel sedih dan muram, Shawn selalu memberikan kekuatan padanya. Setiap kali Ariel merasakan titik lelah, maka Shawn yang pertama kali menjadi orang yang akan memberikan pelukan hangat pada Ariel.Dulu, Ariel tidak pernah merasakan cinta. Dulu, Ariel tidak pernah merasakan pelukan hangat. Dulu, Ariel tidak pernah dipedulikan. Dulu, Ariel tidak pernah dicemaskan ataupun dikhawatirkan. Tapi semua s