Lebih dari enam bulan Ariel berada di rumah sakit. Kondisinya sudah berangsur-angsur membaik. Dokter sudah melakukan pemeriksaan secara ulang—di mana Ariel sudah tidak ada lagi racun di tubuhnya. Tentu semua orang bahagia mendengar kabar tentang itu semua.Hanya satu permasalahan yaitu Ariel belum bisa berjalan. Apa yang disampaikan oleh Dokter John pada Shawn, Dominic, dan Mika—hanya disimpan oleh mereka bertiga saja. Atas permintaan dari Shawn, tidak boleh untuk memberi tahu pada orang lain tentang apa yang sebenarnya terjadi.Tentang jamur yang diberikan oleh Mika, memang sudah Shawn beri tahu pada keluarganya. Seluruh keluarga tentunya berterima kasih pada Mika yang sudah berhasil menemukan penawar racun untuk Ariel.Namun, sampai detik ini keluarga besar Shawn tidak ada yang tahu tentang dampak dari obat penawar yang berhasil Mika membuat Ariel mengalami kelumpuhan. Yang tahu tentang kelumpuhan Ariel hanyalah pihak dokter, Shawn, Dominic dan Mika.Shawn memutuskan tidak memberi t
Aroma parfume yang biasa digunakan Ariel, menyeruak ke indra penciuman, di kala Ariel memasuki kamar yang biasa dia dan Shawn tempati. Tatanan kamar tidak berubah. Tetap sama seperti pertama kali dirinya menempati kamar megah ini. Hanya satu yang berubah yaitu aroma pengharum ruangan.Ariel menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahana. Dia tidak mungkin salah. Aroma ruangan di kamar Shawn ini sama seperti aroma parfume-nya. Ariel terbilang jarang sekali mengganti-ganti parfume. Jadi, tak mungkin jika tebakannya ini salah besar.“Shawn, aroma pengharum ruanganmu—”“Aku mengganti aroma pengharum ruanganku menjadi parfume-mu. Aku membeli banyak stock parfume yang sering kau pakai, dan aku semprotkan ke kamar.” Shawn menunduk, memeluk Ariel dari belakang. “Kau tahu kenapa aku mengganti aroma pengharum kamar ini?” bisiknya bertanya di belakang daun telinga sang kekasih.Ariel menggelengkan kepalanya pelan. Shawn mengecup kepala Ariel lembut. “Karena aku ingin selalu menciummu aro
“Shawn? Apa terjadi masalah? Kenapa wajahmu muram dan kesal seperti itu?” Pertanyaan pertama yang terlontar di bibir Ariel, di kala melihat sang kekasih masuk ke dalam kamar—nampak membendung rasa kesal. Padahal tadi semua baik-baik saja.Shawn duduk di samping Ariel, lalu wanita itu segera menyandarkan kepalanya di lengan kekar sang kekasih. “Sayang, kau kenapa? Ceritalah padaku, jika kau memiliki masalah,” ucapnya pelan sambil membelai rahang kekasihnya itu.Ariel tidaklah bodoh. Dokter cantik itu bisa melihat perubahan wajah Shawn. Tadi sang kekasih tersenyum, tidak sama sekali ada masalah. Namun perubahan wajah Shawn yaitu menjadi kesal dan jengkel. “Tidak apa-apa.” Shawn menjawab penuh dusta.“Kau bohong.” Ariel menyanggah. “Pasti ada yang membuatmu kesal Katakan padaku, Shawn. Aku tidak mau ada yang kau tutupi dariku.” Wanita itu menangkup kedua pipi kekasihnya. “Kita sudah berjanji untuk saling jujur, dan terbuka satu sama lain. Meski aku mungkin tidak bisa membantumu, tapi a
Tiba waktunya di mana Ariel harus hadir di rapat umum pemegang saham di DiLaurentis Group. Jujur, dia sama sekali tidak tertarik berkecimpung di dalam perusahaan keluarganya. Mungkin, jika bukan karena Shawn membelikan saham untuknya di DiLaurentis Group, maka sampai kapan pun Ariel tidak akan pernah mendapatkan bagian.Ariel selalu dianggap sebagai anak haram yang tidak sama sekali diinginkan. Jadi wajar jika dia tak mendapatkan hak apa pun di DiLaurentis Group. Hanya saja, kondisi sekarang telah berubah sejak di mana Shawn membelikan saham untuknya.Ariel berpikir di kala dirinya koma selama enam bulan, ayahnya akan peduli atau menunjukkan belas kasih padanya. Tapi ternyata tidak. Ariel mendengar ayahnya dua kali berkunjung. Namun itu pasti bukan karena ingin mendoakannya. Melainkan ayahnya memastikan dirinya akan bisa hidup atau mati.Sumber utama yang dipikirkan seorang Yuval DiLaurentis adalah harta. Secara hukum, jika Ariel tak selamat, maka memang harta Ariel akan jatuh di tang
Hari-hari Ariel selalu berlatih berjalan. Sedikit demi sedikit ada pengembangan, akan tetapi kedua kaki Ariel tetaplah tidak bisa berfungsi dengan baik. Setiap saat, Flora tak henti menghinanya dan mengeluarkan kata-kata kasar. Meski Shawn selalu membela, namun tak dipungkiri Ariel merasakan rendah diri. Selama melatih kedua kaki, tak pernah sedikit pun Shawn meninggalkan Ariel. Pria tampan itu selalu menemani sang kekasih dalam kondisi apa pun. Bisa dikatakan support system Ariel adalah Shawn—pria yang amat dia cintai.Ariel tidak pernah tahu bagaimana kehidupannya jika tanpa Shawn. Di kala Ariel sedih dan muram, Shawn selalu memberikan kekuatan padanya. Setiap kali Ariel merasakan titik lelah, maka Shawn yang pertama kali menjadi orang yang akan memberikan pelukan hangat pada Ariel.Dulu, Ariel tidak pernah merasakan cinta. Dulu, Ariel tidak pernah merasakan pelukan hangat. Dulu, Ariel tidak pernah dipedulikan. Dulu, Ariel tidak pernah dicemaskan ataupun dikhawatirkan. Tapi semua s
Suara sindiran tajam, membuat Ariel dan Harmony mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu. Tampak jelas raut wajah dua dokter cantik itu terkejut melihat Flora ada di hadapan mereka.“Untuk apa kau ke sini!” seru Harmony bangkit berdiri dan bertolak pinggang. Dia yakin pasti Flora ingin menjahati Ariel lagi. Tentu dia tidak akan membiarkan nenek sihir itu untuk melukai Ariel.Flora tak menggubris ucapan Harmony. Dia melihat Ariel yang duduk di kursi roda. “Well, Ariel. Lama tidak melihatmu ternyata kau sekarang sudah menjadi orang cacat. Ah, aku yakin kelumpuhanmu ini pasti permanen. Kau tidak akan bisa lagi berjalan. Hidupmu akan terus duduk di kursi roda.”Flora mengeluarkan kata-kata sarkasnya pada Ariel. Tidak main-main, kalimat sarkas ini sangatlah menjatuhkan mental Ariel. Tapi Flora tidak peduli. Malah dia senang melihat di mana sekarang Ariel sudah menjadi cacat.“Kau—” Harmony hendak ingin menampar Flora, namun Ariel memegang tangan temannya itu. Ariel mencegah Harmo
Ariel menatap para pelayan yang membantu mengemasi barang-barang pribadinya ke dalam koper. Dokter cantik itu hanya duduk di kursi roda, tidak bisa berbuat apa pun. Jujur, jauh dari dalam lubuk hati Ariel terdalam ingin sekali mengemasi barang-barangnya dan Shawn, tapi keterbatasan kemampuan yang tidak bisa, membuatnya bagaikan boneka yang tak bernyawa.Esok hari adalah hari di mana Ariel dan Shawn akan pergi ke Moscow. Shawn menempati janjinya untuk mengajak jalan-jalan ke Moscow. Tentu, Ariel sangat bahagia karena akan berlibur dengan Shawn, namun kebahagiaan itu tetaplah membuat hatinya tidak nyaman.Kedua kaki Ariel masih belum bisa berfungsi dengan baik. Itu artinya, dia akan selalu bergantung pada Shawn. Dia tak ingin menyusahkan Shawn, tapi sepertinya untuk sekarang ini memang dia akan selalu menyusahkan sang kekasih. Beruntung, kekasihnya tak pernah mengeluh ataupun keberatan jika dirinya butuh bantuan.Shawn bukan hanya menjadi kekasih. Pria tampan itu menjadi sahabat, belaha
Manik mata cokelat terang Ariel, mencari jawaban dari kalimat yang terucap di bibir Savannah. Mika membawa penawar racun? Akibat dari penawar racun itu lumpuh? Apa-apaan ini? Kenapa Shawn tidak bicara apa pun padanya? Jutaan pertanyaan muncul di dalam benak Ariel. Pertanyaan rumit yang seolah akan sulit mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Savannah segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Gadis itu kelepasan bicara. Dalam hati, dia benar-benar merutuki kebodohannya. Dia pun tahu karena menguping pembicaraan kakaknya, pamannya, dan sepupunya. Tapi kenapa malah dia kelepasan bicara? ‘Shit! Kau bodoh sekali, Savannah,’ batin Savannah dalam hati.Savannah menjadi kikuk dan salah tingkah. Dia bingung menjawab pertanyaan Ariel. Karena terakhir di kala dirinya menguping pembicaraan—secara terang-terangan kakaknya belum ingin bicara pada Ariel. Untuk kali ini Savannah benar-benar seolah bertindak sangatlah bodoh.“A-aku tidak—” Lidah Savannah terasa kelu, bingung untuk memberikan j
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta