8 Januari 2020
Echan menyipitkan mata ketika satu per satu mahasiswa melangkah keluar dari kelas. Sudah tiga bulan dia tidak mengunjungi kampus sama sekali, karena memang itu jatah liburnya yang layak. Echan sendiri datang ke kampus karena hari ini merupakan waktu untuk melakukan pengisian KRS manual yang biasanya dibimbing oleh dosen pembimbing akademik.
Kebetulan, dosen pembimbing akademiknya adalah Biru.
'Samperin atau nggak, ya?' Echan menimbang ketika melihat kelas sudah benar-benar kosong.
Beberapa hari lalu, Echan sudah mendengar cerita lengkapnya dari Runalla. Dia masih belum bisa percaya bahwa kakak sepupu yang selama ini dia kagumi merupakan orang yang bisa berselingkuh diam-dia
Apakah ada yang tertarik dengan side story-nya Angkasa dan Noela?
8 Januari 2020 "Kamu dan Issy boleh tinggal di sini selama mungkin. Kami nggak keberatan." Mutia ingin pindah, karena dia enggan menyusahkan Baskara dan Wulan yang terlampau baik. Berbeda dengan Yasa dan Astrid. Sudah bertahun-tahun mengalami konflik tanpa sebuah solusi. Konflik yang mengakibatkan anak mereka menjadi korban kekerasan secara langsung maupun tidak. Bagi Mutia, tidak ada hal yang dinamakan cinta setelah melihat bagaimana gelapnya kehidupan rumah tangga orang tua. Bagaimana mau mencintai diri sendiri, kalau orang tua sudah merekonstruksi dunianya hingga hancur lebur sejak berumur tiga tahun? Selama tumbuh dan berkembang di rumah, sosok ayah selalu menggambarkan kekerasan—mengakibatkan Mutia terbiasa dengan hal itu. Mengakibatkan Mutia menganggap semua lawan jenis adalah sama dan dia mewajari adanya kekerasan. Menurut Mutia, sebelum berhasil lepas dari Rey, Rey melakukan semua kekerasan itu agar dia menjadi istri yang lebih baik l
12 Januari 2020 Ada berapa banyak luka lagi yang mampu dia tampung? Biru menengadahkan kepala menatap langit-langit kamar penuh pilu, sedangkan tangannya mengusap Vivi yang tidur di atas perutnya tanpa minat. Sejak bicara dengan Runalla yang menangis sesegukan, Biru enggan sekali bertemu orang lain meski itu penting. Terkadang dia menyempatkan waktu untuk membalas pesan dari mertua dan berbincang sebentar melalui sambungan telepon. Tapi, energinya seolah telah habis tak tersisa. Biru merasa bersalah pada keluarga Runalla. Terutama, pada istrinya juga. Biru sudah mengatakan hal yang keterlaluan dan langsung pergi. Dia memang sengaja agar tidak goyah ... tapi, nyatanya memang sesulit itu. Sudah setengah jam ponselnya berbunyi berulang kali. Menandakan ada pesan masuk. Ranjang terasa begitu hampa selama beberapa minggu terakhir. Tidak ada yang mengganggu atau menjahili-ah, Biru masih merindukannya terlepas dari bagaimana kekecewaan memel
16 Juli 2019 [ 10.22Runalla: PRunalla: Noela lagi di apart lo nggak? Mau main ke sana. Kata dia, dia tukeran shift sama perawat lain ] "Runalla mau main ke sini, tapi nggak tau dia datang jam berapa. Pake baju sana." Angkasa menyapu permukaan kulit wajah Noela menggunakan jari telunjuk. Perempuan bermata sipit itu menatap Angkasa cukup lama ketika jemari yang hangat berhenti pada leher—menyentuh satu titik dan menekannya sehingga denyut nadi Noela terasa. Berdetak cepat untuknya. "Sekali lagi," cicit Noela. Di bawah sana, kaki mereka yang telanjang saling menyentuh. Melilit satu sama lain. "Satu ronde lagi sebelum Runalla datang. Nggak papa?" "Kaki lo nggak gempor apa?" "Nggak bakal selemas dulu lah." Lelaki itu menyibak selimut agar bisa bergerak, menindih si perempuan, dan mengudarakan tawa jenakanya. "Jadi keinget pas lo magang sa
29 Desember 201910.23Di ruang praktek, Ersa duduk termenung dengan jantung yang nyaris berhenti berdetak usai mendengar penuturan Biru mengenai sosok Runalla. Runalla berselingkuh dengan teman sendiri dan beberapa lelaki lain, katanya. Biru duduk lemas di kursi yang berhadapan dengan Ersa. Mata lelaki itu menatap kosong ke arah meja kerja Ersa yang dihiasi: tempat pulpen, foto keluarga, dan beberapa tanaman hias berbentuk kaktus.Biru menautkan jemari erat ketika rasa sakit itu tidak mau pergi. Bibir Biru sedikit terbuka, ingin mengatakan sesuatu tapi ditahan oleh keraguan yang kuat. Kondisi fisiknya tidak baik. Wajah yang biasanya segar, kini terlihat pucat seolah belum makan maupun tidur. Dia juga sama sekali tidak mampu mengubah ekspresi—sun
18 Januari 2020Runalla mengingat betul kejadian beberapa hari lalu.Sepupu Biru yang bernama Aska datang ke rumah menggunakan mobil. Dia terlihat acak-acakan seolah belum tidur selama seminggu lebih—pipi cekung ke dalam dan dibarengi seluruh area wajah yang pucat. Dia tinggi, posturnya tegap, namun tidak terlihat sebaik dan sehangat Biru. Meski begitu, Runalla bisa melihat sorot penuh permohonan saat Aska mengatakan, "Tolong perbolehkan gue masuk. Gue harus bicara dan minta maaf ke Biru."Runalla tidak tahu ada permasalahan apa di masa lalu. Mereka tidak bersahabat. Begitu Biru menangkap keberadaan Aska, responnya sama sekali tidak terkendali. Sekujur tubuhnya gemetar akibat perasaan marah, takut, dan cemas. Wajah Biru merah padam—dia seakan ingin menghaja
trigger warning: physical and emotional abuse***19 Januari 2020"Mas, mau ke mana? Aku ikut."Biru sudah melarang, namun Runalla tetap memaksa hingga sekarang ikut masuk ke rumah sakit. Biru naik sendirian ke lantai lima, sedangkan Runalla menunggu di kantin rumah sakit-itu adalah permintaan Biru. Biru takut Runalla ikut dimarahi oleh Yasa dan pergi meninggalkannya.Dia memang setakut itu."Kenapa kemarin malam nggak datang?"Pagi ini Biru sudah sekuat tenag
trigger warning: suicidal ideation *** "A child that's being abused by its parents doesn't stop loving its parents, it stop loving itself." -Shahida Arabi. *** [17.25Ayah: Kembali kemari. Jgn lemah. Jadi lelaki jgn lembek.Ayah: Paling kamu dulu cuma diajak mainan.Ayah: Tdk usah berlebihan hanya krn ada kata kamu dilecehkan] Biru kembali ke rumah sakit sesudah mengantarkan Runalla pulang ke rumah Baskara. Biru tahu betul jika kenyataan sama sekali tidak bisa dihindari meski sudah berlari sejauh mungkin. Dia terlalu lelah--ingin semuanya segera diselesaikan hari ini kalau bisa. Rumah tangganya mungkin akan hancur, karena Runalla juga tidak bisa mengatakan apapun padanya.
Trigger warning: percobaan bunuh diri***I remember tears streaming down your face when I said, "I'll never let you go."When all those shadows almost killed your light.I remember you said, "Don't leave me here alone."***19.19Aku berlari terbirit-birit memasuki rumah tanpa mengucapkan terima kasih pada Kak Tias yang sudah mengantar. Aku beruntung karena selalu membawa kunci cadangan di dalam tas. Jantungku berdegup kelewat kencang akibat firasat buruk serta kecemasan yang menyelimuti. Aku sudah melarang Kak Tias masuk, sebab meyakini bahwa ada suatu hal besar yang menunggu.Benar saja.Langkahku langsung terhenti begitu bau anyir sangat menyengat di indra penciuman.