2 November 2002
Sewaktu menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih bersama Bintang, Biru mengenal baik kakak lelakinya. Satra. Jauh lebih tua sebelas tahun dari mereka. Mereka dekat sekali, karena seumur hidup dirinya selalu mengharapkan sebuah kehangatan yang tidak mampu diberikan oleh keluarga.
Biru selalu memberi apa yang dimau, tapi tidak mendapat balasan yang setimpal. Dia selalu kesepian. Tak pernah merasakan kebahagiaan. Ada momen-momen tertentu yang memang membuatnya senang, seperti memenangkan lomba mewakili sekolah. Tapi itu dianggap angin lalu—tak berhasil membuatnya merasa puas.
Sejujurnya, Biru bernapas hingga sekarang karena dirinya masih hidup. Biru tak pernah bisa mengharapkan apapun. Tiap hari, sejak kejadian memilukan sewaktu SMP, tak ada yang bisa meremukkan hatinya seperti sang sepupu. Hampir setiap hari mengharapkan ajal yang tak kunjung datang. Biru mulai memikirkan ide bunuh diri
Jangan mendiagnosis diri sendiri yaa 😊. Itu nggak baik. Kalau kalian merasa kesulitan, bisa dm aku untuk minta kontak biro psikologi yang menyediakan jasa konseling secara online maupun offline ❤️.
14 Februari 2014 "Lo diam aja ya, anjing! Untung gue masih mau pacaran sama lo. Emang ada yang mau macarin atau bahkan nikahin cewek kayak lo? Menang cantik doang, tapi otak gak dipake! Gue butuh duit. Kalau lo punya, ya dikasih ke gue dong. Katanya sayang? Tukang bohong banget lo!" Runalla menangis sesegukan di dalam mobil ketika Septa baru melayangkan beberapa pukulan di daerah pelipis. Ada luka memar yang menghiasi wajah serta tangan. Runalla sudah memohon ampun; mengutarakan rasa sakit akibat pukulan yang diberi oleh sang kekasih siang ini. "Lo pikir, lulus tiga setengah tahun itu spesial? Banyak kali yang lulus cumlaude. Gitu aja dipamerin. Norak lo tolol!"
7 November 2019 Biru tidak bisa tidur meski jarum jam mengarah pada angka satu. Sejak tadi matanya terbuka di saat Runalla sudah terlelap dan memeluk dari belakang. Napas perempuan itu terdengar tenang sampai pikiran Biru kacau. 'Kenapa saat itu aku ngajak kamu nikah, ya?' Biru tak memiliki pemandangan yang bisa ditatap selain tembok kamar serta lemari. Hatinya berkecamuk tak nyaman. 'Aku merasa egois, karena takut menyesal nggak menikahi kamu-takut kamu diambil cowok lain dan aku terpaksa menikah sama perempuan lain. Aku cowok brengsek yang penakut. Aku takut menyakiti tapi aku sudah melakukan itu berulang kali.' Brengsek memang. Biru tidak bicara lagi pada Runalla sejak kemarin sore. D
16.05Ruangan dekan tak terlalu luas. Temboknya berwarna putih tulang dan dilengkapi dengan beberapa furnitur, seperti: satu meja kayu yang dilengkapi dengan tiga kursi untuk dekan maupun pengunjung, satu meja kaca yang dilengkapi sofa panjang berwarna hitam, lemari berisikan beberapa dokumen penting, satu air conditioner, dan beberapa figura yang memajang foto sederet prestasi terbaik kampus.Udara dari air conditioner menyebabkan suhu terasa begitu dingin.Otomatis Biru yang sudah berusaha mengesampingkan sensasi sakit perut serta jantung berdebar akibat kecemasan, mulai kesulitan mengontrol tubuhnya sendiri. Biru rasanya mau pingsan ketika melihat Dekan Fakultas Desain Komunikasi Visual duduk di sofa dan terlihat santai saat membalas pesan melalui
trigger warning: mention of sexual abuse. *** 18.07 "Muka kamu kenapa gitu banget?" Biru merengut ketika Runalla menyambutnya dengan raut yang sedikit aneh. Istrinya itu tampak seperti ingin mengatakan sesuatu namun ditahan oleh keraguan luar biasa. Tak biasanya Runalla melipat kedua tangan di depan dada dan mengamati layaknya guru yang sedang memberi penilaian ujian praktek. Menyadari situasi sedikit canggung, Biru pun berdeham dan menggaruk kepala. Untung saja Issy dan Vivi muncul. Biru memilih mengikuti dua mahkluk kecil itu ke ruang tamu daripada mempedulikan tatapan Runalla.
15 November 2019Sidang pertama Mbak Mutia baru saja selesai.Mas Rey beserta keluarganya yang hadir menunjukkan tatapan menusuk dan tidak suka sebelum pergi meninggalkan kami. Rahangku mengeras. Ada perasaan marah bukan main, sebab ayah dan ibu mertuaku tak menghadiri persidangan ini. Mas Biru mengatakan, "Aku kayaknya belum cerita ke kamu, kalau orang tuaku menentang perceraian ini. Mereka nggak mau datang karena hal itu. Mereka bilang, nggak baik kalau perempuan jadi janda dan single-parent, apalagi kalau punya anak yang kekurangan."Ada gurat kesedihan luar biasa pada wajah Mas Biru yang berusaha keras dia sembunyikan dari orang sekitar. Begitu juga Mbak Mutia yang terlihat kelelahan. Untungnya, mama-papaku mau datang untuk memberi support. Mama memeluk Mbak Mutia erat-erat, mengusap punggungnya berulang kali—begitu pula dengan Papa.Mbak Mutia yang awalnya tida
15 November 2019"Runa, kamu ke mobil aja duluan. Nanti aku nyusul. Masih mau bicara sama temenku."Kini hanya tersisa Biru dan Ersa, yang berdiri berdampingan kala keheningan berusaha menyerbu masuk. Biru menggaruk tengkuk. Hari ini terasa berat sesudah melihat Mutia menangis dalam pelukan mertuanya. Biru tidak menyangka kalau hari sidang yang dinantikan sudah berlalu begitu saja."Lo nggak dekatin kakak gue?" tanya Biru basa-basi ketika melihat ke arah sepatunya. Ersa menatap Biru dari samping, merogoh sebungkus rokok dari saku celana, dan menjawab, "Nggak, nggak jadi. Gue sadar kalau gue hanya sekadar kagum sesudah mengenal kakak lo dan gue masih mencintai mendiang istri. Kakak lo emang cantik, tapi gue masih belum merelakan sosok istri."Mutia bekerja di tempat yang sama dengan teman Ersa, jadi terkadang saat waktu luang, Ersa sengaja berkunjung ke sana. Menemui, menanyakan kabar, dan
"Besok pas tahun baruan, aku harus ngomong apa ke keluarga kamu soal Ayah-Bunda? Mereka nggak akan mau datang buat kumpul."Runalla mengompres luka lebam Biru menggunakan es batu yang sudah dibalut oleh kain. Meskipun sudah sampai di rumah, keadaan masih belum membaik. Mereka tampak berantakan. Biru tidak bisa mengangkat kepala barang sedetik, karena Runalla menatap wajahnya lekat sekali. Perasaan percaya diri yang sudah susah payah dia bangun sejak awal pernikahan langsung runtuh begitu saja seusai kejadian tadi berlalu."Sudah, jangan bahas itu dulu," suara Runalla tidak bisa keluar dengan benar. Perempuan itu menarik napas sedalam mungkin guna mengusir tekanan besar yang terasa di dada. "Fokus ke kamu dulu. Mikirin lainnya nanti aja, ya?"Detik itu, semua seolah berhenti. Iris mereka bertemu ketika Biru menggenggam tangannya yang sedari tadi s
27 November 2019 Banyak individu tidak mengetahui bahwa toxic relationship memiliki tiga fase yang terus berulang layaknya lingkaran setan, yaitu: fase tension building, explosion, dan terakhir honeymoon*. Runalla sempat terjebak dalam hubungan itu dan telah berakhir sesudah pikirannya benar-benar terbuka. Tidak mudah menjadi orang 'pintar' saat memutuskan untuk mengakhiri hubungan, karena berbagai sikap dan kalimat jahat sungguh mengurung diri-tidak memperbolehkan seseorang melihat kebenaran dan selalu memihak jawaban yang salah. "Istri gue sering dipukulin sama mantannya, ya?" Biru bertanya guna memastikan, sebab minggu lalu seusai sidang pertama Mutia berakhir, Runalla bercerita bahwa Septa selalu memukul tiap merokok. Biru tidak tahu apapun dan sampai sekarang masih merasa bersalah—entahlah, Biru merasa sesak—tidak menyangka kalau R