"Besok pas tahun baruan, aku harus ngomong apa ke keluarga kamu soal Ayah-Bunda? Mereka nggak akan mau datang buat kumpul."
Runalla mengompres luka lebam Biru menggunakan es batu yang sudah dibalut oleh kain. Meskipun sudah sampai di rumah, keadaan masih belum membaik. Mereka tampak berantakan. Biru tidak bisa mengangkat kepala barang sedetik, karena Runalla menatap wajahnya lekat sekali. Perasaan percaya diri yang sudah susah payah dia bangun sejak awal pernikahan langsung runtuh begitu saja seusai kejadian tadi berlalu.
"Sudah, jangan bahas itu dulu," suara Runalla tidak bisa keluar dengan benar. Perempuan itu menarik napas sedalam mungkin guna mengusir tekanan besar yang terasa di dada. "Fokus ke kamu dulu. Mikirin lainnya nanti aja, ya?"
Detik itu, semua seolah berhenti. Iris mereka bertemu ketika Biru menggenggam tangannya yang sedari tadi s
27 November 2019 Banyak individu tidak mengetahui bahwa toxic relationship memiliki tiga fase yang terus berulang layaknya lingkaran setan, yaitu: fase tension building, explosion, dan terakhir honeymoon*. Runalla sempat terjebak dalam hubungan itu dan telah berakhir sesudah pikirannya benar-benar terbuka. Tidak mudah menjadi orang 'pintar' saat memutuskan untuk mengakhiri hubungan, karena berbagai sikap dan kalimat jahat sungguh mengurung diri-tidak memperbolehkan seseorang melihat kebenaran dan selalu memihak jawaban yang salah. "Istri gue sering dipukulin sama mantannya, ya?" Biru bertanya guna memastikan, sebab minggu lalu seusai sidang pertama Mutia berakhir, Runalla bercerita bahwa Septa selalu memukul tiap merokok. Biru tidak tahu apapun dan sampai sekarang masih merasa bersalah—entahlah, Biru merasa sesak—tidak menyangka kalau R
18 Desember 2019["Dengarkan gue,"] suara Ersa melalui sambungan telepon terdengar begitu menenangkan. Tanpa ada penekanan atau paksaan apapun saat mengucapkan kata demi kata agar Biru merasa lebih tenang.["That's okay kalau lo memang butuh waktu. Lo boleh maju, boleh melangkah lebih jauh. Lo sudah hebat, karena berani mengajak istri lo untuk honeymoon. Nggak semua orang bisa seperti lo. Lo memang mau menyenangkan istri lo, tapi di samping itu, jangan lupa pikirkan kondisi lo."]Jantung Biru berdetak kencang sekali. Biru beranggapan bahwa dirinya bisa pingsan kapan saja jika tak berhasil meredakan meledak-ledak di dada. Sudah dua puluh menit di hotel, tapi Biru masih enggan untuk masuk ke dalam kamar. Lelaki itu justru masih berada di tempat parkir, bersandar pada badan mobil, dan menatap ke arah langit yang sedikit mendung.Kepercayaan diri yang sulit-sulit dib
19 Desember 2019 Salah satu cara Biru menyenangkan Runalla adalah dengan cara mengajaknya berlibur dan berbulan madu sejenak. Biru sempat membahas hal ini bersama Angkasa ketika datang ke studio lelaki itu. Biru bertanya apa ada hal-hal yang bisa membuat Runalla senang, dan Angkasa menjawab, "Coba ajak bini lo honeymoon aja." Biru terdiam cukup lama sesudah mendengar usul dari Angkasa. Biru tidak yakin bisa melakukannya. Ditambah lagi Angkasa membahas beberapa hal lain yang membuat Biru semakin canggung. Maksud Biru, bagaimana bisa para lelaki bisa begitu terbuka membahas urusan seks? Sepanjang Angkasa menjelaskan posisi-posisi dengan pilihan kata kelewat frontal, Biru tidak bisa menatap lelaki itu. "Lo dengerin gue atau nggak, sih?" Biru merasa tidak aman sekaligus nyaman. Sejak kejadian bertahun-tahun lalu di mana dirinya dilecehkan oleh beberapa orang, Biru tidak lagi memiliki pandangan yang sama terhadap sesama je
«warning» *** 19.22 Dua jam lalu, kami baru selesai menikmati makan malam di hotel dan sekarang dalam perjalanan menuju ke alun-alun ibu kota Bali. Taman Kota Lumintang, kalau tidak salah. Kami sama sekali tidak memiliki rencana pergi ke sana, tapi Mas Biru mengatakan, "Nggak papa, sekalian isi ulang bensin sama nunggu makanan di perut turun." Sepanjang jalan ke sana, sisi jalan selalu menampakkan para wisatawan asing yang berpergian bersama kelompoknya. Aku menerka, apakah mereka tidak takut tersesat apabila berkunjung ke negara orang? Aku tidak terlalu suka berpergian semenjak putus dari Septa, karena sampai sekarang juga aku masih ingat saat dirinya mendorongku keluar dari mobil. Aku takut ditinggal
«warning»yang masih di bawah umur silahkan skip ke part berikutnya yaa. *** 23 Desember 2019 Sudah beberapa hari mencoba kemudian berujung gagal. Sudah lima kali dibuat kentang karena selalu berhenti di tengah jalan, tepatnya saat Mas Biru akan menanggalkan celanaku. Aku berusaha mengerti, berusaha memahami, dan selalu memberi kesempatan. Ada istilah 'setiap orang memiliki batas kesabaran'. Itu sebuah fakta mutlak. Merupakan saat genting ketika seseorang sudah tak mampu lagi bersabar lalu marah-marah. Terjadi padaku dan Mas Biru kemarin malam.
"But it make you stronger."But I was a child.I didin't need to be stronger.I needed to be safe. -Unknown- *** 15.23 Pada dasarnya, Biru masih memiliki masalah yang mendalam sehingga masih belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Kejadian ketika dia berumur tiga belas tahun memang sudah berlalu, tapi tidak dengan memori fisik serta psikis yang membelenggunya selama hidup. Biru meminta Runalla menyentuh penisnya terlebih dahulu agar dia bisa meyakinkan diri lebih kuat untuk menepis ingatan itu. Yang menyentuhnya bukan mereka, tapi istrinya sendiri, yang sudah selalu sabar menunggu dan memberi kesempatan berulang. Biru menyentuh seluruh tubuh Runalla memang karena istrinya ingin, bukan karena pa
24 Desember 2019 07.15 ["Kenapa pagi-pagi telepon?"] Aku melangkahkan kaki menuju area kolam renang hotel yang letaknya berada di lantai paling atas. Aku tak berniat berenang. Hanya ingin mencari udara segar sekaligus sengaja menjauh agar Mas Biru tidak dapat mendengar pembicaraanku dengan Angkasa. Aku butuh waktu cukup lama sebelum berani menanyakan hal yang berhubungan dengan Septa padanya. Sejak tahu dari Mas Biru bahwa Angkasa mengetahui hal yang selama ini kurahasiakan tentu saja membuatku terkejut. Harus kutanyakan sebagai konfirmasi. Sebenarnya hari ini aku ingin mengungkapkan semuanya pada Mas Biru. Aku ingin dia tahu cerita dar
"I Wish you knew how bad it fucked me up." -Anonymous *** 24 Desember 2019 Mereka tiba di salah satu bandara Jakarta setengah jam lalu. Tidak langsung pulang, mereka memutuskan untuk singgah di salah satu restoran cepat saji yang siang ini tampak sepi-mungkin karena besok adalah hari natal dan banyak keluarga memutuskan untuk berdiam di rumah masing-masing. Mereka duduk di bagian paling ujung, yang jarang dijangkau oleh siapapun ketika memasuki resto. Biru menghadap ke arah pintu masuk, sedangkan Runalla membelakangi. Sengaja, agar tidak ada yang melihat Runalla menangis. Meski duduk berhadapan, dia masih belum bisa menatap Runalla. Baginya, ini bukan masalah yang bisa disikapi dengan bodo amat atau pura-pura tidak tahu. Biru terlalu kecewa.