18 Desember 2019
["Dengarkan gue,"] suara Ersa melalui sambungan telepon terdengar begitu menenangkan. Tanpa ada penekanan atau paksaan apapun saat mengucapkan kata demi kata agar Biru merasa lebih tenang.
["That's okay kalau lo memang butuh waktu. Lo boleh maju, boleh melangkah lebih jauh. Lo sudah hebat, karena berani mengajak istri lo untuk honeymoon. Nggak semua orang bisa seperti lo. Lo memang mau menyenangkan istri lo, tapi di samping itu, jangan lupa pikirkan kondisi lo."]
Jantung Biru berdetak kencang sekali. Biru beranggapan bahwa dirinya bisa pingsan kapan saja jika tak berhasil meredakan meledak-ledak di dada. Sudah dua puluh menit di hotel, tapi Biru masih enggan untuk masuk ke dalam kamar. Lelaki itu justru masih berada di tempat parkir, bersandar pada badan mobil, dan menatap ke arah langit yang sedikit mendung.
Kepercayaan diri yang sulit-sulit dib
19 Desember 2019 Salah satu cara Biru menyenangkan Runalla adalah dengan cara mengajaknya berlibur dan berbulan madu sejenak. Biru sempat membahas hal ini bersama Angkasa ketika datang ke studio lelaki itu. Biru bertanya apa ada hal-hal yang bisa membuat Runalla senang, dan Angkasa menjawab, "Coba ajak bini lo honeymoon aja." Biru terdiam cukup lama sesudah mendengar usul dari Angkasa. Biru tidak yakin bisa melakukannya. Ditambah lagi Angkasa membahas beberapa hal lain yang membuat Biru semakin canggung. Maksud Biru, bagaimana bisa para lelaki bisa begitu terbuka membahas urusan seks? Sepanjang Angkasa menjelaskan posisi-posisi dengan pilihan kata kelewat frontal, Biru tidak bisa menatap lelaki itu. "Lo dengerin gue atau nggak, sih?" Biru merasa tidak aman sekaligus nyaman. Sejak kejadian bertahun-tahun lalu di mana dirinya dilecehkan oleh beberapa orang, Biru tidak lagi memiliki pandangan yang sama terhadap sesama je
«warning» *** 19.22 Dua jam lalu, kami baru selesai menikmati makan malam di hotel dan sekarang dalam perjalanan menuju ke alun-alun ibu kota Bali. Taman Kota Lumintang, kalau tidak salah. Kami sama sekali tidak memiliki rencana pergi ke sana, tapi Mas Biru mengatakan, "Nggak papa, sekalian isi ulang bensin sama nunggu makanan di perut turun." Sepanjang jalan ke sana, sisi jalan selalu menampakkan para wisatawan asing yang berpergian bersama kelompoknya. Aku menerka, apakah mereka tidak takut tersesat apabila berkunjung ke negara orang? Aku tidak terlalu suka berpergian semenjak putus dari Septa, karena sampai sekarang juga aku masih ingat saat dirinya mendorongku keluar dari mobil. Aku takut ditinggal
«warning»yang masih di bawah umur silahkan skip ke part berikutnya yaa. *** 23 Desember 2019 Sudah beberapa hari mencoba kemudian berujung gagal. Sudah lima kali dibuat kentang karena selalu berhenti di tengah jalan, tepatnya saat Mas Biru akan menanggalkan celanaku. Aku berusaha mengerti, berusaha memahami, dan selalu memberi kesempatan. Ada istilah 'setiap orang memiliki batas kesabaran'. Itu sebuah fakta mutlak. Merupakan saat genting ketika seseorang sudah tak mampu lagi bersabar lalu marah-marah. Terjadi padaku dan Mas Biru kemarin malam.
"But it make you stronger."But I was a child.I didin't need to be stronger.I needed to be safe. -Unknown- *** 15.23 Pada dasarnya, Biru masih memiliki masalah yang mendalam sehingga masih belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Kejadian ketika dia berumur tiga belas tahun memang sudah berlalu, tapi tidak dengan memori fisik serta psikis yang membelenggunya selama hidup. Biru meminta Runalla menyentuh penisnya terlebih dahulu agar dia bisa meyakinkan diri lebih kuat untuk menepis ingatan itu. Yang menyentuhnya bukan mereka, tapi istrinya sendiri, yang sudah selalu sabar menunggu dan memberi kesempatan berulang. Biru menyentuh seluruh tubuh Runalla memang karena istrinya ingin, bukan karena pa
24 Desember 2019 07.15 ["Kenapa pagi-pagi telepon?"] Aku melangkahkan kaki menuju area kolam renang hotel yang letaknya berada di lantai paling atas. Aku tak berniat berenang. Hanya ingin mencari udara segar sekaligus sengaja menjauh agar Mas Biru tidak dapat mendengar pembicaraanku dengan Angkasa. Aku butuh waktu cukup lama sebelum berani menanyakan hal yang berhubungan dengan Septa padanya. Sejak tahu dari Mas Biru bahwa Angkasa mengetahui hal yang selama ini kurahasiakan tentu saja membuatku terkejut. Harus kutanyakan sebagai konfirmasi. Sebenarnya hari ini aku ingin mengungkapkan semuanya pada Mas Biru. Aku ingin dia tahu cerita dar
"I Wish you knew how bad it fucked me up." -Anonymous *** 24 Desember 2019 Mereka tiba di salah satu bandara Jakarta setengah jam lalu. Tidak langsung pulang, mereka memutuskan untuk singgah di salah satu restoran cepat saji yang siang ini tampak sepi-mungkin karena besok adalah hari natal dan banyak keluarga memutuskan untuk berdiam di rumah masing-masing. Mereka duduk di bagian paling ujung, yang jarang dijangkau oleh siapapun ketika memasuki resto. Biru menghadap ke arah pintu masuk, sedangkan Runalla membelakangi. Sengaja, agar tidak ada yang melihat Runalla menangis. Meski duduk berhadapan, dia masih belum bisa menatap Runalla. Baginya, ini bukan masalah yang bisa disikapi dengan bodo amat atau pura-pura tidak tahu. Biru terlalu kecewa.
8 Januari 2020 Echan menyipitkan mata ketika satu per satu mahasiswa melangkah keluar dari kelas. Sudah tiga bulan dia tidak mengunjungi kampus sama sekali, karena memang itu jatah liburnya yang layak. Echan sendiri datang ke kampus karena hari ini merupakan waktu untuk melakukan pengisian KRS manual yang biasanya dibimbing oleh dosen pembimbing akademik. Kebetulan, dosen pembimbing akademiknya adalah Biru. 'Samperin atau nggak, ya?' Echan menimbang ketika melihat kelas sudah benar-benar kosong. Beberapa hari lalu, Echan sudah mendengar cerita lengkapnya dari Runalla. Dia masih belum bisa percaya bahwa kakak sepupu yang selama ini dia kagumi merupakan orang yang bisa berselingkuh diam-dia
8 Januari 2020 "Kamu dan Issy boleh tinggal di sini selama mungkin. Kami nggak keberatan." Mutia ingin pindah, karena dia enggan menyusahkan Baskara dan Wulan yang terlampau baik. Berbeda dengan Yasa dan Astrid. Sudah bertahun-tahun mengalami konflik tanpa sebuah solusi. Konflik yang mengakibatkan anak mereka menjadi korban kekerasan secara langsung maupun tidak. Bagi Mutia, tidak ada hal yang dinamakan cinta setelah melihat bagaimana gelapnya kehidupan rumah tangga orang tua. Bagaimana mau mencintai diri sendiri, kalau orang tua sudah merekonstruksi dunianya hingga hancur lebur sejak berumur tiga tahun? Selama tumbuh dan berkembang di rumah, sosok ayah selalu menggambarkan kekerasan—mengakibatkan Mutia terbiasa dengan hal itu. Mengakibatkan Mutia menganggap semua lawan jenis adalah sama dan dia mewajari adanya kekerasan. Menurut Mutia, sebelum berhasil lepas dari Rey, Rey melakukan semua kekerasan itu agar dia menjadi istri yang lebih baik l