Di sisi lain, Lio yang tiba-tiba dipeluk seperti ini sedikit merasa deg-degan. Apa lagi ketika mencium aroma tubuh Trisha yang sangat harum. Lio membalas pelukan Trisha guna untuk membuat satpam itu tidak mencurigai.
“Kenapa gue deg0degan gini? Nggak mungkin, kan, gue suka sama Trisha?”
Trisha melepas pelukan setelah satpam itu melewatinya, dia menghela napas lega dengan menarik kembali jaketnya. Lio pun berdeham kecil untuk mengusir rasa gugupnya, ia menatap Trisha dengan senyuman tipis.
“Thanks.”
Trisha menganggukkan kepalanya dan merogoh sakunya dengan memberikan flashdisk pada Lio dan mengatakan, “Ini ada dua chapter, kalau udah selesai perhalus dan diwarnai langsung kirim ke platform.”
Lio pun menghela napas dengan senyuman paksa. “Baik, Nyonya,” ujarnya mengambil benda itu dari tangan Trisha. Lelaki itu mulai bingung pada Trisha yang ada di mall ini seorang diri tanpa membawa tas belanjaan. Apa
“Ke mana aja lo dua hari ini? Kenapa telepon gue nggak lo angkat? Bukannya gue pernah nyuruh lo dateng ke studio?” kesal Vanda yang baru saja datang dan duduk di hadapan Trisha.Wanita gemuk itu yang tengah makan hanya melirik sekilas sang editor tanpa mengucap sepatah kata pun, Trisha menghela napas panjang karena Vanda sama sekali tidak merasakan penderitaannya menjadi pembantu di rumah Sev. Bahkan, sekarang ini dia hanya diberi waktu satu jam saja untuk pergi. Kalau bukan karena Tiana yang menolongnya, ia tidak bisa keluar dari rumah itu.Vanda yang memperhatikan Trisha pun mulai curiga, dia terus menatap sahabatnya itu dengan senyuman yang sulit dijelaskan. Sedangkan wanita yang ditatap hanya mengangkat satu alisnya. “Kenapa?” tanya Trisha meletakan sendok di piring.“Lo kurusan, Sha. Lo nggak ada kabar dua hari karena … diet?” tanya Vanda yang membuat Trisha berdecak sambil memukul lengan Vanda pelan.&ldquo
Trisha berjalan masuk ke dalam rumah dengan meletakan plastik di meja dapur, lalu memasukan semua belanjaannya ke dalam kulkas. Dia melirik Sev yang tengah menonton televisi bersama Shiro. Wanita gemuk itu bahkan bingung padanya yang tidak marah. Padahal Trisha sengaja pulang setengah jam lebih lama dari kesepakatan.Trisha mendadak ragu dengan yang direncanakan oleh Vanda. Apakah berhasil?Wanita gemuk itu menggelengkan kepalanya. “Kalau nggak dicoba, nggak akan tau hasil akhirnya,” gumamnya dengan senyuman tipis.Trisha pun mengambil buah yang ada kulkas, kemudian berjalan mendekati Sev dengan meletakan buah di meja. Ia langsung duduk di samping Sev dengan menyandarkan tubuhnya.“Dari mana lo? Gue laper, mau makan nasi, bukan buah,” pinta Sev tanpa menoleh dan masih fokus pada film yang dia tonton. Trisha pun menghela napas panjang dengan menarik bibir membuat senyuman paksa.“Bentar, gue masak dulu,” ujar Tris
“Lo ngapain ajak gue ke sini?” tanya Trisha saat mobil memasuki mall besar, lalu melihat ke arah Sev dengan bingung.Sev pun tersenyum dan melepas kacamata hitamnya. “Menurut lo?”Trisha terdiam dan berpikir. Apa dia akan menyuruhnya menjadi pembantu untuk membawakan semua belanjaan? Wanita gemuk itu menghela napas panjang dengan senyuman paksa. Menyesal sudah dia terlalu banyak berharap.“Kenapa?” tanya Sev yang membuat raut wajah Trisha menjadi datar.“Menjadi pembantu buat bawa belanjaan lo, kan?” tanya Trisha dengan nada tak suka.Sev hanya memberikan senyuman tipis dan memakai kembali kacamata hitam, juga maskernya. Dia turun dari mobil diikuti Trisha di belakang. Wanita itu bahkan menyesal sudah mau ikut pergi bersama Sev. Awalnya ia pikir ada jadwal pemotretan, tapi ternyata semua ini di luar pekerjaan. Seharusnya dia bisa menggambar di rumah.Sev menghentikan langkahnya mendadak, membua
Saat Sev datang menghampiri Trisha yang tengah mengantri es krim, wanita gemuk itu langsung mengulurkan tangannya. Sementara lelaki itu hanya melihat tangan Trisha dengan tatapan bingung. Trisha pun menghela napas panjang karena melihat Sev yang sama sekali tidak mengerti maksudnya.“Uang, gue nggak bawa dompet,” bisik Trisha dengan sedikit berjinjit.Sev yang mendengar itu hanya tertawa kecil dan memberikan satu lembar uang pada Trisha sambil menggelengkan kepala. Pantas saja dia terlihat gelisah saat mengantri, ternyata tidak membawa uang?Pandangan mata lelaki itu tidak sengaja melihat beberapa wanita yang sedari tadi melihatnya, perasaannya mendadak tidak enak. Dia merasa kalau mereka ingin membuktikan sendirinya. Sev pun langsung masuk ke antrian dan berdiri di samping Trisha dengan merangkul wanita itu.Trisha yang tiba-tiba di rangkul pun langsung menoleh dengan tatapan yang sulit diartikan. Sev hanya memberikan isyarat agar wanita itu
“Why not? Kalian kakak adik, kenapa nasib lo lebih sengsara dari Tiana? Lo nggak mau minta uang sama dia?” tanya Sev yang membuat Trisha menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Trisha bingung harus menjawab apa. Sebenarnya tidak sengsara, hanya saja ini keputusannya sendiri untuk tidak memakai uang pemberian orang tua dan Tiana. Kalau dihitung, uangnya yang ada di ATM sudah lebih dari seratus juta. Ya, Trisha menganggap uang pemberian Tiana dan kedua orang tuanya sebagai uang tabungan.“Kenapa? Lo nggak kabur dari rumah, kan?” tanya Sev lagi.Trisha menggelengkan kepalanya cepat. “Mana mungkin gue kabur? Kalau gue kabur, pas lihat Tiana gue langsung pergi dari lokasi syuting!”“Lo nggak pergi, tapi bohong sama gue!”Mendengar perkataan Sev, wanita gemuk itu hanya menyengir. “Gue nggak mau aja kalau lo sampai pecat gue cuma gara-gara sepele!” jelasnya. Sev hanya memutar bola matanya
“Siapa?” tanya Sev menoleh sekilas pada Trisha yang tengah memasukan ponsel ke kantong celana. Raut wajah wanita gemuk itu terlihat sangat khawatir.“Gue harus pulang sekarang,” ucap Trisha seraya beranjak dari duduknya.“Kenapa? Gue antar!” ucap Sev yang hanya dijawab satu anggukan oleh Trisha, lalu langsung berjalan keluar dari restoran dengan langkah cepat.Sev tidak tau alasan Trisha yang tiba-tiba ingin pulang. Apa terjadi sesuatu dengan Lio? Tapi dia tau kalau orang yang barusan telepon adalah Vanda, sahabatnya. Sementara Trisha, dia sangat khawatir jika terjadi apa-apa pada Lio karena pesan sejak tadi pagi tidak kunjung di jawab.Saat keluar dari restoran, Trisha bingung melihat banyak pengunjung mall yang melihat ke arahnya dengan senyum-senyum, mereka juga berjalan mendekat. Wanita gemuk menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuh. Matanya seketika melotot saat melihat Sev yang tidak memakai masker, juga kaca
Trisha mempercepat langkahnya memasuki koridor rumah sakit, dia terlihat sangat khawatir pada kondisi Lio yang masih belum sadarkan diri. Bahkan, wanita gemuk itu juga tidak peduli dengan tubuhnya yang terasa tidak enak.Dia bertanya pada suster yang berpapasan dengannya, lalu langsung berjalan sesuai jalan yang ditunjukkan oleh suster itu. Trisha tersenyum mengangguk saat melihat Vanda yang melambaikan tangan.“Gimana Lio?” tanya Trisha seraya duduk di samping Vanda.“Gue belum tau, dokter masih di dalam,” jawab Vanda seraya memberikan minum untuk Trisha. wanita gemuk itu hanya menganggukkan kepalanya dan menerima botol itu. Dia mengatur napas yang terengah-engah.Namun, entah kenapa tiba-tiba saja dadanya terasa sangat sesak, bahkan dia sedikit kesulitan bernapas. Vanda yang melihat Trisha sesak napas pun terlihat bingung dan semakin panik. Dia melihat tangan Trisha yang penuh dengan bintik-bintik merah, mata terbelalak lebar.
“Sev, besok lo ada pemotretan. Jangan sampai terlambat! Trisha mana? Lo tadi pergi sama dia, kan?” tanya Zhui yang baru saja datang.Sev menoleh pada Zhui dengan helaan napas seraya duduk di sofa. “Trisha di rumah sakit, gue nggak tau kalau dia alergi mangga,” jawabnya mengalihkan pandangannya.Zhui terlihat terkejut dan langsung duduk di samping lelaki itu. Wanita itu juga tidak tau kalau Trisha ada alergi terhadap buah mangga, pantas saja setiap ia menawarkan buah mangga dia selalu menolak. Tapi kenapa sama Sev dia tidak menolak?“Dia nggak tolak pas lo kasih dia mangga?” tanya Zhui dengan menautkan kedua alisnya.Sev terdiam sejenak. lalu menggelengkan kepalanya ragu. Dia sangat ingat kalau Trisha langsung memakan buah mangga itu tanpa menolak. “Dia langsung makan.”Zhui pun menghela napas panjang dan menepuk punggung Sev pelan. “Lo harus baik-baik sama Trisha, anggap aja lo balas kebaikan di