“Sev, besok lo ada pemotretan. Jangan sampai terlambat! Trisha mana? Lo tadi pergi sama dia, kan?” tanya Zhui yang baru saja datang.
Sev menoleh pada Zhui dengan helaan napas seraya duduk di sofa. “Trisha di rumah sakit, gue nggak tau kalau dia alergi mangga,” jawabnya mengalihkan pandangannya.
Zhui terlihat terkejut dan langsung duduk di samping lelaki itu. Wanita itu juga tidak tau kalau Trisha ada alergi terhadap buah mangga, pantas saja setiap ia menawarkan buah mangga dia selalu menolak. Tapi kenapa sama Sev dia tidak menolak?
“Dia nggak tolak pas lo kasih dia mangga?” tanya Zhui dengan menautkan kedua alisnya.
Sev terdiam sejenak. lalu menggelengkan kepalanya ragu. Dia sangat ingat kalau Trisha langsung memakan buah mangga itu tanpa menolak. “Dia langsung makan.”
Zhui pun menghela napas panjang dan menepuk punggung Sev pelan. “Lo harus baik-baik sama Trisha, anggap aja lo balas kebaikan di
“Kenapa tiba-tiba diem?” tanya Vanda.Trisha menoleh pada Vanda seraya menggerakkan tangan untuk memberikan isyarat pada sahabatnya untuk mendekat. Vanda pun langsung mendekat tanpa bertanya apapun. Wanita gemuk itu mendekatkan mulutnya di telinga sang editor.“Lo lupa sama sifat Sev? Kalau gue tolak, terus dia pecat gue, gimana? Komik gue nggak akan bisa lanjut! Lo sendiri tau, kan, sumber ide gue itu dari Sev,” jelas Trisha dengan suara berbisik.“Kenapa bisik-bisik?” tanya seseorang yang baru saja datang.Vanda dan Trisha yang mendengar suara itu terlonjak kaget dan langsung melihat ke arah pintu. Melihat kedatangan Sev membuat Trisha menghela napas lega, benarkan dugaannya? Vanda pun langsung mundur dua langkah dengan memberikan senyuman canggung pada Sev.“Nggak apa-apa, Gue sama Trisha lagi bahas ….”“Kita lagi bahas kode di game, jadi takut kalau ada orang lain yang denger,&
Setelah satu hari di rawat inap, Trisha diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah sangat baik. Wanita gemuk itu memulai aktifitas seperti sebelumnya, menyiapkan sarapan, menyiapkan pakaian, dan membersihkan rumah Sev.Ya, Trisha masih tinggal di rumah aktor menyebalkan itu. Awalnya ia ingin kembali ke rumahnya, hanya saja Zhui memintanya untuk tetap tinggal agar Sev tidak terlambat ke lokasi syuting. Mau tidak mau wanita gemuk itu langsung menyetujui. Dia sudah tidak bingung lagi menggambar di rumah Sev.Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, semua keperluan Sev sudah siap semua. Dia berjalan ke kamar Sev untuk membangunkannya. Namun, saat ingin mengetuk pintu, Sev tiba-tiba keluar dan membuat Trisha melangkah mundur.“Mau ngapain?”“Bangun—““Nggak perlu, lo pikir gue anak kecil?” potong Sev seraya berjalan lebih dulu menuju ruang makan.Trisha menatap punggung Sev dengan menghela napas panjang men
Lio menoleh ke arah pintu saat mendengar suara langkah seseorang, dia kira orang itu adalah Trisha yang berjanji akan datang. Lelaki itu tersenyum karena sudah menunggunya sejak tadi untuk membuat papan cerita bersama. Namun, senyumnya seketika luntur saat melihat orang yang paling tidak ingin dia lihat. Lio mengalihkan pandangan matanya langsung dan kembali untuk mewarnai komik itu.Orang yang dia kira Trisha ternyata adalah Sev. Bagaimana dia bisa tau? Padahal tidak ada yang memberitahu pada lelaki itu.Sev berjalan mendekat dan meletakan keranjang yang berisikan buah, lalu duduk di kursi yang ada di dekat brankar sang adik. Dia menatap Lio yang tengah fokus mewarnai komik itu sambil tersenyum samar.Belum ada yang memulai percakapan. Sev sendiri bingung harus mulai bicara dari mana.“Lo kenapa kecewa gitu liat gue dateng?” tanya Sev memecahkan keheningan saat teringat raut wajah adiknya yang berubah menjadi datar.“Bukan urusan
Trisha turun dari bus dan berjalan memasuki area rumah Sev, dia berjalan cepat karena dia sudah terlambat lima menit. Wanita gemuk itu sudah sangat siap menerima celoteh dari sang aktor. Langkahnya terhenti sejenak untuk mengambil ponsel yang terasa bergetar di kantong. Satu panggilan dari Vanda membuatnya menepuk keningnya pelan karena teringat kalau ia belum pamit padanya. Trisha mengangkat telepon itu seraya melanjutkan langkahnya. “Halo, Van. Maaf, gue lupa bilang--" “Bukan itu yang mau gue bahas,” ucap Vanda dari seberang telepon. Trisha pun mengangkat satu keningnya. “Kenapa? Ada masalah sama komik gue?” tanya Trisha memperlambat langkahnya karena perasaannya mendadak tidak enak. “Bukan, Sha!Komik lo nggak ada masalah apapun. Yang bermasalah ... partner lo.” Ucapan sahabatnya itu membuat langkahnya seketika terhenti. Lio? Ada apa dengannya? Apa penyakitnya semakin parah?
Pukul dua dini hari, Trisha memastikan laptopnya sambil merenggangkan otot punggungnya yang terasa sangat pegal karena duduk berjam-jam untuk menggambar. Dia beranjak dari kursi dan melangkahkan kakinya keluar kamar untuk mengambil sebotol air mineral dingin.Saat tengah minum, dia menautkan kedua alisnya ketika mendengar sesuatu dari arah kamar Sev. Apa ada maling masuk? Pikir wanita gemuk itu yang langsung melihat semua jendela dan pintu yang masih tertutup rapat. Trisha menggelengkan kepalanya pelan karena teringat kalau penjagaan perumahan Sev sangatlah ketat, jadi tidak mungkin ada maling masuk.Trisha pun kembali meletakan botol itu ke lemari es dan berjalan menuju kamar Sev untuk melihat apa yang terjadi. Wanita gemuk itu membuka pintunya perlahan dengan melihat ke arah tempat tidur Sev.Matanya membelalak lebar saat tidak mendapati lelaki itu di tempat tidur. Trisha pun langsung masuk dengan raut wajah khawatir. Saat menoleh ke arah balkon, dia semakin m
“Lin, lo kenapa tutup rapat jendela gue?” tanyanya tanpa menoleh dan masih memainkan ponsel.Gerakan Lin pun perlahan terhenti dan menoleh melihat ke arah lelaki itu dengan bingung. “Saya tutup jendela Nak Sev? Kapan?” tanyanya bingung.“Tadi malem, Lin,” ucap Sev menoleh pada asistennya itu.Lin menggelengkan kepalanya ragu. “Tadi malem saya tidur di rumah, bukan di sini. Jadi nggak mungkin tutup rapat jendela mu.”Sev terdiam sejenak dengan mengingat-ingat lagi yang dia lakukan sebelum tidur. Dia ingat betul kalau tadi malam dia tidak menutup rapat jendela, ia bahkan langsung tertidur setelah minum obat penenang itu.Lelaki itu seketika teringat pada Trisha. Saat itu juga wanita gemuk itu keluar dari kamarnya dengan menguap lebar, dia terlihat masih sangat mengantuk.Trisha duduk di samping Sev dan menoleh ke arah Lin dengan senyuman tipis. “Pagi, asisten Lin.”“Pagi,
Setelah seharian bekerja menjadi asisten, Trisha merenggangkan ototnya yang terasa kaki karena melayani Sev yang selalu memberikan perintah. Saat ini jam menunjukkan pukul tujuh malam, dia masuk ke dalam mobil dan langsung menyandarkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.Zhui memakai sabuk pengamannya dan melihat ke arah Trisha. “Setelah ini tidur pulas,” ucapnya diakhiri dengan tertawa. Trisha pun membenarkan posisi duduknya dan memakai sabuk pengaman dengan menyengir.Zhui kembali menatap lurus ke depan dan mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil Tiana menuju restoran untuk meeting dengan sutradara sekaligus makan malam. Beruntung Zhui memesan meja yang berbeda untuknya, jadi Trisha bisa memakan makanannya tanpa menunggu mereka yang sedang meeting. Tentu saja ini tanpa sepengetahuan Sev.“Tiana itu kakak lo, kan?” tanya Zhui dengan nada memastikan.Trisha menganggukkan kepala dan melihat ke arah Zhui. “Iya, beda banget, ya?
Sudah dua jam Trisha menunggu mereka selesai meeting, tapi tidak ada tanda-tanda mereka selesai. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, bus terakhir menuju rumahnya akan tiba sepuluh menit lagi.Trisha pun beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke ruangan untuk mengintip sedikit. Saat melihat mereka yang sedang membahas film membuat wanita gemuk itu tak enak dan takut untuk mengganggu mereka. Pada akhirnya dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dengan pamit pada Sev dan Zhui melalui pesan.Tanpa sepengetahuan wanita gemuk itu, Sev melihat ke arah pintu dan melihat dia berada di depan. Ketika dia hendak berdiri, Trisha pergi terlebih dulu. Lelaki itu kembali duduk dan mengeluarkan ponselnya karena ada satu pesan.Trisha : Gue pulang dulu, ya. Pulang ke rumah gue maksudnya. Makasih selama ini boleh nginep di rumah lo. Bye!“Kenapa, Sev?” tanya TianaSev menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Nggak apa.”
Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den
Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to
Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat
Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum
“Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev
Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba
Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka