“Lin, lo kenapa tutup rapat jendela gue?” tanyanya tanpa menoleh dan masih memainkan ponsel.
Gerakan Lin pun perlahan terhenti dan menoleh melihat ke arah lelaki itu dengan bingung. “Saya tutup jendela Nak Sev? Kapan?” tanyanya bingung.
“Tadi malem, Lin,” ucap Sev menoleh pada asistennya itu.
Lin menggelengkan kepalanya ragu. “Tadi malem saya tidur di rumah, bukan di sini. Jadi nggak mungkin tutup rapat jendela mu.”
Sev terdiam sejenak dengan mengingat-ingat lagi yang dia lakukan sebelum tidur. Dia ingat betul kalau tadi malam dia tidak menutup rapat jendela, ia bahkan langsung tertidur setelah minum obat penenang itu.
Lelaki itu seketika teringat pada Trisha. Saat itu juga wanita gemuk itu keluar dari kamarnya dengan menguap lebar, dia terlihat masih sangat mengantuk.
Trisha duduk di samping Sev dan menoleh ke arah Lin dengan senyuman tipis. “Pagi, asisten Lin.”
“Pagi,
Setelah seharian bekerja menjadi asisten, Trisha merenggangkan ototnya yang terasa kaki karena melayani Sev yang selalu memberikan perintah. Saat ini jam menunjukkan pukul tujuh malam, dia masuk ke dalam mobil dan langsung menyandarkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.Zhui memakai sabuk pengamannya dan melihat ke arah Trisha. “Setelah ini tidur pulas,” ucapnya diakhiri dengan tertawa. Trisha pun membenarkan posisi duduknya dan memakai sabuk pengaman dengan menyengir.Zhui kembali menatap lurus ke depan dan mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil Tiana menuju restoran untuk meeting dengan sutradara sekaligus makan malam. Beruntung Zhui memesan meja yang berbeda untuknya, jadi Trisha bisa memakan makanannya tanpa menunggu mereka yang sedang meeting. Tentu saja ini tanpa sepengetahuan Sev.“Tiana itu kakak lo, kan?” tanya Zhui dengan nada memastikan.Trisha menganggukkan kepala dan melihat ke arah Zhui. “Iya, beda banget, ya?
Sudah dua jam Trisha menunggu mereka selesai meeting, tapi tidak ada tanda-tanda mereka selesai. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, bus terakhir menuju rumahnya akan tiba sepuluh menit lagi.Trisha pun beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke ruangan untuk mengintip sedikit. Saat melihat mereka yang sedang membahas film membuat wanita gemuk itu tak enak dan takut untuk mengganggu mereka. Pada akhirnya dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dengan pamit pada Sev dan Zhui melalui pesan.Tanpa sepengetahuan wanita gemuk itu, Sev melihat ke arah pintu dan melihat dia berada di depan. Ketika dia hendak berdiri, Trisha pergi terlebih dulu. Lelaki itu kembali duduk dan mengeluarkan ponselnya karena ada satu pesan.Trisha : Gue pulang dulu, ya. Pulang ke rumah gue maksudnya. Makasih selama ini boleh nginep di rumah lo. Bye!“Kenapa, Sev?” tanya TianaSev menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Nggak apa.”
Pagi pukul enam, Trisha sudah bangun dari tidurnya. Semenjak tinggal di rumah Sev, wanita gemuk itu selalu bangun lebih awal meski tidurnya baru satu atau dua jam. Saat ini dia sedang membuat sarapan untuk Lio yang masih tertidur.Mata wanita itu selalu melihat ke arah jam dinding, penentuan peringkat akan di mulai pukul setengah tujuh. Trisha sangat tidak sabar untuk melihat hasil perjuangannya selama ini, sedari tadi ia terus berdoa dalam hati agar bisa menduduki peringkat satu di platform global.“Masak apa? Tumben jam segini udah bangun? Nggak kesambet, kan, lo?” tanya Lio yang baru saja keluar dari kamar.Trisha melihatnya sekilas dengan tatapan datar dan kembali memasak dengan menjawab, “Sandwich. Lo pake tomat nggak?”Lio menggelengkan kepalanya cepat. “Nggak.”Trisha hanya mengangguk satu kali dan mempercepat gerakannya karena jarum jam terus bergerak. Setelah selesai, wanita gemuk itu meletakan pir
Trisha yang kesal pada Lio pun kembali duduk di sofa, dia tidak ingin mengeluarkan tenaganya untuk bertengkar dengan lelaki itu. Wanita gemuk itu sangat penasaran dengan komik yang menduduki peringkat satu.Trisha pun merogoh kantung celana dan mengambil ponselnya untuk menelpon Vanda, sang editor yang pasti melihatnya di studio bersama kepala editor dan teman lainnya. Namun, saat dia hendak menyentuh tombol telepon, Vanda lebih dulu menelpon dirinya.Jarinya bergerak cepat mengusap tombol hijau dan beranjak dari duduknya. Dia menarik napas panjang untuk mendengarkan kabar yang dia sendiri tidak tau kabar baik atau buruk.“Van, gue—““Trisha, selamat! Komik lo berhasil di peringkat satu! Yang harus lo tau adalah … banyak penerbit yang menghubungi kepala editor buat terbitin komik lo! Bukan cuma peringkat satu, Sha! Komik lo berhasil dapat penghargaan komik populer tingkat global! Jumlah pembaca lo naik drastis! Baru be
“Belum pulang lo?” tanya Sev yang baru saja keluar dari perusahaan dengan memakai masker dan kacamata hitamnya. Dia berdiri di samping Trisha yang baru saja menelepon.Wanita gemuk itu menoleh dengan helaan napas dan tersenyum paksa. “Gue nunggu di jemput. Lo sendiri kenapa pulang? Bukannya ada jadwal syuting iklan?” tanyanya melihat Sev yang sudah berganti pakaian.“Diundur, lo balik sa—““Gue udah dijemput, bye,” potong Trisha seraya berjalan meninggalkan Sev.Sev menatap punggung Trisha dengan menghela napas panjang, dia tau kalau wanita itu sedang marah padanya karena perkataannya di ruangan tadi. Entah kenapa tadi dia sedikit emosi saat melihat Trisha. Apalagi mengetahui kalau wanita itu berpacaran dengan sang adik.Namun, dugaan itu salah.Adelio belum berpacaran dengannya. Lin mengatakan itu karena salah satu teman Lio menjadi mata-mata untuknya. Sang asistennya itu menyuruh teman
Dua hari pun berlalu dengan cepat. Trisha sudah mengatakan semua pada Lio kalau dia tau hubungan mereka, ia juga menceritakan rencana dan alasan dia menjadi asisten Sev. Beruntung lelaki itu tidak marah padanya. Yang lebih beruntung adalah Trisha masih menjadi asisten. Sev belum mengetahui kalau dia adalah mangaka. Wanita gemuk itu sangat ingin jujur pada lelaki itu, tapi dia selalu mengurungkan niatnya karena takut. Mengingat sang aktor sangat membenci mangaka. Trisha juga senang karena bisa lebih dekat dengan Sev. Saat dia merindukan lelaki itu, dia membaca komiknya kembali untuk melihat sosok peran utama pada komiknya. Wanita gemuk itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dengan merenggangkan otot dan menguap. Dia melihat jam yang menunjukan pukul enam pagi. Trisha pun mengambil ponsel untuk melihat jadwal Sev hari ini. Matanya terbelalak lebar ketika mengingat kalau lelaki itu ada syuting iklan pukul delapan, itu berarti dia hanya mempunyai wakt
“Mau sampai kapan lo bohong sama gue?” tanya Sev saat melihat Trisha yang baru saja masuk ke ruangan dengan sekilas dan kembali melihat ke arah luar jendela.Trisha yang mendengar perkataan Sev menggigit bibir bawahnya dengan menghela napas panjang. Dia merasa bersalah padanya karena tidak memberitahu dan membuatnya tau dengan sendirinya. Wanita gemuk itu melangkahkan kakinya pelan mendekati Sev yang sudah terlihat marah. Dia melihat banyak kertas yang berhamburan di sekitar meja.“Sev, gue bisa jelasin ke lo,” ujar Trisha menatap Sev.Sev mengusap wajahnya kasar, dia perlahan melihat ke arah Trisha dengan tatapan tidak suka. Lelaki itu sangat membenci orang yang berbohong dan tidak akan pernah mempercayainya lagi. Apalagi sudah berbulan-bulan wanita itu berbohong padanya. Bukankah sudah sangat keterlaluan?“Apa lagi yang mau lo jelasin? Semuanya udah jelas! Lo mangaka yang menyamar jadi asisten gue. Gue udah curiga sejak awa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka
Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den
Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to
Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat
Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum
“Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev
Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba
Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka