Beranda / Romansa / Hoffen / Berbeda Dengan Kemarin

Share

Berbeda Dengan Kemarin

Penulis: Errenchan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-05 13:22:08

 “Udah sampai?” tanya Trisha yang kembali melihat ke layar ponsel.

“Lo masih mau lanjut main game? Kita udah—“

“Iya, iya, ini udah selesai, kok!” ucap Trisha menyela ucapan Vanda sambil memasukkan ponsel ke dalam tasnya.

Vanda menarik napas panjang sambil tersenyum, lalu mengembuskan dengan perlahan. Mereka melepas sabuk pengaman dan keluar mobil bersamaan.

Bola mata Trisha bergerak dari bawah sampai ke atas mengamati gedung besar yang ada di hadapannya. Dia tidak menyangka kalau tempat agensi aktor itu sebesar ini. Jantungnya mendadak berdegup kencang dan tak sabar bertemu dengan lelaki tampan yang pernah dia temui itu.

Dia juga tidak menyangka kalau langkah kakinya akan menginjak ke dunia entertainment. Padahal, dia dulu sangat menentang untuk masuk ke dunia ini. Tapi, kini dia berubah pikiran. Dia merasa senang meskipun hanya menjadi asisten. Bukankah kalau dia diterima bisa bertemu dengan aktor tampan lainnya? Trisha benar-benar tidak sabar menanti kehadiran itu.

 “Lo kenapa senyum-senyum gitu? Bukannya tadi lo marah dan protes waktu—“

“Kenapa? Gue harus memasang wajah cemberut gue gitu? Gini?” tanya Trisha seraya mengubah raut wajahnya menjadi cemberut. Vanda yang melihat wajah Trisha seketika tertawa dan memegang kedua pipi wanita itu agar tidak berekspresi seperti itu lagi.

“Udah, ayo masuk,” ajak Vanda dengan meredakan tawanya dan merangkul Trisha memasuki gedung besar itu.

Saat masuk ke dalam gedung, Trisha sangat asing dan sedikit menahan rasa malu saat ditatap oleh beberapa orang yang berada di sana. Wanita itu juga berpapasan dengan beberapa aktris dan aktor yang sama sekali tidak Trisha kenal.

Ralat, bukannya Trisha tidak kenal pada artis populer itu. Melainkan dia memang tidak pernah melihat televisi, sehingga dia tidak tau dengan artis yang ada di negara ini. Berbeda dengan Vanda yang sudah heboh sendiri saat melihat beberapa artis yang datang dan pergi.

Vanda memang mengikuti artis-artis yang ada di negara ini, dan beberapa negara lainnya. Jadi, dia sangat senang bisa masuk di perusahaan ini. Sebenarnya, tujuan Vanda menjemput Trisha itu bukan karena dia ingin mengantar teman dekatnya untuk interview, tapi dia hanya ingin bertemu dengan artis-artis yang ada di agensi ini.

Trisha menoleh ke Vanda yang sudah berjalan meninggalkannya, dan pergi menghampiri satu lelaki tampan yang berdiri di dekat lift. Trisha terkekeh pelan saat melihat Vanda yang memperkenalkan diri dan meminta untuk foto bersama.

Saat tengah memperhatikan Vanda, pandangan mata Trisha beralih pada lelaki yang baru saja keluar dari lift dan dikawal oleh beberapa orang di sampingnya. Perlahan mata Trisha membulat sempurna ketika melihatnya yang berjalan semakin dekat. Bibirnya perlahan membentuk senyuman saat jarak dia hanya beberapa langkah saja.

Lelaki itu menoleh sekilas ke Trisha dengan raut wajah yang sangat dingin, bahkan tatapan matanya sangat tajam.

Saat lelaki itu melewatinya tanpa membalas senyuman, seketika ekspresi wajah Trisha menjadi datar. Dia menoleh dan menatap punggung lelaki itu dengan tatapan tidak percaya. Dia sangat berbeda dari sebelumnya.

Bukankah kemarin dia murah senyum dan bersikap perhatian? Tapi kenapa sekarang dia terlihat sangat dingin dan menakutkan? Apa karena sekarang dia di perusahaan? Jadi dia menjaga image di depan semua orang. Trisha kembali tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan.

“Pasti karena itu dia jadi cowok dingin,” gumam Trisha dengan bibir yang masih membentuk senyum.

“Shaa!” panggil Vanda dari belakang dengan sedikit berteriak.

Trisha kembali membalikkan tubuhnya menatap Vanda yang tengah melambaikan tangannya di depan lift. “Buruan! Lima menit lagi interview!”

Trisha langsung mempercepat langkahnya mendekati Vanda dan berjalan masuk ke dalam lift. Trisha yang melihat Vanda sedari tadi senyum-senyum sendiri langsung memegang kening Vanda dengan telapak tangannya.

“Van, lo sehat, kan?” tanya Trisha yang membuat raut wajah Vanda seketika datar, lalu kembali tersenyum dengan memegang ponselnya.

“Untung gue anterin lo ke perusahaan, kalau enggak … gue enggak bisa foto sama cogan!” ujar Vanda dengan nada sangat senang. Trisha hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

“Dasar! Ternyata bukan cuma gue yang otaknya dipenuhi sama cowok tampan, tapi lo juga!”

“Udah, berhenti bahas gue. Sekarang gue tanya, kenapa lo tadi senyum terpukau pas lihat Severino lewat? Gue pikir lo cuma tertarik sama aktor yang ada di Jepang!” kata Vanda dengan senyuman menggoda.

Trisha tak bisa lagi menyembunyikan wajah senangnya. Dia kembali tersenyum saat mengingat kejadian kemarin dan di pantai.

 “Kenapa? Berubah pikiran? Udah—“ Belum selesai bicara, Trisha langsung meletakan jari telunjuknya di depan bibir Vanda dengan tersenyum paksa.

“Gue senyum itu bukan karena gue kagum sama aktor itu, tapi … sebagai salam sapa aja. Ya kali gue lihat dia pasang wajah cemberut. Bener kan?” jelas Trisha yang bersusah payah menjelaskan pada Vanda.

Vanda tersenyum dan menyingkirkan jari telunjuk Trisha dari mulutnya. “Benar, sih, masuk akal. Oh, iya, setahu gue … Severino itu aktor yang dingin dan suka ketus,” ucap Vanda dengan sedikit berbisik.

Trisha yang mendengar ucapan Vanda hanya mengangkat satu alisnya. Aktor dingin? Seingat Trisha, Severino ini memang irit dalam bicara, tapi dia penuh dengan perhatian. Buktinya dia sangat menyayangi anjing peliharaannya.

Trisha menggeleng pelan, dia tidak boleh langsung percaya dengan ucapan Vanda yang mengatakan kalau aktor itu mempunyai sifat yang buruk.

 “Kenapa diem lagi, sih? Jawab, Trisha!”

Trisha menghela napas panjang dengan tersenyum paksa. “Gue harus jawab apa?”

“Apa kek, terserah. Oh, iya. Severino itu juga gampang marah. Lo harus hati-hati dan tetap sabar, jangan emosi. Ngerti?”

“Iya, Van, iya. Gue ngerti. Kenapa lo yang jadi panik gini?” tanya Trisha menyandarkan tubuhnya di lift.

“Karena gue takut kalau lo enggak betah kerja sama aktor itu, jadi—“

“Udah, sampai. Ayo keluar,” ucap Trisha menyela ucapan Vanda saat pintu lift sudah terbuka. Dia berjalan keluar terlebih dulu meninggalkan Vanda. Vanda hanya bisa menghela napas dan berdecak pelan.

Vanda berjalan keluar menyusul Trisha. Dia celingukan mencari orang yang sudah menyuruhnya untuk menunggu di sini. Trisha tidak banyak bertanya dan memilih untuk melihat-lihat yang ada di koridor itu. Bibirnya tersenyum tipis saat melihat foto beberapa aktor yang terpajang di dinding.

Namun, dia lebih lama menatap foto Severino. Baginya, empat foto aktor lainnya terkalahkan dengan foto aktor yang satu itu. Karena foto ini memperlihatkan roti sobek yang ada di perut Severino. Benar-benar mengagumkan.

“Maaf sudah menunggu lama,” ucap seorang wanita yang baru saja datang.

Trisha dan Vanda menoleh ke belakang dengan bersamaan. Keduanya tersenyum pada wanita itu dengan sopan.

“Tidak lama, kita juga baru aja sampai,” ujar Vanda.

“Ayo masuk,” ucap wanita itu sembari masuk ke dalam ruangan, disusul oleh Vanda dan Trisha di belakang.

Bab terkait

  • Hoffen   Tidak Sesuai Ekspetasi

    “Ayo masuk,” ucap wanita itu sembari masuk ke dalam ruangan, disusul oleh Vanda dan Trisha di belakang.Wanita itu mempersilakan mereka duduk dengan ramah. Trisha sangat kagum pada wanita yang ada di hadapannya itu. Dia terlihat sedikit lebih tua dari Vanda, tapi wajahnya terlihat sangat mulus. Badannya juga terjaga, sangat ideal.“Kamu Trisha?” tanya wanita itu melihat ke arah Trisha.Trisha tersenyum dan menganggukkan kepalanya canggung. Wanita itu juga ikut tersenyum dan langsung mengulurkan tangannya di hadapan Trisha“Selamat,” ucapnya yang membuat Trisha bingung dengan arti uluran tangan itu.Trisha menoleh ke Vanda seakan bertanya maksud wanita itu, sedangkan Vanda hanya menjawab dengan satu anggukan dan menyuruhnya untuk membalas uluran tangan itu. Trisha menggigit bibir bawahnya dengan membalas uluran tangan itu dengan ragu.“Saya Zhui Consina, kamu bisa panggil saya Kak Ina atau Kak Z

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Hoffen   Kesabarannya Sudah Habis

    “Lo tuli? Gue udah usir lo, kenapa masih di sini?” tanya Sev pada Trisha. Lelaki itu melirik sekilas dengan lirikan mata tajamnya.Trisha masih bungkam dan takut salah dengan jawabannya, karena di situasi seperti ini, jawaban apa pun yang dia berikan akan tetap salah di mata Sev. Sedangkan, lelaki itu berdiri dari duduknya dengan tersenyum miring dan tertawa meremehkan. Zhui masih diam memperhatikan Sev.“Selain tuli, lo bisu?” tanya Sev yang membuat Trisha membuka matanya lebar.Kesabaran Trisha sudah menipis, dia tidak sanggup menghadapi lelaki menyebalkan itu. Trisha pun melangkahkan satu langkah untuk berdiri di samping Zhui, menatap Sev dengan tatapan malas.Trisha menghela napas panjang dengan menarik bibirnya membentuk senyuman paksa. “Gue tuli atau bisu, apa urusannya sama lo? Gue di sini mau kerja jadi asisten lo, bukan teman berantem!”“Lo … jadi gini sikap asisten sama majikannya, ha?!&rdq

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Hoffen   Masalah Baru

    Berbeda dengan Trisha, dia justru senang mendapat perlakuan Sev yang mengejutkan seperti itu, karena semua ini bisa dijadikan bahan komiknya nanti. Trisha tersenyum lebar dan mengeluarkan ponselnya untuk menulis outline.Saat sedang asyik menggambar sketsa kasarnya di ponsel, dia terlonjak kaget saat Sev yang tiba-tiba keluar dari ruangannya. Dengan cepat dia menyembunyikan ponselnya ke belakang.“Lo ngapain masih di sini?”“Nunggu lo, apa lagi? Gue asisten lo, jadi gue harus jalan di—“ Belum Trisha menyelesaikan perkataannya, Sev langsung berjalan lebih dulu meninggalkan Trisha.Wanita itu menghela napas panjang saat lelaki itu berlalu begitu saja tanpa menunggunya selesai menjawab, untung saja Trisha sudah mencari cara agar dia tetap bisa menjaga emosinya. Trisha mengambil permen dari kantungnya, lalu membuka bungkus dan memasukkan ke dalam mulut. Dengan adanya permen, dia bisa mengontrol rasa marahnya.***Sesampainya di tempat pemotretan, mobi

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Hoffen   Menyebalkan!

    “Lo kenapa diem aja? Cepat beli kopi buat atasan lo! Beliin gue juga!” ucap wanita itu beralih pada Trisha.Trisha hanya bisa mengangguk dengan senyuman paksa, dia sudah menggerutu dari dalam hatinya. Rasanya ingin cepat-cepat mengakhiri semua ini, namun semua itu sangat mustahil. Ini baru hari pertamanya, tapi kenapa terasa sangat melelahkan?Bukan lelah fisik, melainkan batin. Dia benar-benar lelah menahan diri untuk tetap tersenyum saat ingin marah.Tak lama Trisha pergi, Sev yang masih dirangkul itu sudah tidak tahan pada wanita ini. Lelaki itu tidak bisa marah pada wanita yang satu ini karena dia termasuk seniornya.“Lepas, Zihan,” ucap Sev pada wanita yang merangkulnya.“Lo enggak kangen sama gue, Sev? Padahal gue baru aja pulang dari Singapura dan ikut pemotretan ini demi ketemu lo,” ujar wanita itu melepas rangkulannya dengan memasang wajah sedihnya melihat ke arah Sev.Zihan Rauhel, aktris senior

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Hoffen   Membenci Mangaka?!

    “Ji, tanya atasan lo, dia mau yang dingin atau panas, pahit atau manis. Kalau perlu kasih dia air comberan!” ucap Sev pada asisten Zihan dengan meletakan gelas kopi itu di meja dengan kasar, bahkan kopi itu sedikit tumpah.Sev langsung membalikkan tubuhnya dan hendak pergi, namun tangan Zihan menahan lengan lelaki itu.“Sev,” panggilnya dari belakang. Sev diam, dia tidak menjawab panggilan Zihan.“Lo kenapa bela dia? Bukannya tadi lo bentak-bentak dia?” tanya Zihan menunjuk ke arah Trisha.Sev menghela napas, dia menyingkirkan tangan Zihan dari lengannya, lalu membalikkan tubuhnya dengan senyuman paksa. “Trisha itu asisten gue, dia enggak ada kewajiban buat membeli dan mengganti kopi lo. Yang berhak menyuruh dan membentak dia itu gue, bukan lo! Ngerti?”Zihan yang mendengar itu langsung mendengus dan kembali duduk di kursinya, sedangkan Trisha yang dibela oleh Sev pun merasa sedikit senang. Dia tersen

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Hoffen   Kesuraman

    Lima menit berlalu, bus yang ditunggu Trisha pun datang. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan dua langkah untuk menunggu orang yang keluar dari bus itu. Setelah tidak ada yang keluar dari bus itu lagi, Trisha langsung masuk ke dalam dan duduk di kursi yang kosong. Kepalanya menyandar dengan mata menatap keluar jendela.Entah kenapa dia sangat menyukai langit senja.Tak membutuhkan waktu lama, bus yang dinaiki Trisha sampai di halte depan studio. Saat dia keluar dari bus, wanita itu tersenyum ketika melihat Vanda yang sudah menunggu kedatangannya.Vanda beranjak dari duduknya dan tersenyum pada Trisha. “Gimana? Lancar? Apa hari lo menjadi menyenangkan? Lebih berwarna? Kepala lo udah enggak mikir adegan membunuh atau berantem, kan?” tanya Vanda dengan rentetan pertanyaannya.Bukannya mendapatkan jawaban, wanita itu justru mendapat pukulan pelan di lengannya. Trisha langsung berjalan keluar dari halte dan masuk ke studio meninggalkan Vanda yang terus memanggi

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Hoffen   Cemas

    Sedangkan gadis yang dilihat oleh Sev tidak menyadari tatapan Sev, dia masih asyik mengelus kepala kucing itu. Dia mulai menggambar dengan iPad, dan memakan satu suapan mi instannya. Dengan mata yang sesekali menatap langit malam. dia mulai masuk ke imajinasinya. Tangannya bergerak dengan lihai menggambar di layar iPad dengan bantuan pen yang dia pegang.Pergerakan tangannya terhenti ketika mendengar ponselnya yang berdering, dengan cepat dia mengambil ponselnya. Matanya sedikit terbelalak saat melihat nama sang mama terpampang di layar ponsel. Trisha berdeham dengan menghela napas panjang. Lalu, mengusap tombol hijau ke atas.“Halo, Ma. Kenapa?” tanya Trisha saat menempelkan ponsel ke telinga.“Halo, kamu lagi di mana? Udah sampai rumah? Udah makan? Makan apa kamu hari ini,” tanya sang mama dari seberang telpon.Trisha tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan sang mama, dia sudah tau kalau mamanya akan bertanya seperti ini. &ldqu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Hoffen   Mabuk

    Pesan terakhir yang Zhui kirim membuat Trisha langsung bergegas keluar rumah, dan berlari. Dia celingukan mencari taksi, karena sudah larut, tidak mungkin ada bus yang datang. Satu-satunya harapan adalah taksi.Jarak yang dikirim Zhui pun lumayan jauh, jadi tidak mungkin dia berlari ke sana. Dia sangat cemas, karena Zhui juga tidak bisa menolong Sev. Sedari tadi dia terus berdoa dalam hati agar menemukan taksi.Trisha tersenyum saat melihat taksi dari kejauhan yang melaju ke arahnya. Dia melambaikan tangannya guna memanggil taksi itu. Dua lampu jauh pada taksi itu berkedip, menandakan kalau dia akan segera datang.Setelah taksi berhenti di hadapan Trisha, dengan cepat wanita itu masuk ke dalam. Dia memberikan ponsel itu pada sang sopir untuk menunjukan alamat yang di kirim oleh Zhui.“Malam-malam ke bar, Mbak? Enggak takut? Mbaknya bukan—““Bukan, Pak. Saya mau jemput …”“Pacar ya, Mbak? Anak muda jaman sekarang, tuh, pasti

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19

Bab terbaru

  • Hoffen   Resmi!

    Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den

  • Hoffen   Tiga Tahun

    Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr

  • Hoffen   Kesedihan Trisha, Kepergian Sev.

    Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to

  • Hoffen   Terulang Kembali

    Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat

  • Hoffen   Mengakhiri Kontrak

    Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum

  • Hoffen   Rencana Bodoh Sev

    “Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev

  • Hoffen   Perasaan Bersalah

    Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba

  • Hoffen   Tuntutan Sev

    Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa

  • Hoffen   Perasaan Bercampur Aduk

    Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka

DMCA.com Protection Status