Flashback ke hari pertama Edric bertemu dengan Zura di Dubai ...“Ini aneh.” Edric bergumam setelah mobil Radesh dan Zura menghilang jauh dari pandangan. Dia dan Calvin masih berdiri tegak di teras lobi Eco Paper.“Apa itu benar-benar Zura? Sepertinya mereka dua orang yang berbeda. Apa yang kalian bicarakan di dalam lift tadi? Kalian membuat kami menunggu lama.”Edric membuang napas berat. “Aku menuntut sebuah penjelasan atas kepergiannya. Tapi dia berpura-pura tidak mengenalku. Dia marah karena aku seperti mengungkit masa lalu kami.”“Hm, jelas dia berpura-pura. Sudah pasti dia mempelajari profilmu sebelum datang ke sini. Dan harusnya pak Radesh pun bercerita tentangmu ‘kan? Kenapa dia masih mau datang kalau memang tidak ingin bersinggungan dengan masa lalunya?”Edric dan Calvin kemudian mengabaikan pikiran-pikiran mereka. Kembali masuk ke dalam gedung dan melanjutkan pekerjaan. Keesokan harinya, mereka melakukan kunjungan ke gudang Inti Global. Waktu itu Zura masih mengabaikan Edric
Isu jelek tidak hanya menerpa Inti Global. Eco Paper juga. Bahkan yang ini lebih buruk karena ada barang bukti. Tisu travel pack yang mereka pasarkan kualitasnya jauh lebih buruk dari tisu murahan yang tidak punya label. Hari itu benar-benar menjadi hari terburuk dalam sejarah bisnis Inti Global, terutama untuk Edric. Dia merasa sudah gagal dalam mengemban tugasnya sebagai penerus sang ayah. Dalam posisi tidur di atas brankar, dia berkali-kali menarik napas dalam-dalam dan membuangnya ke udara.Tadi Dominic memberinya ultimatum untuk membiarkan semuanya terjadi seperti yang Morgan dan Radesh rencanakan. Jangan sampai Edric menjalankan rencananya hari ini juga. Dominic menyuruh dia menunggu sampai besok atau lusa. Bukankah penting juga melihat mana customer yang loyal dan tetap setia saat ada ada isu seperti ini beredar?Semua para lelaki sudah kembali ke rumah sakit. Sedang fokus mendengar kronologi orang suruhan Morgan masuk ke dalam kamar. Brandon pun langsung mengutuk petugas yang
Sekitar jam sepuluh malam, semua orang kembali ke kamar masing-masing. Kini tinggal Embun dan Zura yang berjaga di kamar Edric. Santi pun sudah kembali ke kamar mereka. Ini adalah permintaan Edric. Dia ingin Zura yang selalu menjaganya, siang sampai malam. Entah dari mana datangnya ada box bayi di sana. Yang jelas, Embun bisa tidur dengan nyaman tanpa harus mengganggu papa mamanya yang sedang ingin bermesraan. Pintu kamar sudah sengaja dikunci, karena memang dokter baru akan kontrol besok pagi. Jadi, tidak masalah semisal mereka ingin ada privasi.Kini keduanya tidur dalam satu bed dan berhadap-hadapan. Rasanya senang sekali akhirnya mereka bisa hanya berduaan di ruangan ini."Kalai semuanya sudah selesai, ayo kita menikah.""Hm-m. Ayo.""Saya udah nggak sabar jadi suami yang akan menjaga kalian berdua sampai kita tua bersama."Zura tersenyum lagi. Sangat suka mendengarkan kata-kata indah yang terlontar dari mulut Edric sejak tadi."Makasih, Pak.""Come on, ganti jadi panggilan yang
Keesokan paginya, sebuah berita menghebohkan seluruh jagat maya. Wajah Dominic, Brandon, Zac dan Calvin beredar dimana-mana. Aksi penggeledahan gudang besar Galaxy Group menjadi trending topik dan menjadi headline news di seluruh media elektronik dan media cetak.'Ditemukan timbunan tisu yang seharusnya didistribusikan ke hotel dan mal, Galaxy Group menyabotase Inti Global?''Diduga curangi Inti Global, Dominic Ethan Louis siap bawa Galaxy Group ke jalur hukum.''Senasib dengan Inti Global, Eco Paper juga sedang digoncang oleh isu serupa. Brandon James Ellordi : Kita disabotase.''Terkuak, owner Galaxy Group yang selama ini bersembunyi dari publik adalah Morgan Hadiwijaya yang selama ini menjabat sebagai direktur utama.'Semua orang seperti sudah sepakat untuk berkumpul di dalam kamar rawat inap Edric untuk menyaksikan berita-berita itu. Dominic, Chalondra, Brandon, Janice, Calvin, Zac, Zoey, Edric, Zura, Santi dan Embun. Tidak ada yang ketinggalan.Edric yang sama sekali tidak tahu m
Morgan dan Radesh menonton televisi dengan wajah yang mengeras. Shit!! Bagaimana bisa mereka menemukan gudang rahasia milik Galaxy? Padahal jelas-jelas bangunan itu sudah sengaja diberi nama lain dengan tujuan supaya tidak ada yang tau kalau itu adalah milik mereka. Bahkan sertifikat bangunan itu sudah dibuat atas nama orang awam yang tidak dikenal oleh siapapun."Apa yang sudah dilakukan anak buahmu?! Kenapa bisa-bisanya kita ketahuan?!" Morgan menatap marah sekaligus jengah kepada Radesh yang dia anggap tidak bisa bekerja dengan baik."Aku sama sekali tidak kepikiran kalau mereka akan mencari gudangnya juga, Pa." Radesh sama sekali tidak sanggup menatap Morgan. Dia benar-benar kehilangan muka. Sekaligus merasa bodoh karena anak buahnya malah terperangkap oleh timnya Dominic."Bodoh!!! Apa yang kau pikirkan?! Justru itu adalah inti dari misi ini!!" Morgan masih berapi-api. Mungkin kalau dia seorang kanibal, dia sudah menelan Radesh dari tadi. Seriusan, kenapa kerjaannya lebih banyak
Bagai disambar geledek, semua orang terkejut dan spontan berlari keluar dari kamar, kecuali Edric tentunya. Zura sendiri melesat dengan cepat sesaat setelah dia mendengar Santi memekik.Santi sedang berdiri di tengah ruangan dengan bersimbah air mata saat Zura tiba. Di atas kepalanya masih melilit sebuah handuk yang menandakan dia baru saja selesai mandi. Zura langsung mencari keberadaan Embun di atas kasur. Kosong! "Embun mana, Mba?!" Dia bertanya dengan perasaan kalut, panik, khawatir yang bercampur menjadi satu.Semua orang sudah menumpuk di ambang pintu. Menyaksikan Santi yang semakin meraung tanpa bisa berkata-kata. Kemudian mereka masuk satu per satu, dimulai dari Chalondra.Zura yang sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi, hanya bisa mematung seraya menatap kosong ke arah karpet."Mba Santi, bisa Mba ceritakan apa yang terjadi?" Chalondra bertanya dengan nada pelan dan keibuan.Santi hanya menggeleng. "Sayah ... sayah ... juga nggak tau ... Nyonyah ... saya ... hanya ting
Zoey ... Ayyara ... Louis. Tiga kata yang memberikan efek kejut jantung bagi semua anggota keluarga Louis. Dominic, Chalondra, Edric dan Zac yang sudah tau perihal status Zoey di dalam keluarga mereka, sangat terkejut mendengar pengakuan Morgan. Zoey cucu Morgan? Yang benar? Zura juga tak kalah terkejut mendengar penuturan kakeknya. Bagaimana mungkin?? Bukankah Morgan cuma punya satu puteri, yaitu mamanya? Nama mamanya 'kan Anastasia? Siapa Yuanita? Kemudian Zura mengingat saat Zoey mengajaknya bicara kemarin, dan bertanya apakah Morgan punya puteri lain selain ibunya? Apa Zoey bertanya demikian karena dia sudah tau tentang ini? Apa saat Zoey bertemu Morgan, kakeknya sudah membahas ini kepadanya? Tapi jauh berbeda dengan Zoey. Dia tidak terlalu terkejut ketika Morgan mengaku sebagai kakeknya. Bukankah percakapan mereka kemarin memang sudah mengarah ke sana? Morgan sempat mengatakan kalau dia sama-sama keras kepala seperti ibunya. Zoey sebenarnya sudah punya firasat kalau Morgan me
Adrenalin semua orang terpacu bersamaan dengan langkah Morgan yang kembali mendekati kursi dimana Embun dan Edric diikat hingga hingga tak berdaya. Bahkan tubuh Edric yang besar pun tidak bisa berkutik karena tali tambang yang mengikat seluruh tubuhnya dari dada hingga ke perut. “Putriku … Yunita Zahra Wijaya … meninggal karena sebuah sakit keras yang dia idap waktu itu. Namun seandainya Zura tidak terlambat membawakan dana untuk membereskan administrasi rumah sakit, mungkin saat ini saya masih bisa memeluk raganya.” Morgan mengitari Edric dan Embun dengan langkah perlahan dan dramatis. “Tapi … pemuda sombong dan arogan ini adalah penyebab Zura terlambat datang ke rumah sakit. Dengan tidak sabarannya dia menembus lampu lalu lintas yang masih berwarna merah, sehingga dia menabrak Zura yang sedang buru-buru.”“Saya tidak pernah melanggar lalu lintas, Kakek tua.” Edric menggeram karena dituduh menjadi penyebab kematian Yunita. Jelas-jelas waktu itu Hendry berjalan setelah lampu jalan k
Pernikahan Edric dan Zura adalah salah satu perhelatan akbar di kalangan para pebisnis di tahun ini. Resepsi mereka sampai diliput oleh banyak awak media baik dari tv swasta maupun tv milik pemerintah. Kisruh yang terjadi antara keluarga Edric dan Zura, yang sempat mencuat di hadapan publik membuat hadirin bertanya-tanya bagaimana semuanya bisa berakhir di pelaminan seperti ini. Dan tentu saja tidak ada yang perlu dijelaskan karena tidak semua orang perlu mengetahui apa yang terjadi di antara Edric dan juga Zura.Acara resepsi berlangsung cukup lama. Semua orang berbahagia, terutama keluarga Louis dan juga Ellordi. Acara ini juga bagaikan sebuah reuni untuk semua rekan-rekan bisnis Chris, Dominic dan juga Brandon. Chalondra dan juga Janice tak kalah heboh dengan istri-istri pejabat yang mereka kenal. Embun tak kalah menjadi sorotan. Sejak acara pemberkatan hingga resepsi, dia selalu berada di antara kedua orang tuanya. Bahkan Edric ikut memasangkan cicin kecil di jari manis Embun set
Satu bulan berlalu dengan begitu cepat. Heidy sibuk bukan main. Tiada hari tanpa pergi ke sana-sini. Bukan hanya Heidy, keluarga calon pengantin juga tidak kalah sibuk. Sibuk jahit baju untuk seragam di hari H nanti. Satu minggu terakhir, undangan sudah ready dan siap untuk dibagikan. Semua orang berpencar untuk mengantar semampunya. Entah kenapa, semakin tinggi status sosial kalian, semakin kurang pantas jika mengundang hanya lewat panggilan telepon. Dominic dan Chalondra berkeliling ke rumah-rumah maupun ke kantor-kantor rekan bisnis Inti Global. Berbagi dengan Zac dan Zoey. Sedangkan Edric dan Zura, menyebarkan undangan ke teman-teman sejawat yang masih stay di Jakarta.“Oh My God. Ternyata ngurus nikahan akan sampai secapek ini.” Zac bergumam setelah mereka masuk ke dalam mobil lagi. Keduanya baru saja mengantar undangan untuk salah seorang investor. “Padahal bukan nikahan sendiri. Gimana kalau nikahan sendiri?” timpal Zoey.“Hm-m. Udah siap belum?”“Udah.” Zoey menjawab dengan
Dominic dan Chalondra menyambut rencana baik Edric untuk segera menikah dengan Zura. Memang itulah yang harus mereka lakukan sekarang. Apalagi sudah tidak ada alasan untuk menunda. “Kalau bisa secepatnya aja, Ed. Setelah itu kalian tinggal di sini.” Chalondra memberi saran. Mereka sedang sarapan pagi seperti biasa.“Kenapa harus tinggal di sini?” Edric langsung fokus pada ucapan Cha yang terakhir.“Memangnya kamu mau ninggalin mama, Ed?”Edric langsung tidak bisa berkata-kata. Diliriknya Zura yang menikmati sup ikannya dalam diam.“Percaya deh, mama bukan ibu-ibu resek yang bakal ngatur ini itu. Cukup mama atur papa kalian aja. Nggak usah takut kalau kalian tinggal di sini, kalian akan kehilangan privasi. Rumah ini terlalu besar untuk kita-kita saja. Lagian, mama sudah nyaman ada Embun di rumah. Kalau kalian pindah, rumah bakal balik sepi lagi.” Selera makan Cha sepertinya langsung hilang hanya membayangkan Embun akan meninggalkan rumah.“Udah, jangan bikin anak-anak mikir dulu, Cha.
Zura kembali ke kamar dan mendapati kedua belahan jiwanya sedang bermain di dalam kamar. Dominic dan Chalondra sudah menyerah untuk memisahkan mereka bertiga, karena pada akhirnya Edric akan selalu berakhir di kamar tamu, dimana Zoey dan Embun berada. Pagi harinya mereka tetap bergelung di dalam selimut layakya pasangan suami istri. “Sayang? Kamu dari mana?” Edric langsung menyadari kedatangannya.“Dari kamar kak Zoey.” Zura ikut naik ke atas kasur. Embun langsung melompat ingin memeluknya.“Anak mama belum tidur? Tadi katanya mau tidur sama papa?” tanya Zura dengan nada penuh kelembutan. Oh iya, sejak peristiwa itu, mereka melatih Embun untuk memanggil Edric dengan sebutan papa. Bukan om lagi. Dan sepertinya Embun sudah terbiasa sekarang. Bagaimana tidak? Edric memberinya pengertian dengan cara yang aneh bin ajaib.‘Pokoknya papa itu adalah laki-laki yang tidur dengan mama’. Simple dan Embun langsung mengerti, karena memang yang dia perhatikan setiap malam adalah mamanya tidur denga
Malam berlalu, Edric sama sekali tidak bisa tidur. Dia menjaga Embun yang sedang terlelap dan juga menunggu Zura terjaga. Yang lain jadinya memilih tidur di kamar ini juga. Ada yang tidur di sofa, ada yang menambah bed. Setelah percakapan mendalam tentang status Zoey, semuanya merasa lega karena ‘kembaran’ Zac itu sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan rumah. Juga banyak air mata yang berjatuhan karena rasa haru setelah semuanya terungkap. Kini semua orang tidur dengan pulas. Kini masalah yang tersisa adalah Morgan dan Radesh. Mereka akan memikirkannya setelah kembali ke kota besok.Zura Taniskha Wijaya … wanita yang selalu ada dalam hati Edric. Dulu, sekarang dan sampai mereka menua nanti. Tak sekalipun Edric merasa cintanya luntur. Bahkan saat mereka terpisah selama empat tahun lamanya, atau saat Edric tau Zura akan mengkhianatinya, dia tetap mencintai wanita ini. Edric tau Zura adalah wanita sederhana dengan hati yang lembut, yang tidak mungkin bisa membencinya. Kini mereka
Ruang operasi terbuka dan sejumlah perawat mendorong hospital bad keluar. Edric, Zac dan Zoey langsung menghampiri dengan setengah berlari. Terutama Edric, langsung mengambil posisi di sisi kasur Zura karena ingin melihat wajah sang wanita itu. Pucat, jelas. Dan Zura masih dalam pengaruh obat bius. Dia masih belum siuman. Edric sangat tau itu karena dia pun mengalaminya kemarin lusa.“Gimana hasilnya, Dok?” Dia bertanya kepada Dokter sambil berjalan.“Operasi berjalan dengan baik, Pak. Mari ikut saya ke ruangan sebentar.”Edric mengangguk. Kemudian memberi kode kepada Zac dan Zoey agar mengikuti perawat sampai ke kemar Zura. Edric sudah memesan kamar persis di sebelah ruangan Embun. Hanya untuk malam ini saja, karena besok mereka akan pindah ke Cakrawala.Pembicaraan dengan dokter terbilang sebentar. Dua puluh menit setelahnya, Edric sudah kembali ke ruangan. Over all, operasi Zura berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala yang terlalu berarti. Setelah ini Zura akan siuman, setelah
Setengah jam kemudian, Edric keluar dari kamar Embun, menuju ruang lantai dimana ruang operasi berada. Posisinya sudah digantikan dengan sang ayah yang tadi menyusul ke atas bersama Chris dan Amber yang baru saja datang. Zac dan Zoey masih menunggu dengan setia, dengan perasaan yang harap-harap cemas.."Jo, kau bisa ke atas kalau ingin istirahat. Biar kami berdua yang menunggu di sini." Edric menyarankan, melihat Zoey yang sepertinya sedikit mengantuk."Nggak kok, Kak. Aku masih sanggup."Edric dan Zac saling bertukar pandang. Akhirnya mereka sama-sama mengangguk. Pada akhirnya, ketiga kakak beradik itu duduk berjejer di kursi yang ada di sana."Jadi ... Zura adalah adikmu?" Edric berucap dengan hati-hati. Bertanya kepada Zoey yang duduk di tengah-tengah dia dan Zac."Hm. So funny. Sejak bertemu dengan dia, aku sama sekali tidak punya firasat apapun."Edric menyentuh jemari adiknya yang ada di atas paha perempuan itu dan meremasnya dengan pelan. "Tapi kau tetaplah adikku, saudara kem
Zac dan Zoey kini duduk berdampingan di depan ruang operasi dimana Zura sedang ditangani oleh tim medis rumah sakit. Sedangkan Chalondra, dia menemani Embun yang juga sudah diperiksa oleh dokter dan diberi obat untuk menghilangkan efek obat tidur yang terdeteksi di dalam tubuhnya.Chalondra menggenggam tangan Embun yang kecil. Sudah dua puluh menit dia duduk di sana tanpa bergeser sedikitpun. Tanpa berpaling dari wajah Embun yang pucat. Hatinya teriris melihat sejak siang Embun hanya tidur karena dicekoki obat dengan dosis tinggi oleh kakeknya sendiri. Sungguh keterlaluan. Chalondra rasa-rasanya ingin mencabik wajah dan tubuh Morgan serta Radesh karena sudah mengotori raga anak kecil yang tidak berdosa seperti Embun.Tidak hanya itu, Chalondra juga merasakan kepedihan mengingat semua ini terjadi menimpa keluarga kecil puteranya, Edric. Sepasang anak muda yang hanya ingin mempersatukan cinta, namun harus mengalami banyak ujian seperti ini. Hingga nyaris meregang nyawa. Padahal niat Edr
“Don’t cross your line, Chris. Aku tidak punya urusan denganmu.” Morgan memberi peringatan karena sepertinya Chris tidak main-main ingin membongkar semua rahasianya. Sial sekali! Dari mana Chris tau tentang semua ini?“Kau lupa sudah menghancurkan Eco Paper? Kau juga sedang cari masalah denganku, Morgan.” Chris tetap tenang meski Morgan memberinya ultimatum untuk tidak ikut campur. Morgan ini harus diberi pelajaran.Morgan menahan rahangnya kuat-kuat. Si tua bangka itu sepertinya tidak main-main. Morgan harus menarik ulur dulu. Dia jelas akan kalah kalau Chris sudah turun tangan. Dia dan Dominic adalah founder Eco Paper. Sudah pasti mereka akan membuat ini lebih ramai dari kemarin. Dia menarik napas kuat-kuat sambil tidak melepaskan sorot matanya dari Chris. “Mari kita pergi.” Dia memberi aba-aba kepada Radesh dan puluhan anak buahnya yang berdiri mengelilingi ruangan. Sepertinya, kali ini dia memang harus mundur. Tapi Dominic tentu saja tidak mengijinkannya. Langkah pertama Morgan