Isu jelek tidak hanya menerpa Inti Global. Eco Paper juga. Bahkan yang ini lebih buruk karena ada barang bukti. Tisu travel pack yang mereka pasarkan kualitasnya jauh lebih buruk dari tisu murahan yang tidak punya label. Hari itu benar-benar menjadi hari terburuk dalam sejarah bisnis Inti Global, terutama untuk Edric. Dia merasa sudah gagal dalam mengemban tugasnya sebagai penerus sang ayah. Dalam posisi tidur di atas brankar, dia berkali-kali menarik napas dalam-dalam dan membuangnya ke udara.Tadi Dominic memberinya ultimatum untuk membiarkan semuanya terjadi seperti yang Morgan dan Radesh rencanakan. Jangan sampai Edric menjalankan rencananya hari ini juga. Dominic menyuruh dia menunggu sampai besok atau lusa. Bukankah penting juga melihat mana customer yang loyal dan tetap setia saat ada ada isu seperti ini beredar?Semua para lelaki sudah kembali ke rumah sakit. Sedang fokus mendengar kronologi orang suruhan Morgan masuk ke dalam kamar. Brandon pun langsung mengutuk petugas yang
Sekitar jam sepuluh malam, semua orang kembali ke kamar masing-masing. Kini tinggal Embun dan Zura yang berjaga di kamar Edric. Santi pun sudah kembali ke kamar mereka. Ini adalah permintaan Edric. Dia ingin Zura yang selalu menjaganya, siang sampai malam. Entah dari mana datangnya ada box bayi di sana. Yang jelas, Embun bisa tidur dengan nyaman tanpa harus mengganggu papa mamanya yang sedang ingin bermesraan. Pintu kamar sudah sengaja dikunci, karena memang dokter baru akan kontrol besok pagi. Jadi, tidak masalah semisal mereka ingin ada privasi.Kini keduanya tidur dalam satu bed dan berhadap-hadapan. Rasanya senang sekali akhirnya mereka bisa hanya berduaan di ruangan ini."Kalai semuanya sudah selesai, ayo kita menikah.""Hm-m. Ayo.""Saya udah nggak sabar jadi suami yang akan menjaga kalian berdua sampai kita tua bersama."Zura tersenyum lagi. Sangat suka mendengarkan kata-kata indah yang terlontar dari mulut Edric sejak tadi."Makasih, Pak.""Come on, ganti jadi panggilan yang
Keesokan paginya, sebuah berita menghebohkan seluruh jagat maya. Wajah Dominic, Brandon, Zac dan Calvin beredar dimana-mana. Aksi penggeledahan gudang besar Galaxy Group menjadi trending topik dan menjadi headline news di seluruh media elektronik dan media cetak.'Ditemukan timbunan tisu yang seharusnya didistribusikan ke hotel dan mal, Galaxy Group menyabotase Inti Global?''Diduga curangi Inti Global, Dominic Ethan Louis siap bawa Galaxy Group ke jalur hukum.''Senasib dengan Inti Global, Eco Paper juga sedang digoncang oleh isu serupa. Brandon James Ellordi : Kita disabotase.''Terkuak, owner Galaxy Group yang selama ini bersembunyi dari publik adalah Morgan Hadiwijaya yang selama ini menjabat sebagai direktur utama.'Semua orang seperti sudah sepakat untuk berkumpul di dalam kamar rawat inap Edric untuk menyaksikan berita-berita itu. Dominic, Chalondra, Brandon, Janice, Calvin, Zac, Zoey, Edric, Zura, Santi dan Embun. Tidak ada yang ketinggalan.Edric yang sama sekali tidak tahu m
Morgan dan Radesh menonton televisi dengan wajah yang mengeras. Shit!! Bagaimana bisa mereka menemukan gudang rahasia milik Galaxy? Padahal jelas-jelas bangunan itu sudah sengaja diberi nama lain dengan tujuan supaya tidak ada yang tau kalau itu adalah milik mereka. Bahkan sertifikat bangunan itu sudah dibuat atas nama orang awam yang tidak dikenal oleh siapapun."Apa yang sudah dilakukan anak buahmu?! Kenapa bisa-bisanya kita ketahuan?!" Morgan menatap marah sekaligus jengah kepada Radesh yang dia anggap tidak bisa bekerja dengan baik."Aku sama sekali tidak kepikiran kalau mereka akan mencari gudangnya juga, Pa." Radesh sama sekali tidak sanggup menatap Morgan. Dia benar-benar kehilangan muka. Sekaligus merasa bodoh karena anak buahnya malah terperangkap oleh timnya Dominic."Bodoh!!! Apa yang kau pikirkan?! Justru itu adalah inti dari misi ini!!" Morgan masih berapi-api. Mungkin kalau dia seorang kanibal, dia sudah menelan Radesh dari tadi. Seriusan, kenapa kerjaannya lebih banyak
Bagai disambar geledek, semua orang terkejut dan spontan berlari keluar dari kamar, kecuali Edric tentunya. Zura sendiri melesat dengan cepat sesaat setelah dia mendengar Santi memekik.Santi sedang berdiri di tengah ruangan dengan bersimbah air mata saat Zura tiba. Di atas kepalanya masih melilit sebuah handuk yang menandakan dia baru saja selesai mandi. Zura langsung mencari keberadaan Embun di atas kasur. Kosong! "Embun mana, Mba?!" Dia bertanya dengan perasaan kalut, panik, khawatir yang bercampur menjadi satu.Semua orang sudah menumpuk di ambang pintu. Menyaksikan Santi yang semakin meraung tanpa bisa berkata-kata. Kemudian mereka masuk satu per satu, dimulai dari Chalondra.Zura yang sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi, hanya bisa mematung seraya menatap kosong ke arah karpet."Mba Santi, bisa Mba ceritakan apa yang terjadi?" Chalondra bertanya dengan nada pelan dan keibuan.Santi hanya menggeleng. "Sayah ... sayah ... juga nggak tau ... Nyonyah ... saya ... hanya ting
Zoey ... Ayyara ... Louis. Tiga kata yang memberikan efek kejut jantung bagi semua anggota keluarga Louis. Dominic, Chalondra, Edric dan Zac yang sudah tau perihal status Zoey di dalam keluarga mereka, sangat terkejut mendengar pengakuan Morgan. Zoey cucu Morgan? Yang benar? Zura juga tak kalah terkejut mendengar penuturan kakeknya. Bagaimana mungkin?? Bukankah Morgan cuma punya satu puteri, yaitu mamanya? Nama mamanya 'kan Anastasia? Siapa Yuanita? Kemudian Zura mengingat saat Zoey mengajaknya bicara kemarin, dan bertanya apakah Morgan punya puteri lain selain ibunya? Apa Zoey bertanya demikian karena dia sudah tau tentang ini? Apa saat Zoey bertemu Morgan, kakeknya sudah membahas ini kepadanya? Tapi jauh berbeda dengan Zoey. Dia tidak terlalu terkejut ketika Morgan mengaku sebagai kakeknya. Bukankah percakapan mereka kemarin memang sudah mengarah ke sana? Morgan sempat mengatakan kalau dia sama-sama keras kepala seperti ibunya. Zoey sebenarnya sudah punya firasat kalau Morgan me
Adrenalin semua orang terpacu bersamaan dengan langkah Morgan yang kembali mendekati kursi dimana Embun dan Edric diikat hingga hingga tak berdaya. Bahkan tubuh Edric yang besar pun tidak bisa berkutik karena tali tambang yang mengikat seluruh tubuhnya dari dada hingga ke perut. “Putriku … Yunita Zahra Wijaya … meninggal karena sebuah sakit keras yang dia idap waktu itu. Namun seandainya Zura tidak terlambat membawakan dana untuk membereskan administrasi rumah sakit, mungkin saat ini saya masih bisa memeluk raganya.” Morgan mengitari Edric dan Embun dengan langkah perlahan dan dramatis. “Tapi … pemuda sombong dan arogan ini adalah penyebab Zura terlambat datang ke rumah sakit. Dengan tidak sabarannya dia menembus lampu lalu lintas yang masih berwarna merah, sehingga dia menabrak Zura yang sedang buru-buru.”“Saya tidak pernah melanggar lalu lintas, Kakek tua.” Edric menggeram karena dituduh menjadi penyebab kematian Yunita. Jelas-jelas waktu itu Hendry berjalan setelah lampu jalan k
Mata Edric terbelalak lebar melihat wanita pujaan hatinya ditampar tepat di depan wajahnya. Darahnya langsung mendidih dan dengan sisa tenaga yang dia punya, dia berdiri, menghantam kaki kursinya dengan sangat keras ke tembok. Seluruh tali di tubuhnya mengendor saat kayu-kayu itu patah dan berjatuhan di lantai. Semua orang terbelalak, terkejut, dibuatnya. Tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Bahkan luka tembakan di punggungnya masih mengeluarkan darah.Chalondra dan Zoey, sejak awal mereka sudah berjanji tidak akan menyulitkan. Maka, saat Dom dan Zac memberi perintah untuk tidak overreacted terhadap apapun yang terjadi di dalam tempat penyekapan ini, mereka menurut meski jantung berdetak tidak karuan. Tubuh bergetar, keringat bercucuran, napas tertahan. Dom tadi sudah mengingatkan mereka, bahwa semua tindakan yang gegabah bisa membahayakan Embun dan juga Zura.Edric menghampiri Zura dengan cepat. Dilihatnya wajah wanita itu sudah memerah akibat tamparan ayahnya sendiri."Sakit?" tanyanya