Part 88Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (88)Al berdiri cemas di depan IGD tempat Dina ditangani, bersama Reno, dan kedua kakak Dina. Karena terlalu khawatir melihat Dina pingsan, Al langsung membawa Dina ke rumah sakit terdekat."Al ... Lo tenang dulu, Al!" Reno mencoba menenangkan sahabatnya."Ren, please! Lo minta gue tenang sedangkan istri gue belum juga kelar diperiksa?" jawab Al setengah emosi. Bersamaan dengan itu, pintu ruang pemeriksaan dibuka."Dokter bagaimana kondisi istri saya?" tanya Al tergesa. Dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu memandang empat lelaki tampan di hadapannya dengan bingung."Istri Bapak baru sadarkan diri, cukup lama untuk menyadarkannya, sebab tekanan darahnya sangat rendah, 70/60. Sepertinya ibu terlalu kelelahan, dan ada sesuatu yang membuatnya syok juga memberatkan pikiran.Kondisi seperti ini jangan sampai terulang ya, Pak, sebab bisa membahayakan janin dalam kandungannya," terang dokter membuat empat lelaki yang sedang mendengar
Bab 89Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (89)"Boleh nggak, A' kalau Dina ingin ketemu mereka?""Boleh, tapi tetap dalam pengawasan saya. Dan kamu harus makan dulu," ucap Al tak terbantah."Siap, Komandan!" jawab Dina dengan senyuman andalannya dan tangan berada di kepala layaknya seorang prajurit yang memberikan hormat pada komandannya.Al balas tersenyum dan mengusap kepala Dina sayang."Makanan sudah saya pesan, sudah dapat kurir juga. Bentar lagi sampai mungkin, sebab tempat makannya tak jauh dari sini.""Oke, A'. Oh iya, kita mau kabarin Oma nggak soal kabar bahagia ini?" tanya Dina pada Al."Oma ya? Kayaknya jangan dulu deh. Khawatir malah ribet ntar. Oma pasti akan heboh kalau tau kamu hamil dan sekarang dirawat di rumah sakit. Takutnya nanti buru-buru pengen nyusul ke sini, kasihan." Al menjawab dengan memikirkan berbagai pertimbangan."Iya juga sih, A'," jawab Dina menyetujui ucapan suaminya."Udah pokoknya kamu tenang aja ya, jangan mikir apa-apa, just enjoy your lif
"Iya terus kenapa kalau nggak ada sendoknya, kan tangan saya ada?" jawab Al seraya mengambil meja makan pasien untuk membuka bungkusan nasi di sana. "Ya, kan barangkali Aa' nggak terbiasa, jadi geli kalau tangannya harus bersentuhan langsung dengan mulut Dina," ucap Dina menyampaikan alasannya."Saya akan membiasakannya untuk kamu, Din, daripada saya harus bolak balik antar kamu ke kamar mandi untuk cuci tangan?Lagi pula kenapa saya harus geli? Bukannya bahkan mulut saya pun sudah sering bersentuhan langsung dengan mulut kamu? Dan saya menikmati itu. Lalu mengapa harus geli dengan tangan yang bersentuhan langsung?" jawab Al membalikkan pernyataan Dina seraya berjalan ke arah washtuffel yang berada di depan kamar mandi untuk mencuci tangan.Dina hanya tersenyum melihat perhatian suaminya. Mengucap syukur sedalam-dalamnya atas limpahan nikmat yang Allah berikan untuknya. Ia semakin yakin untuk menjalani kehamilannya kali ini.Setelah mencuci tangan, Al segera membuka bungkusan nasi da
Bab 90Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (90)Air wajah Dina mendadak murung mendengar keputusan suaminya yang secara sepihak memutuskan untuk ia cuti kuliah selama hamil."Jangan cemberut gitu, Din.""Habisnya Aa' kenapa Dina nggak boleh kuliah sih? Dina mau ngapain A' selama sembilan bulan?" gerutu Dina."Kamu bisa ngapain aja, Addina, asalkan sambil istirahat di rumah, menikmati masa kehamilan kamu," sanggah suami Dina sabar."Ya tapi nggak sembilan bulan juga A' istirahatnya, sudah kayak orang koma aja, sembilan bulan gegulingan doang," gumam Dina pelan."Memangnya kamu hamil berapa bulan?""Sembilan bulan," jawab Dina."Ya sudah.""A' ... Tolonglah, A', Dina bisa stress kalau selama sembilan bulan nggak ada kegiatan." Dina memohon dengan manja, berharap suaminya itu akan luluh seperti biasanya."Siapa bilang kamu nggak ada kegiatan? Kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau
[Halo, Ren.][Halo, Bro. Gimana kondisi Dina?][Dina udah membaik, Alhamdulillah. Bentar lagi bisa pulang.][Syukurlah kalau gitu.][Lo posisi di mana?][Ini gue masih sama kakak-kakaknya Dina di kantin, ngopi aja sih, dah pada habis juga. Gimana?][Oh iya, kalian bisa datang ke IGD nggak? Gue ada perlu sama kalian semua.][Oh, bisa bisa. Kita meluncur sekarang juga.][Oke, thanks, Ren.]Al menutup panggilan, kemudian meletakkan ponselnya di saku jasnya."Kakak-kakak Dina mau datang ya, A'?" tanya Dina antusias."Iya, mereka masih pada di kantin, bentar lagi otw ke sini. Kamu butuh apa, Din?" tanya Al perhatian."Dina mau minum teh, A'," pinta Dina.Al segera mengambil sebungkus teh hangat yang sudah hampir dingin, kemudian membukanya dan memberikannya pada Dina.Dina meneguk teh yang diberikan suaminya, setelah dirasa cukup, Dina mengembalikannya pada Al.
Bab 91"Pelan-pelan, Din, makannya." Al mencoba mengingatkan istrinya yang tengah menikmati Bakmi Malang dengan bersemangat."Ini enak banget, A', seger banget," ucap Dina di sela-sala makannya."Iya, tapi pelan-pelan aja, ntar kalau tersedak bagaimana?" sanggah Al sekali lagi.Tak menjawab, Dina malah meneguk es jeruk yang berada di sisi mangkoknya.Ya, dengan bantuan beberapa orang di Villa, akhirnya Reno berhasil menyajikan Bakmi Malang beserta penjualnya di hadapan Dina.Kini, tak hanya Dina yang tengah menikmati Bakmi tersebut, melainkan seluruh orang di dalam Villa bebas memesan Bakmi, sebab Al sudah memborong beserta gerobak-gerobaknya."Aa' nggak cobain? Enak lho, A'," ucap Dina dengan bibir yang semakin memerah dan bengkak akibat kepedesan."Nggak, kamu aja yang makan. Saya lebih enak lihatin kamu makan," jawab Al sekenanya."Yeee ... Lihatin doang nggak kenyang, A'," sanggah Dina."Ng
[Hai, Diin. Congrats ya ... Happy Pregnant mommy.][Makasih, Vi. Buruan nyusul yaa.][Ya elah, nikah aja belom, Bu.][Mangkanya buruan!][Ntar lah, masih proses. Btw seneng banget denger kabar lo hamil, semoga sehat-sehat selalu ya lo n baby ampe lahir.][Aamiin. InsyaAllah bakal sehat terus kita, secara Ayahnya posesif banget,] sindir Dina seraya melirik Al.[Hahahha nggak kebayang gua gimana sikap Al ke lo. Sabar-sabar aja ya! Mending gitu, kan?][Iya.] Dina menjawab dengan tersenyum.[Btw, gue mau ke Surabaya lho, Din.][Oiya, kapan? Ntar main-main ke rumah ya, biar aku ada temannya.][Siap, Bumil. Pokoknya nanti gue bakal sering-sering main ke rumah lo. Btw, Al mana?]Dina lalu memberikan ponsel Reno pada Al.[Hai, Al. Congrats ya calon Daddy.][Thanks, Vi.][Gua harap lo jaga Dina baik-baik ya kali ini.][Pasti.][Bagus. Btw gua mau ke
Bab 92Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (92)Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Tak terasa usia kandungan Dina sudah menginjak 5 bulan.Perut bocah tengil Alfaro itu sudah mulai membuncit, badannya semakin berisi, pipinya semakin bulat, aura kecantikannya pun semakin menguar. Membuat suaminya semakin terjatuh ke dalam pesonanya.Hari ini Al harus menghadiri meeting penting di kantor, sehingga terpaksa dia harus meninggalkan istri gemasnya itu di rumah. Tapi, bumil yang tak bisa diam itu menolak ditinggal, ia lebih memilih ikut serta suaminya ke kantor. Dan Al? Selalu hanya bisa pasrah jika tuan putrinya itu meminta sesuatu darinya.Al berjalan memasuki kantornya dengan merangkul istrinya posesif, semua orang menyapa sepasang suami istri yang belakangan kemesraannya selalu menyita perhatian mereka. Al dan Dina pun dengan ramah membalas sapaan setiap karyawan yang menyapa."Bu Dina tuh hebat, lho! Walaupun masih muda, tapi bisa membuat Pak Alf