"Oppa!" panggilnya manja."Hem?" sahut Al seraya membalikkan tubuhnya, sabar."Saeagheo," ucapnya seraya membentuk icon saranghae di tangannya.Al tersenyum kemudian membalas ucapan istrinya dengan kiss bye, tentu saja hal itu membuat istrinya jingkrak-jingkrak kegirangan."Dah, ya, bisa telat nanti," pamit Al lagi."Oke, semangat, Sayang." balas Dina menyemangati suaminya.Al berlalu dari hadapan Dina, meninggalkan istrinya di ruangan yang sudah disediakannya. Detik demi detik, menit demi menit berlalu, hingga tak terasa, sudah satu jam lamanya Dina menunggu suaminya.Ia mulai bosan, sejak tadi hanya berdiam diri di kamar."Aa' lama banget, ya meetingnya. Aku bosen deh dari tadi nggak ngapa-ngapain. Enaknya ngapain, ya? Aku coba chat deh!" batin Dina kemudian mulai mengetikkan pesan singkat pada suaminya.[Sayang .... ] 10:00[Sayang ... Masih lama, ya? ] 10:05[Sayang ... Kangen tau!] 10:06[Sayang ... Pengen dipeluk] 10:07[Sayang ... Baca dong! Baca doang aku udah seneng kok😍] 10
Bab 93"Terima kasih, ya, Din. Kamu makin hari makin nikmat," bisik Al sesaat setelah menuntaskan hasratnya."Sama-sama, A'," jawab Dina seraya mencari posisi nyaman."Kenapa? Sakit punggungnya?" tanya Al perhatian, belakangan istrinya itu memang kerap mengeluh sakit punggung setiap selesai berhubungan, namun hal itu tak membuatnya berhenti menggoda suaminya. Bahkan Al merasakan Dina lebih agresif sejak kehamilannya. Hal itu tak luput ia syukuri, sebab ia pun merasa diuntungkan dengan perubahan hormon kehamilan istrinya."Iya nih, A', agak nyeri," jawab Dina seraya menggosok punggungnya."Ya udah, coba kamu ngadep ke sana, sini biar punggungnya saya pijat," ucap Al meminta istrinya untuk berganti posisi memunggunginya.Dina pun menurut, dan Al mulai menggosok punggung Dina pelan."Enakan?""Enak, A'," jawab Dina sembari merem melek.Al tersenyum kecil menyaksikan aktivitasnya bersama Dina yang tak jauh-jauh dari hal-hal seperti ini.Setelah dirasa cukup, Dina meminta Al menghentikan a
"Dina pengen makan rujak cingur, A'," jawab Dina membuat Al bertanya."Rujak Cingur, Din? Makanan apa lagi itu?" tanya Al merasa asing dengan menu makanan yang disebutkan istrinya."Rujak cingur, A'. Jadi bagian kepala sapi, itu dimasak, terus dimakan sama bumbu rujak. Ada banyak campurannya juga, seperti tahu, tempe dan sayur-sayuran, pokoknya enak deh! Dina pengen makan itu, A'," pinta Dina manja."Oke, kamu mau makan itu? Tapi saya nggak tahu harus beli di mana, Din?" tanya Al."Dulu di gang rumah Dina ada yang jual sih, tapi—," "Tapi apa, Din?" tanya Al penuh harap, berharap ia mendapatkan kejelasan di mana ia bisa mendapatkan rujak cingur."Tapi, beberapa waktu lalu Dina dengar kabar kalau orangnya sudah meninggal dunia.""Astaghfirullah."Al reflek beristighfar saat mendengar penuturan Dina, seketika harapannya sirna."Terus kita cari ke mana dong?" tanya Al lagi."Dina juga nggak tau, A'," jawab Dina tertunduk sedih."Astaghfirullah, cobaan apa lagi ini?" batin Al mengeluh."U
Chapter 94Bab 94"Mandi? Lagian ngapain kalian mandi siang bolong begini?" sarkas Vio membuat Al dan Dina semakin bingung untuk menjawabnya."Jangan bilang kalian—,""Dah lah, Vi. Nggak penting. Lagian lo ngapain sih ke sini? Tumben? Biasanya juga langsung ke rumah nemuin Dina," balas Al sengit, merasa malu sebab kepergok aksinya oleh Vio."Ya gua ke sini sengaja mau ketemu sama Lo, Al. Kata Reno hari ini lo ngantor, ya udah gua langsung cus ke sini. Nggak taunya ada Dina juga. Jadi lo bawa Dina ke mana-mana, Al? Demi bisa mandi siang bolong begini? Gak waras lo, Al!" cerca Vio yang tak tahu menahu tentang apa yang tengah terjadi."Udah ... Udah, gua lagi males debat ama lo ya, Vi! Sekarang lo bilang, ada perlu apa lo sama gue, sebab gue nggak punya banyak waktu," balas Al tak ingin semakin ribet."Mau pada ngapain sih? Gue cuma mau ngobrolin sesuatu aja ama lo, Al, tapi nggak bisa buru-buru," jawab Vio."Kita mau nyari makan siang, Vi. Kebetulan sih, kamu datang. Jadi gimana kalau k
bab 95Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (95)Mobil yang ditumpangi Al, Dina dan Vio mulai keluar dari gerbang tol, artinya, mereka sudah semakin dekat dengan lokasi rujak cingur yang diidam-idamkan Dina."Din, tolong nyalakan mapsnya, ya!" pinta Al membuat Dina dengan sigap menyalakan panduan jalan GMaps dan meletakkannya di tempat yang tersedia."Jadi menurut kalian gue harus seperti Dina ya untuk bisa bikin Reno bangga ama gue?" tanya Vio kembali membuka pembahasan."Menurut gue, lo harus tetep jadi diri sendiri, Vi. Hanya saja, lo perlu mengubah beberapa hal yang kurang baik dari dalam diri lo, ke arah yang lebih baik. Nah, dalam hal itu, lo bisa mengacu pada Dina." Al memberi penjelasan secara terperinci."Aku juga setuju, jangan sampai karakteristik asli Vio hilang, itu justru tidak baik, bahkan bisa membuat kak Reno malah nggak nyaman." Dina ikut menimpali."Ya ya, gue faham. Berarti gue harus mulai banyak memperhatikan Dina ini, Din lo ajarin gue ya," pinta Vio secara
"Al mau ke mana sih? Kok buru-buru gitu? Istri lagi sedih bukannya dihibur malah sibuk sendiri, dasar kulkas sepuluh pintu!" gerutu Vio dalam hati.Hal yang sama juga dilakukan oleh Dina, "Aa' Al ngapain sih? Bukannya menghibur istri yang lagi sedih, malah kabur," batin Dina menggerutu.Sedangkan Al yang sudah berhasil menghentikan langkah mbak-mbak yang membawa rujak cingur itu mulai melakukan negoisasi."Mbak, maaf sebelumnya, boleh tidak saya beli rujak cingurnya satu? barusan di Yu At sudah habis stok cingurnya," pinta Al baik-baik."Aduh, Om, nggak bisa. Ini mau buat suguhan tamu, aku buru-buru! Dah pakai kikil aja Om, sama aja kok, biasanya Yu At punya stok kikil," balas si Mbak, enggan."Tolong, Mbak. Itu kan mbaknya bawa banyak rujaknya, saya hanya butuh satu, untuk istri saya yang sedang ngidam. Tolong banget ya, Mbak, saya sudah datang jauh-jauh dari Surabaya demi bisa memenuhi keinginan istri saya yang sedang ngidam," rayu Al pada mbak-mbak dengan postur tubuh over size itu
Bab 96Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (96)"Ya Allah, Addina! Kenapa keluar lagi sih? Saya kan bilang kamu harus istirahat," ucap Al dengan raut wajah lelahnya.Dina mencabikkan bibir, matanya mendadak sayu, menggambarkan sebuah kesedihan dan kekecewaan."Tapi Dina bosan, A', tiduran di kamar terus," balas Dina dengan tangan kanan mengelus perut buncitnya, sedangkan tangan kiri menyangga punggung yang terasa begitu berat akibat menahan beban di perut yang tidak seimbang dengan besar tubuhnya.Walau usia kandungan Dina baru 7 bulan, akan tetapi besar perut Dina di atas rata-rata, sebab berat badan janinnya terlalu besar. Dokter bahkan menyarankan agar Dina mengurangi konsumsi makanan manis."Terus kamu mau ngapain, hem?" tanya Al berusaha bersabar."Ya mau bantu-bantu lah, A', ini kan acara Dina juga, acara memperingati 7 bulan kehamilan Dina. Masa iya Dina cuma jadi penonton? Nggak berkontribusi sama sekali?" gerutu Dina."Dengan kondisi kamu keberatan perut begini? Kamu ng
Bab 97Rangkaian acara demi acara tasyakuran tujuh bulanan telah selesai dilalui. Hingga kini saatnya Dina harus melakukan ritual siraman.Al memapah Dina keluar dari ruangan ke tempat prosesi siraman yang telah disediakan. Dina mengenakan kebaya berwarna hijau pupus yang dipadukan dengan jilbab berwarna krem, sangat serasi dengan warna melati yang dironce dan dikenakan sebagai lapisan baju paling luar.Dengan penuh kehati-hatian Al menuntun Dina untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Dina yang kini telah duduk di kursinya terlihat sangat cantik dengan riasan flawless yang menghiasi wajah naturalnya, aura kehamilan yang terpancar menambah kesan cantik dari dalam diri Dina.Seluruh hadirin kini terfokus ke arah Dina, satu sama lain saling melontarkan pujian untuk penampilan Dina hari ini.Acara siraman menggunakan air dari rendaman bunga tujuh rupa dimulai. Ada tujuh kali siraman yang akan dilakukan oleh beberapa orang terdekat.Siraman pertama dilakukan oleh, Oma, sebagai tetua d