[Halo, Ren.]
[Halo, Bro. Gimana kondisi Dina?][Dina udah membaik, Alhamdulillah. Bentar lagi bisa pulang.][Syukurlah kalau gitu.][Lo posisi di mana?][Ini gue masih sama kakak-kakaknya Dina di kantin, ngopi aja sih, dah pada habis juga. Gimana?][Oh iya, kalian bisa datang ke IGD nggak? Gue ada perlu sama kalian semua.][Oh, bisa bisa. Kita meluncur sekarang juga.][Oke, thanks, Ren.]Al menutup panggilan, kemudian meletakkan ponselnya di saku jasnya."Kakak-kakak Dina mau datang ya, A'?" tanya Dina antusias."Iya, mereka masih pada di kantin, bentar lagi otw ke sini. Kamu butuh apa, Din?" tanya Al perhatian."Dina mau minum teh, A'," pinta Dina.Al segera mengambil sebungkus teh hangat yang sudah hampir dingin, kemudian membukanya dan memberikannya pada Dina.Dina meneguk teh yang diberikan suaminya, setelah dirasa cukup, Dina mengembalikannya pada Al.Bab 91"Pelan-pelan, Din, makannya." Al mencoba mengingatkan istrinya yang tengah menikmati Bakmi Malang dengan bersemangat."Ini enak banget, A', seger banget," ucap Dina di sela-sala makannya."Iya, tapi pelan-pelan aja, ntar kalau tersedak bagaimana?" sanggah Al sekali lagi.Tak menjawab, Dina malah meneguk es jeruk yang berada di sisi mangkoknya.Ya, dengan bantuan beberapa orang di Villa, akhirnya Reno berhasil menyajikan Bakmi Malang beserta penjualnya di hadapan Dina.Kini, tak hanya Dina yang tengah menikmati Bakmi tersebut, melainkan seluruh orang di dalam Villa bebas memesan Bakmi, sebab Al sudah memborong beserta gerobak-gerobaknya."Aa' nggak cobain? Enak lho, A'," ucap Dina dengan bibir yang semakin memerah dan bengkak akibat kepedesan."Nggak, kamu aja yang makan. Saya lebih enak lihatin kamu makan," jawab Al sekenanya."Yeee ... Lihatin doang nggak kenyang, A'," sanggah Dina."Ng
[Hai, Diin. Congrats ya ... Happy Pregnant mommy.][Makasih, Vi. Buruan nyusul yaa.][Ya elah, nikah aja belom, Bu.][Mangkanya buruan!][Ntar lah, masih proses. Btw seneng banget denger kabar lo hamil, semoga sehat-sehat selalu ya lo n baby ampe lahir.][Aamiin. InsyaAllah bakal sehat terus kita, secara Ayahnya posesif banget,] sindir Dina seraya melirik Al.[Hahahha nggak kebayang gua gimana sikap Al ke lo. Sabar-sabar aja ya! Mending gitu, kan?][Iya.] Dina menjawab dengan tersenyum.[Btw, gue mau ke Surabaya lho, Din.][Oiya, kapan? Ntar main-main ke rumah ya, biar aku ada temannya.][Siap, Bumil. Pokoknya nanti gue bakal sering-sering main ke rumah lo. Btw, Al mana?]Dina lalu memberikan ponsel Reno pada Al.[Hai, Al. Congrats ya calon Daddy.][Thanks, Vi.][Gua harap lo jaga Dina baik-baik ya kali ini.][Pasti.][Bagus. Btw gua mau ke
Bab 92Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (92)Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Tak terasa usia kandungan Dina sudah menginjak 5 bulan.Perut bocah tengil Alfaro itu sudah mulai membuncit, badannya semakin berisi, pipinya semakin bulat, aura kecantikannya pun semakin menguar. Membuat suaminya semakin terjatuh ke dalam pesonanya.Hari ini Al harus menghadiri meeting penting di kantor, sehingga terpaksa dia harus meninggalkan istri gemasnya itu di rumah. Tapi, bumil yang tak bisa diam itu menolak ditinggal, ia lebih memilih ikut serta suaminya ke kantor. Dan Al? Selalu hanya bisa pasrah jika tuan putrinya itu meminta sesuatu darinya.Al berjalan memasuki kantornya dengan merangkul istrinya posesif, semua orang menyapa sepasang suami istri yang belakangan kemesraannya selalu menyita perhatian mereka. Al dan Dina pun dengan ramah membalas sapaan setiap karyawan yang menyapa."Bu Dina tuh hebat, lho! Walaupun masih muda, tapi bisa membuat Pak Alf
"Oppa!" panggilnya manja."Hem?" sahut Al seraya membalikkan tubuhnya, sabar."Saeagheo," ucapnya seraya membentuk icon saranghae di tangannya.Al tersenyum kemudian membalas ucapan istrinya dengan kiss bye, tentu saja hal itu membuat istrinya jingkrak-jingkrak kegirangan."Dah, ya, bisa telat nanti," pamit Al lagi."Oke, semangat, Sayang." balas Dina menyemangati suaminya.Al berlalu dari hadapan Dina, meninggalkan istrinya di ruangan yang sudah disediakannya. Detik demi detik, menit demi menit berlalu, hingga tak terasa, sudah satu jam lamanya Dina menunggu suaminya.Ia mulai bosan, sejak tadi hanya berdiam diri di kamar."Aa' lama banget, ya meetingnya. Aku bosen deh dari tadi nggak ngapa-ngapain. Enaknya ngapain, ya? Aku coba chat deh!" batin Dina kemudian mulai mengetikkan pesan singkat pada suaminya.[Sayang .... ] 10:00[Sayang ... Masih lama, ya? ] 10:05[Sayang ... Kangen tau!] 10:06[Sayang ... Pengen dipeluk] 10:07[Sayang ... Baca dong! Baca doang aku udah seneng kok😍] 10
Bab 93"Terima kasih, ya, Din. Kamu makin hari makin nikmat," bisik Al sesaat setelah menuntaskan hasratnya."Sama-sama, A'," jawab Dina seraya mencari posisi nyaman."Kenapa? Sakit punggungnya?" tanya Al perhatian, belakangan istrinya itu memang kerap mengeluh sakit punggung setiap selesai berhubungan, namun hal itu tak membuatnya berhenti menggoda suaminya. Bahkan Al merasakan Dina lebih agresif sejak kehamilannya. Hal itu tak luput ia syukuri, sebab ia pun merasa diuntungkan dengan perubahan hormon kehamilan istrinya."Iya nih, A', agak nyeri," jawab Dina seraya menggosok punggungnya."Ya udah, coba kamu ngadep ke sana, sini biar punggungnya saya pijat," ucap Al meminta istrinya untuk berganti posisi memunggunginya.Dina pun menurut, dan Al mulai menggosok punggung Dina pelan."Enakan?""Enak, A'," jawab Dina sembari merem melek.Al tersenyum kecil menyaksikan aktivitasnya bersama Dina yang tak jauh-jauh dari hal-hal seperti ini.Setelah dirasa cukup, Dina meminta Al menghentikan a
"Dina pengen makan rujak cingur, A'," jawab Dina membuat Al bertanya."Rujak Cingur, Din? Makanan apa lagi itu?" tanya Al merasa asing dengan menu makanan yang disebutkan istrinya."Rujak cingur, A'. Jadi bagian kepala sapi, itu dimasak, terus dimakan sama bumbu rujak. Ada banyak campurannya juga, seperti tahu, tempe dan sayur-sayuran, pokoknya enak deh! Dina pengen makan itu, A'," pinta Dina manja."Oke, kamu mau makan itu? Tapi saya nggak tahu harus beli di mana, Din?" tanya Al."Dulu di gang rumah Dina ada yang jual sih, tapi—," "Tapi apa, Din?" tanya Al penuh harap, berharap ia mendapatkan kejelasan di mana ia bisa mendapatkan rujak cingur."Tapi, beberapa waktu lalu Dina dengar kabar kalau orangnya sudah meninggal dunia.""Astaghfirullah."Al reflek beristighfar saat mendengar penuturan Dina, seketika harapannya sirna."Terus kita cari ke mana dong?" tanya Al lagi."Dina juga nggak tau, A'," jawab Dina tertunduk sedih."Astaghfirullah, cobaan apa lagi ini?" batin Al mengeluh."U
Chapter 94Bab 94"Mandi? Lagian ngapain kalian mandi siang bolong begini?" sarkas Vio membuat Al dan Dina semakin bingung untuk menjawabnya."Jangan bilang kalian—,""Dah lah, Vi. Nggak penting. Lagian lo ngapain sih ke sini? Tumben? Biasanya juga langsung ke rumah nemuin Dina," balas Al sengit, merasa malu sebab kepergok aksinya oleh Vio."Ya gua ke sini sengaja mau ketemu sama Lo, Al. Kata Reno hari ini lo ngantor, ya udah gua langsung cus ke sini. Nggak taunya ada Dina juga. Jadi lo bawa Dina ke mana-mana, Al? Demi bisa mandi siang bolong begini? Gak waras lo, Al!" cerca Vio yang tak tahu menahu tentang apa yang tengah terjadi."Udah ... Udah, gua lagi males debat ama lo ya, Vi! Sekarang lo bilang, ada perlu apa lo sama gue, sebab gue nggak punya banyak waktu," balas Al tak ingin semakin ribet."Mau pada ngapain sih? Gue cuma mau ngobrolin sesuatu aja ama lo, Al, tapi nggak bisa buru-buru," jawab Vio."Kita mau nyari makan siang, Vi. Kebetulan sih, kamu datang. Jadi gimana kalau k
bab 95Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (95)Mobil yang ditumpangi Al, Dina dan Vio mulai keluar dari gerbang tol, artinya, mereka sudah semakin dekat dengan lokasi rujak cingur yang diidam-idamkan Dina."Din, tolong nyalakan mapsnya, ya!" pinta Al membuat Dina dengan sigap menyalakan panduan jalan GMaps dan meletakkannya di tempat yang tersedia."Jadi menurut kalian gue harus seperti Dina ya untuk bisa bikin Reno bangga ama gue?" tanya Vio kembali membuka pembahasan."Menurut gue, lo harus tetep jadi diri sendiri, Vi. Hanya saja, lo perlu mengubah beberapa hal yang kurang baik dari dalam diri lo, ke arah yang lebih baik. Nah, dalam hal itu, lo bisa mengacu pada Dina." Al memberi penjelasan secara terperinci."Aku juga setuju, jangan sampai karakteristik asli Vio hilang, itu justru tidak baik, bahkan bisa membuat kak Reno malah nggak nyaman." Dina ikut menimpali."Ya ya, gue faham. Berarti gue harus mulai banyak memperhatikan Dina ini, Din lo ajarin gue ya," pinta Vio secara
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj